KOMPAS.com - Kehadirannya sebagai pembuat aplikasi di usia yang masih belia, 10 tahun, menarik perhatian CEO Apple Tim Cook dalam Worldwide Developers Conference (WWDC) di San Jose (AS) dua minggu lalu dan ternyata Yuma Soerianto murid sekolah Middle Park Primary School di Melbourne tersebut berasal dari Indonesia.
Worldwide Developers Conference diselenggarakan setiap tahun oleh perusahaan teknologi raksasa Apple, menjadi ajang berkumpul mereka yang berkecimpung para pembuat aplikasi, dan bagi Yuma Soerianto ini adalah untuk pertama kalinya dia menghadiri konferensi tersebut.
Minggu lalu, sebelum acara resmi berlangsung, Yuma sempat bertemu dengan CEO, bos tertinggi Apple Tim Cook yang terkesan dengan aplikasi yang dibuat oleh Yuma dalam perjalanan di pesawat antara Melbourne ke Amerika Serikat.
Pertemuan Yuma dengan Cook diliput oleh media, dan dengan cepat berita tersebut menyebar ke seluruh dunia.
Tim Cook tertarik dengan aplikasi yang dibuat Yuma yaitu aplikasi untuk membantu orangtuanya menentukan harga sebuah barang.
Harga ini sudah termasuk harga sesuai penjual lokal dan pajak, serta disajikan dalam bentuk yang sudah dikonversi ke mata uang yang digunakan.
Ini menurutnya akan berguna ketika mereka pergi berbelanja suvenir untuk oleh-oleh dari perjalanan mereka.
"Keren sekali, hebat," komentar Cook setelah menyaksikan Yuma mendemokan aplikasinya.
"Dan kamu membuatnya di pesawat dalam perjalanan dari Australia ke AS? Wow. Kamu bisa membuat aplikasi dalam hitungan jam. Saya terkesan. Saya tak sabar melihat karyamu selanjutnya," puji Cook, demikian lapor media minggu lalu.
Melihat nama keluarga Yuma yaitu Soerianto yang berbau Indonesia, ABC Australia Plus Indonesia, yang dikutip KompasTekno, kemudian berhasil mendapatkan kontak ayahnya Hendri Soerianto yang menemani perjalanan Yuma ke Amerika Serikat.
Hendri mengukuhkan bahwa dia berasal dari Indonesia
"Saya dulu berasal dari Jakarta, dan kami sudah berada di Australia selama delapan tahun. Kami tinggal di Singapura selama ini dan Yuma lahir di sana. Kami pindah ke Australia ketika Yuma berusia tiga tahun," kata Hendri dalam percakapan e-mail dengan wartawan ABC Australia Plus Indonesia, Sastra Wijaya.
Yuma adalah anak tunggal keluarga tersebut dan diberi nama Yuma karena "kami ingin namanya mudah diingat, dan nama yang global jadi bukan nama berbau Barat ataupun berbau Timur. Kami percaya kami adalah warga dunia."
Bertemu dengan Michelle Obama
Yuma mulai suka belajar coding sejak usia enam tahun karena menurutnya PR di sekolah kurang menantang.
Dia menciptakan aplikasi pertamanya tahun lalu dan saat ini sudah punya lima aplikasi yang dipajang di App Store.
Lima aplikasi buatan Yuma yang ada di App Store saat ini adalah Let's Stack, Hunger Button, Kid Calculator, Weather Duck, dan Pocket Poke.
Apa pengalaman yang menarik dalam menghadiri Worldwide Developers Conference (WWDC) ini bagi Yuma?
"WWDC sangat mengesankan. Teknologi baru yang ada sangat menakjubkan."
"Ini untuk pertama kalinya saya mendapatkan bantuan profesional, dari orang-orang yang betul mengerti mengenai coding," kata Yuma.
Sebelumnya, Yuma hanya belajar coding dari YouTube, karena menurutnya tidak ada sekolah di Australia yang mengajar bagaimana melakukan coding untuk membuat aplikasi.
"Hal baru yang saya pelajari adalah ARKit (Augmented Reality) dan SceneKit (3D Graphics Engine) karena semuanya baru bagi saya."
"Orang-orang yang saya temui banyak di antaranya adalah para petinggi Apple dan tentu saja Tim Cook, CEO Apple. Saya juga sempat berbicara dengan Michelle Obama." kata Yuma lagi.
Yuma sekarang memiliki channel di YouTube dengan nama Anyone Can Code, dan Anda bisa mengakses linknya di sini.
Dalam wawancara dengan program Radio National ABC, Yuma mengatakan bahwa dia ingin membuat aplikasi yang bisa mengubah dunia, dan juga dia ingin membagi ilmunya mengenai coding kepada siapa saja yang ingin belajar.
"Siapa saja bisa melakukan coding, bila kita sabar melakukannya dan senang melakukannya." katanya.
Ayahnya Hendri yang juga bekerja di bidang IT mengatakan Yuma memang ingin menyebarkan ilmunya kepada yang lain.
"Akan bagus sekali bila dia bisa memberikan inspirasi kepada orang Indonesia lainnya untuk belajar coding," kata Hendri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar