Selasa, 18 April 2017

300 Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya

Tadi malam saya ( Ahmad Tefur ) memberikan tausiyah singkat di sebuah rumah duka. Saya memulainya dengan melontarkan pertanyaan: “Bapak Ibu yang saya hormati… ada berapa amalan yang pahalanya terus mengalir?”. Sebagian kecil hadirin menjawab “tiga”. 

 Yang lain beku, rupanya enggan menjawab pertanyaan mudah ini. Untuk memancing semua hadirin buka mulut, saya melanjutkan pertanyaan dengan full power.
“Baik, jadi amalan yang pahalanya terus mengalir ada tiii…….?” “Gaaa……” Kali ini seluruh hadirn kompak menjawabnya. Ini yang disebut dengan simple ice breaker, cara paling mudah untuk memecah kebekuan.

Tapi saya segera menimpalinya dengan mengatakan:
Tiiigaaa raaatuuus….!!!
Hah…! Semua hadirin kaget mendengarnya…. Ada juga yang bingung bin bengong. Bahkan ada yang berteriak “Kok tiga ratus!?” Kemudian saya perkuat dengan penegasan repetisi.
“Amalan yang pahalanya terus mengalir ada tiga ratus…, bukan hanya tiga, Bu…”
“Amalan yang pahalanya terus mengalir bukan hanya tiga…, tapi tiga ratus, Pak…. Bahkan lebih!”

Hadirin semakin bengong…
“Sekarang mari kita hitung .. yang pertama adalah shadaqah jariyah, yang kedua….?” Saya pancing pertanyaan agar suasana tausiyah lebih hidup.
“Ilmu yang bermanfaat” Jawab hadirin.
“Yang ketiga…?” Saya bertanya lagi.
“Anak shaleh yang mendoakan” Hadirin meneruskan.
“Yang keempat…?” Saya diam sejenak untuk membuat tausiyah makin diminati.
Seperti dugaan saya, tak seorangpun dapat menjawabnya. Anda juga? He he …
Terbukti: sampai di sini seluruh hadirin pasang telinga, tak ada yang ngobrol dewek-dewek. Sangat antusias mengikuti tausiyah yang bikin penasaran itu.
Lanjut ya, cerita tausiyahnya…

“Yang keempat sampai ketiga ratus, ini berdasarkan sebuah hadits Nabi yang berbunyi: Ketika seorang hamba sedang sakit atau bepergian, maka baginya ditulis seperti amal yang dikerjakannya ketika dia mukim dan sehat (HR Bukhari).

 Cara penyampaian di atas memang sengaja saya lakukan untuk menciptakan presentasi menarik. dengan Teknik Rekayasa Pembaruan. Disebut rekayasa pembaruan, karena selama ini masyarakat tahunya hanya ada 3 amalan yang pahalanya terus mengalir. Perlu diingat, sesuatu yang dianggap baru akan lebih dipelototi hadirin.


Jadi seandainya kita setiap hari baca Al Quran, kemudian kita sakit sehingga tidak bisa membacanya, maka pahala baca Al Quran akan terus kita dapatkan.
Demikian juga jika kita rutin puasa sunnah, puasa Senin Kamis, puasa mutih (ayyamul bidh tgl 13, 14, 15 bulan Hijriah), shalat berjamaah di masjid, dll. Jika kita sakit, baik sebentar atau sakit yang bertahun-tahun, maka pahala amalan-amalan tersebut akan terus mengalir walaupun kita tidak mengerjakannya.

Termasuk jika kita setiap hari pergi dengan membaca doa Bismillahi tawakkaltu alallah laa haulaa walaa quwwata illa billaahil aliyil adhiim. Lalu kita sakit dan tidak bisa bepergian dengan doa harian tersebut, maka pahala amal itupun akan tetap mengalir walaupun kita tidak mengerjakannya.
Nah, baru apabila seseorang meninggal maka terputuslah seluruh amalnya yang 297 itu, sisanya tinggal tiga hal yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan. 

Sesuai hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim.
Hadirin yang berbahagia, tentu kita sering melihat orang-orang yang sakit berkepanjangan. Sakit bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun. Betapa ruginya mereka jika semasa sehatnya tidak memiliki amal-amal rutin. Bagaimana jika hal ini menimpa diri kita sendiri?”
Oleh karena itu, mari kita perbanyak amalan-amalan rutin. Karena pahalanya terus mengalir walaupun kita tidak mengerjakannya karena sakit atau safar.” ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar