Komunikasi merupakan kunci pembelajaran. Berbagai kemampuan atau
keterampilan diajarkan oleh guru kepada siswa melalui proses komunikasi.
Bagaimana partisipasi siswa dalam komunikasi di kelas menunjukkan
kualitas pembelajaran. Semakin tinggi partisipasi siswa untuk
berkomunikasi secara positif di dalam pembelajaran merupakan salah satu
indikator bahwa proses pembelajaran telah berjalan dengan baik.
Guru Bertanya saat Pembelajaran
(Sumber: Cooper, 2011)
Siswa seringkali tidak berani untuk aktif di kelas. Untuk itulah guru
harus memancing prtisipasi mereka. Guru harus pandai menyelipkan
pertanyaan-pertanyaan dalam aktivitas mengajarnya. Melalui pertanyaan
yang dilontarkan itu diharapkan siswa akan menjawab, berpendapat,
menyanggah pendapat yang lain atau bahkan muncul pertanyaan lanjutan.
Jika hal tersebut terjadi, maka kelas akan ramai, artinya partisipasi
siswa dalam pembelajaran akan tinggi.
Berdasarkan penelitian yang banyak dilakukan, diperoleh temuan bahwa
guru telah banyak menggunakan pertanyaan di dalam pembelajaran. Namun
sayangnya, pertanyaan sebagian besar masih didominasi oleh pertanyaan
tingkat rendah. Yaitu pertanyaan yang hanya mendorong siswa untuk
mengingat atau menghafal materi yang telah disampaikan sebelumnya. Masih
jarang guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi, artinya
pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir.
Contoh-contoh pertanyaan tingkat rendah adalah apa nama bagian bunga
yang berfungsi untuk menarik serangga untuk hinggap? Siapa pencetus
teori evolusi? atau jelaskan apa yang dimaksud dengan proses
fotosintesis! Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut siswa hanya
butuh mengingat kembali apa yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru
atau apa yang telah ia baca di buku.
Untuk mengetahui pemahaman siswa sebaiknya guru tidak hanya menggunakan
pertanyaan-pertanyaan tingkat rendah. Variasi pertanyaan dibutuhkan
untuk memperoleh gambaran mengenai pemahaman siswa, apakah mereka hanya
dapat menghafal atau telah memahami materi secara mendalam. Tentu saja
yang paling parah adalah mereka yang untuk mengingat materi pun tidak
bisa.
Beberapa contoh pertanyaan tingkat tinggi antara lain, Mengapa para
petani mengganti tanaman mereka seiring dengan pergantian musim? atau
Bagaimana kondisi hewan-hewan di kepulauan galapagos dapat mengarahkan
Darwin menyusun teori evolusi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu membuat
siswa harus menggabung beberapa informasi dan mengolahnya sebelum dapat
menjawab pertanyaan. Jawaban tidak dapat langsung siswa sampaikan hanya
dengan mengingat suatu informasi. Kecuali tentu saja pertanyaan
tersebut telah pernah dibahas dan siswa hanya mengulangi jawabannya.
Untuk memancing partisipasi siswa, sebaiknya pertanyaan dibuat menarik
dan bervariasi. Misalnya dengan menghubungkan teori dan kasus terbaru
yang terjadi di sekitar siswa. Penggunaan gambar atau benda-benda nyata
kemudian memberi pertanyaan terkait dengan gambar atau benda nyata
tersebut juga dapat memancing lebih banyak partisipasi.
Satu hal yang perlu diperhatikan guru ketika menggunakan pertanyaan
tingkat tinggi adalah mengetahui level kemampuan dan pengetahuan siswa.
Pertanyaan yang diberikan sebaiknya tidak terlalu mudah sehingga membuat
siswa tidak tertarik, namun juga tidak terlalu sulit sehingga siswa
stres dan malas untuk ikut berpartisipasi. Menurut Vygotsky, pertanyaan
sebaiknya diberikan berada pada zona perkembangan proksimal (setingkat
di atas pengetahuan siswa, namun masih mungkin untuk mereka upayakan).
Buku Rujukan:
Cooper, James M. 2011. Classroom Teaching Skill. Edisi Sembilan. Belmont: Wadsworth Cengage Learning