Senin, 03 April 2017

Sekolah, Mencari Ilmu atau Nilai?

Banyak orang bilang, belajar di sekolah itu untuk mencari ilmu. Sekarang mari kita tilik kenyataan yang ada. Pada saat masih kecil (TK/PG) sekolah merupakan sesuatu yang menyenangkan, sekolah tempat main dan belajar. Belajar pun terkadang terasa seperti bermain.

Beranjak ke Sekolah Dasar (SD), orang tua mulai terlihat menuntut. Beliau-beliau bilang sekolah itu tempat menuntut dan mencari ilmu. Selain di sekolah tidak ada tempat lain yang menyediakan fasilitas pembelajaran sekondusif di sekolah. Ok, itu benar, mari kita lihat ada apa di dalam sebuah sekolah dasar.

Di sana anak-anak belajar mempelajari apa yang diajari oleh bapak/ibu gurunya. Setiap ada pertanyaan, selalu bisa menjawab. Setiap ada tugas dikerjakan. Kemudian anak-anak akan memperoleh sesuatu yang disebut dengan nilai. Sekolah dasar merupakan dasar dari segala pelajaran. Setelah mengamati dan merasakan menjadi anak SD ada satu pikiran yang mengganjal. Bagaimana sebaiknya memperkenalkan ilmu pada anak-anak agar mau belajar dan menguasai ilmu tersebut? apabila dengan patokan nilai, muncul lagi sebuah pertanyaan. Bagaimana seorang guru mampu memahami murid yang diampunya? apakah hanya dengan nilai-nilai-nya saja? Dapatkah seorang guru meng-handle sekian puluh murid dalam satu waktu?

Beranjak ke SMP. Di SMP, pergaulan dan teknologi sudah semakin maju dan dikenal. Ada siswa yang saat pelajaran tidak pernah memperhatikan, kalo ditanya ga bisa jawab, tiba-tiba saat ulangan dia dapat nilai bagus, bukan karena ia mampu, tapi karena dapat "bisikan setan" (baca: contekan dan semacamnya) saat pembagian rapor, anak itu naik kelas dengan hasil yang sangat bagus, tetapi tidak dengan kawannya yang sudah berusaha mati-matian untuk mengerti segala macam ilmu dan yang hasil yang ia dapatkan tidak sebanding dengan apa usahanya.

Naik tingkat lagi ke SMA/SMK Muncul sebuah pemikiran, sebenarnya untuk apa masuk SMA kalo ilmunya ga kepake? apakah masih tergantung gengsi? mending masuk SMK kalau melihat hasil dalam jangka pendek. SMK sebenarnya malah lebih menjanjikan sebuah profesi dari pada SMA. Di SMA, proses pembelajaran tidak jauh berbeda dari SMP hanya saja materinya jauh lebih mendalam dan lebih susah. 

Fakta yang terjadi saat SMA. Saat pembelajaran, siswa merasa masa bodoh dan berpikiran "Yang Penting Dapat Nilai Bagus". Akhir dari pertanyaan ini adalah, apakah sekolah masih bisa objektif dalam menilai siswa ? apabila iya, mengapa Nilai kognitif masih mendapat tempat superior dalam penilaian akhir? padahal yang digunakan dalam kehidupan nyata BUKANLAH TEORI tetapi PRAKTEK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar