Kisah Sultan Murad menemukan mayat seorang wali yang
semasa hidupnya gemar membeli minuman keras dan mendatangi pelacur.
Simak kisah nyata yang menarik dan penuh misteri ini…
Diriwayatkan pada suatu malam Sultan Murad IV merasa gundah yang tak
diketahui sebabnya. Sultan Murad mengundang sipir (kepala penjaga) lalu
menceritkan misteri kegundahannya.
Kemudian Sultan Murod berkata, “Yuk keluar, jalan-jalan ke perkampungan untuk melihat keadaan penduduk!”
Acara kunjungan ke kampung, atau blusukan sebenarnya bukan hal baru
bagi Sultan Murad. Mereka pun berjalan hingga tibalah di penghujung
desa. Ada seorang pria tergeletak di atas tanah! Setelah diperiksa
Sultan, ternyata pria itu sudah tewas.
Tapi sungguh aneh, orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tidak memperdulikannya. Layaknya melihat bangkai hewan saja.
Sultan memanggil orang-orang yang lewat, mereka tidak tahu bahwa yang memanggil adalah Sultan Murad, kemudian bertanya:
“Kenapa ada orang meninggal di sini tapi tak seorang pun membawanya? Siapa dia? Di mana keluarganya?”
Jawab meraka, “Ini orang zindiq, suka minum khamr, dan sering berbuat zina.”
Kata Sultan, “Tapi bukankah dia umat Nabi Muhammad ? Ayo bawa mayat ini ke rumah keluarganya!”
Saat sampai di rumah, istrinya menangis melihat mayat suaminya. Para
pengantar pun satu per satu meninggalkannya, terkecuali Sultan dan
seorang pengawalnya. Tapi istri sang mayat tidak tahu bahwa itu adalah
sultan.
Dalam tangisan istrinya itu, dia berseru “Semoga Allah merahmatimu,
wahai wali Allah. Aku bersaksi bahwa engkau sungguh wali Allah.”
Sultan Murad sangat heran mendengar ucapan wanita itu, dan berkata, “
Bagaimana engkau tahu bahwa suamimu itu adalah wali Allah, padahal kata
orang-orang tadi suamimu adalah pemabuk dan pezina”
Wanita itu menjawab, “Aku sudah duga hal itu. Memang suamiku tiap
malam pergi ke kedai minuman keras lantas membelinya sebanyak mungkin,
lalu membawanya ke rumah. Sampai di rumah, seluruh minuman (khamr) itu
dibuang ke ke toilet. Kata suami saya, “Semoga saya bisa meringankan
keburukan khamr dari kaum Muslimin.”
Suami saya juga selalu pergi ke wanita pelacur dan memberinya uang,
sambil berkata, “Malam ini kau kubayar dan jangan melayani tamu hingga
pagi!”
Suamiku bilang ke saya, “Alhamdulillah, semoga dengan itu aku bisa
meringankan keburukannya (pelacuran) dari pemuda-pemuda muslim malam
ini.”
Orang-orang menyaksikan dan mengetahui bahwa suamiku membeli khamr
(minuman keras), dan masuk ke rumah pelacur. Orang-oran pun membicarakan
keburukan suamiku.
Suatu hari saya pernah ngomong ke suami saya, “Jika engkau mati, bisa jadi tidak ada orang yang mau mengurus mayatmu.”
Suami saya dengan bibir tersenyum menjawab, “ Jangan khawatir
sayangku… pemimpin kaum muslimin-lah yang akan menshalatkanku beserta
para ulama dan pembesar-pembesar negeri lainnya.”
Setelah mendengar penuturan istri almarhum, sultan pun sangat
tersentuh, terharu dan menangis sambil berkata, “Suamimu benar! Demi
Allah aku adalah Sultan Murad Ar-Rabi. Besok kami akan memandikan
suamimu, melaksanakan shalat jenazah dan menguburkannya.”
Diriwayatkan bahwa selain Sultan Murad, para ulama, syekh dan para penduduk kota hadir mengurus jenazahnya.
Maha Suci Allah, seringkali kita menilai orang dengan hanya melihat
penampilan, kulit luarnya dan dari omongan orang (media) yang belum
tentu benar.
Maka mulai hari ini, mari buang jauh-jauh prasangku buruk dan jangan
menyebar keburukan orang lain. Berbuat baiklah semampu kita… Allah Maha
Tahu.