Kamis, 13 April 2017

Latihan Soal UKG Atau UTN 2017 Untuk SD, SMP, SMA/SMK Dilengkapi Pembahasan dan Kunci Jawaban

UKG Ulang akan dilaksanakan bulan April 2017 ( 25 - 29 April 2017 ) , untuk itu saya sharekan latihan soal UKG guna membantu rekan-rekan guru yang lain. Silahkan di download saja filenya.

1. Soal UKG 2017 SD Kelas Tinggi dan Kelas Rendah

Sahabat guru-id, soal UKG untuk SD ini kami harap bisa bermanfaat bagi anda, nah untuk lebih jelasnya langsung saja di download soalnya melalui tautan dibawah
  • SOAL UKG 2016 SD dan Pembahasan.docx - (Unduh)
  • SOAL UKG 2016 dan Kunci Latihan Guru KELAS SD.pdf - (Unduh)
  • Kunci Jawaban dan Soal UKG 2016 SD.docx- (Unduh)

2. Soal UKG SMP 2017

  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran TIK Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran Seni Budaya SMP - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran PENJASKES SMP -Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran PAI SMP -Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran MATEMATIKA SMP - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran IPS SMP - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran IPA SMP - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran Geografi SMP - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran Ekonomi SMP - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran BK SMP - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran Bahasa Sunda SMP - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran Bahasa Jawa - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP - Download
  • Soal UKG 2016 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP - Download

3. Soal UKG SMA 2017

  • Soal UKG 2016 Mapel TIK SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Sosiologi SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Sejarah SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel PKN SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel PJOK SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Matematika SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel KIMIA SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Geografi SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel EKONOMI SMA.docx -Download
  • Soal UKG 2016 Mapel BK SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Biologi SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Bahasa Prancis.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Bahasa mandarin SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Bahasa Jerman SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Bahasa Inggris SMA.docxDownload
  • Soal UKG 2016 Mapel FISIKA SMA.docxDownload
  • Soal UKG 2016 Mapel Bahasa Indonesia SMA.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Antropologi SMA.docxDownload

4. Soal UKG SMK 2017

  • Soal UKG 2016 Mapel Instrumentasi Industri (SMK) 2015.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Instalasi Tenaga Listrik (SMK) 2015.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Geologi Pertambangan (SMK) 2015.docx- Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Fisika (SMK) 2015.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Desain Produksi Kria (SMK) 2015.docx - Download
  • Soal UKG 2016 Mapel Bimbingan Konselling BK (SMK) 2015.docx - Download
  • Latihan soal UKG Bimbingan Konselling BK (SMK) 2015.docx - Unduh
  • Soal UKG 2016 Mapel BAHASA INGGRIS SMK.docx - Unduh
  • Soal UKG 2016 Mapel BAHASA INDONESIA SMK.docxDownload
  • Soal UKG BAHASA INGGRIS SMK.docx - Download
  • Soal UKG BAHASA INDONESIA SMK.docx
Untuk mempermudah rekan-rekan guru dalam mendapatkan file latihan soal UKG, maka berikut admin bagikan panduan cara mengunduh file Diatas.
  1. Klik salah satu link soal UKG diatas yang akan anda download
  2. berikutnya sahabat akan diarahkan ke laman safelink download
  3. Di laman tersebut perhatikan gambar dibawah agar bisa mengklik link download soal UKG
  4. gambar link download soal UKG 2016
  5. Jika diarahkan ke link adf ly, tunggu 5 detik samai muncul tombol Skip AD. lalu klik
Demikian share Latihan Soal UKG Terbaru 2017 Dilengkapi Pembahasan dan Kunci Jawaban yang bisa admin bagikan. Terima kasih

Cek SKTP Semester 2 Tahun 2017 di Laman Info GTK/PTK (Link Baru)

Laman Info GTK 2017 atau Info GTK Tahun 2017 terlihat banyak dicari pada tahun 2017 ini, karena memang pada laman Info GTK 2017 inilah kita dapat mengetahui /Cek SKTP apakah telah keluar atau belum. kalau Admin sendiri menggunakan laman Info GTK 2017 ini untuk mengetahui apakah data Sertifikasi guru masih ada masalah atau tidak.
Surat Keputusan Tunjangan Profesi atau SKTP ialah salah satu persyaratan untuk pencairan tunjangan profesi guru. sehingga itu sebabnya untuk penerbitan SKTP selalu dinanti-nantikan oleh semua guru. Nah saat-saat inilah biasanya para guru mulai mendekati para operator Dapodik untuk mengecek Apakah SKTP telah keluar, jika belum atau masih ada yang salah dalam info GTK maka meminta operator Dapodik untuk memperbaiki datanya yang ada di Aplikasi Dapodik.
Untuk alamat cara Cek SKTP tahun 2017 masih sama seperti semester sebelumnya namun pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 ini nampaknya diberikan link baru lagi, kemudian untuk tampilan nampaknya juga mengalami sedikit perubahan. salah satu perbedaan yang admin maksud ialah pada ditampilkannya cara cek Daftar/nama Guru yang belum valid. jadi bagi nama guru yang belum valid tersebut untuk SKTPnya belum/tidak bisa diterbitkan.
Dibawah Ini admin berikan tautan untuk mengecek SKTP tahun 2017: 
http://223.27.144.195:20171/ (Link Baru)
http://223.27.144.195:8081/
http://223.27.144.195:8082/
http://223.27.144.195:8083/
http://223.27.144.195:8084/
http://223.27.144.195:8085/

Rabu, 12 April 2017

7 Tips menjadi Kepala Sekolah Inspiratif

1. Berakhlak Mulia : Menurut saya ini adalah syarat utama untuk menjadi kepala sekolah inspiratif, karena akhlak merupakan wujud nyata seseorang dalam menjalani hidupnya. Akhlak mulia ini tentu ditunjukan dengan keteladan yang benar-benar real, seperti menjaga Sholat lima waktunya, menyediakan waktu membaca Al-Qur’an, melaksanakan ibadah yang lainnya, berkata dengan bahasa penuh hikmah dan juga selalu menjaga kehormatan dirinya.

2. Cerdas :Syarat yang kedua untuk menjadi kepala sekolah inspiratif adalah menjadi sosok yang cerdas, Cerdas bukan berarti lulus dengan predikat Cumlaude, tapi kepala sekolah yang cerdas adalah mampu memanage sekolahnya dan masyarakat sekolah secara baik. Kepala Sekolah yang cerdas mampu mengeluarkan solusi-solusi terbaik dalam menghadapi berbagai permasalahan yang di hadapi sekolahnya. Kecerdasan ini tentu harus di kuatkan dengan kemauan dirinya untuk berdiskusi dengan orang lain yang sudah pengalaman serta raji-rajinlah membaca, baik membaca buku maupun membaca artikel di internet.

3. Memiliki Pandangan Kedepan : Jangan jadi kepala sekolah kalau anda hanya punya kemampuan melanjutkan program yang ada, menjadi kepala sekolah Inspiratif harus memilki pandangan jauh kedepan, bagaimana membangun sekolah ini menghasilkan lulusan berkualitas. Oleh sebab itu kepala sekolah Inspiratif, harus memilki cara pandang yang luas dan terbuka dalam menghadapi berbagai perkembangan zaman. Sangat penting memilki cara pandang kedepan, karena sekolah harus terus begerak menjadi sekolah pilihan masyarat. Tetu untuk mewujudkan itu semua kepala sekolah pun harus berani dan mampu mengubah persepsi guru-gurunya agar mau maju dan tidak takut dengan perubahan yang akan terjadi.

4. Memilki jiwa Kreatif : Menjadi kepala sekolah inspiratif tidak akan terwujud apabila sang kepala sekolah tidak punya kreativitas dalam mengelola sekolahnya. Kepala Sekolah yang kreatif adalah kepala sekolah yang mampu membangun citra atau Brand sekolah di mata masyarakat dikenal dengan kualitas keunggulannya. Kreativitas tentu lahir dari orang-orang yang memilki semangat juang yang tinggi untuk melahirkan karya-karya baru, tanpa harus menjadi bebek atau menjadi pelanjut kepala sekolah sebelumnya.

5. Tegas dan Disiplin : Ciri seorang Leader adalah memilki ketegasan dalam bersikap dan memiliki displin yang tinggi dalam memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Sekolah tanpa pemimpin yang tegas hanya akan melahirkan guru-guru dan siswa yang apa adanya, belajar semaunya datang juga semaunya. Ketegasan dan kedisplinan seorang kepala sekolah inspiratif mutlak diperlukan.

6. Humanis : Kita tida mungkin mampu menjadi kepala sekolah Inspiratif, tanpa mampu memanusiakan guru sebagai sahabat dan rekan terbaik kita, guru bukanlah bawahan kepala sekolah tapi guru adalah rekan dalam mendidik. Begitupun siswa adalah sahabat terbaik bagi kepala sekolah, jadi muliakan bereka dengan sikap humanis kita.

7. Memilki Integritas : sebuah bahasa yang sedang populis di negeri kita, saya pikir bukan hanya para pemimpin negara atau pimpinan partai politik atau anggota dewan yang harus punya integritas, tapi kepala sekolah juga harus memilki integritas. Kepala sekolah inspiratif adalah kepala sekolah yang mampu menjadikan keteladan Nabi Muhammad SAW, dengan sifat yang muliah yaitu Sidik, Tabligh, Amanah, dan Fatonah.

5 Tips Menjadi Guru Terbaik Dengan Hasil Karya Yang Bermanfaat


1. Bermimpilah untuk menjadi guru tidak biasa, apa maksudnya? jika kita sudah menguatkan diri untuk menjadi guru, maka bertekadlah dalam hati “saya tidak ingin menjadi guru biasa-biasa saja seperti kebanyakan guru pada umumnya”. karena ada lebih dari 3 juta guru di Indonesia, tapi hanya berapa persen guru yang hari-harinya terus melakukan kreativitas. Nah kita harus menjadi bagian dari guru yang di atas kemampuan rata-rata.

2. Belajarlah untuk mewujudkan mimpi tersebut dari guru-guru hebat disekitar kita. Sebelum kita bertekad mewujudkan mimpi kita untuk menjadi guru yang tidak biasa, langkah awal yang harus kita lakukan adalah banyak-banyak belajar dari guru-guru inspiratif di lingkungan sekitar kita, belajar dari guru-guru yang sudah mendapatkan berbagai penghargaan atas karya-karyanya, lihatlah apa sebenarnya yang sudah dilakukan guru tersebut sehingga bisa mendapatkan berbagai penghargaan.

3. Wujudkan mimpi lewat ide kreatif yang sederhana namun bermanfaat. Sekarang saatnya mewujudkan mimpi-mimpi kita untuk jadi guru luar biasa. buatlah ide kreatif yang sederhana di lingkungan sekolah yang nilai manfaatnya bisa dirasakan oleh warga sekolah. Misalkan kita melakukan gerakan “Masuk Lorong Pungut Sampah” atau “Satu langkah Satu Sampah” maksudnya adalah jika kita jalan di lorong-lorong atau halaman sekolah jika menemukan sampah pungutlah dengan tangan kita sendiri tidak usah menyuruh siswa. Lakukan kegiatan ini dengan konsisten selama setahun, saya yakin kita akan menjadi sosok inspiratif minimal bagi siswa-siswa kita.

4. Libatkan diri dalam membangun Ide Kreatif untuk sekolah. Beranilah dengan mengungkapkan gagasan dan ide kreatif kita kepada atasan kita misalkan yayasan atau kepala sekolah. Contohnya adalah gerakan “Diskusi Buku Mingguan” , nah tentu yang harus memulai adalah dari kita sendiri yaitu dengan cara merutinkan membaca buku setiap hari, meminjamkan buku kepada rekan sejawat, menceritakan hikmah-hikmah buku yang kita baca kepada siswa. Jika budaya ini sudah kita lakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan gerakan yang lebih besar yaitu dengan cara melakukan kajian-kajian terhadap buku yang bisa memberikan nilai manfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

5. Sabarlah dan teruslah berkarya. Menjadi guru beda atau di atas rata-rata dengan berbagai ide dan gagasan kreatifnya tidaklah semudah dengan apa yang saya tuliskan ini. Karena selalu saja ada orang yang tidak suka dengan apa yang kita lakukan, oleh sebab itu tetaplah besar dan teruslah melakukan kebaikan-kebaikan sederhana yang bernilai manfaat.

10 Ciri Sekolah Unggul


Tulisan ini terisnpirasi saat saya berbincang-berbincang dengan Pak Andi Budiman Jaya, beliau adalah seorang Trainer sekaligus kepala sekolah di Sekolahnya Manusia ( SMA School Of Human) sekolah tersebut adalah milik Pak.Munif Chatib penulis buku Best Seller “Sekolahnya Manusia”.
Berikut ini ciri-ciri sekolah unggul dalam pandangan saya sebagai guru :

1. Masuk Sekolah Tanpa Seleksi :
Sekolah unggul adalah sekolah yang pada tahap Inputnya (saat masuk) tidak melakukan seleksi dalam hal berkaitan dengan nilai atau kemampuan tertentu. Misalkan harus bisa baca, berhitung, menulis, nilainya harus tinggi dan berbagai persyaratan akademik lainnya adapun kalau ada tidak dijadikan sayarat lulus atau tidaknya siswa tersebut.
Sekolah unggul dalam tahap inputnya hanya melakukan pementaan tentang kemampuan peserta didik tersebut. Contohnya yang kami lakukan di Sekolah Akhlak, kami melakukan Tes Kemampuan Peserta Didik untuk mengetahui kemampuan membaca Latin, Arab (Iqro atau Al-Qur’an), menulis, dikte, berhitung dan tes kemandirian. Tes tersebut nanti akan kami jadikan sebagai acuan untuk membagi kelas berimbang, yaitu kelas yang isinya terdiri dari berbagai kemampuan peserta didik.

2. Menerima Semua Siswa Dengan Berbagai Karakter:
Sekolah unggul adalah sekolah yang bisa memanusiakan manusia, menerima segala keterbatasan yang dimiliki oleh calon siswa baru. Di Sekolah Akhlak kami lakukan hal itu, kami menerima siswa Autis, siswa Slow Learner , Fast learner dan siswa-siswa dengan ke unikan lainnya.
Bagi kami anak-anak istiniewa tersebut harus mendapatkan tempat terbaik, tempat yang bisa mengembangkan segala potensi yang dimilikinya serta tempat yang bisa memahami segala kekurangan yang dimilikinya.
Sekolah seperti ini biasanya juga disebut dengan Sekolah Inklusi, yaitu sekolah yang memiliki keberagaman kemampuan siswa atau kita juga mengenal tentang Sekolah Multiple Intelligence.
Oleh sebab itu kita harus punya keyakinan bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang bisa mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Alhamdulillah saya bersyukur kini sudah mulai banyak sekolah-sekolah yang mau melakukan ini.

3. Sekolah Yang Mendahulukan Nilai-Nilai Akhlak:
Sekolah yang bisa disebut dengan sekolah unggul bukanlah sekolah yang elit, sekolah yang biayanya mahal, sekolah yang gedungnya mentereng dan lain sebagainya. Sekolah yang unggul adalah sekolah yang mengutamakan nilai-nilai akhlak dalam budaya sehari-harinya, sekolah yang dalam tujuannya akhirnya adalah menjadikan pribadi-pribadi yang berakhlak.
Sekolah yang memiliki nilai-nilai akhlak pada gurunya, siswa-siswa dan masyarakat sekolahnya merupakan sekolah dambaan bagi para orang tua yang menginginkan masa depan anaknya menjadi cerah. Sekolah ini dalam istilah lain juga bisa disebut dengan sekolah berkarakter. Nah, hal ini saya coba wujudkan dengan menggagas berdirinya Sekolah Akhlak, alhamdulillah apa yang kami lakukan mulai terlihat hasilnya.

4. Sekolah Yang Memiliki Agenda Rutin Untuk Pelatihan Gurunya :
Salah satu penentu sekolah unggul adalah adanya guru-guru yang berkualitas dan guru-guru tersebut tidak mungkin ada tanpa di dukung oleh sebuah sistem dan manajemen sekolah unggul. oleh sebab itu kepala sekolah dan pengelola lembaga pendidikan (Yayasan) harus saling bersinergi untuk membangunnya.
Sekolah Unggul adalah sekolah yang memiliki agenda rutin dalam kegiatan pengembangan diri guru-gurunya. Idealnya minimal ada 8 kali pelatihan yang dilasankan oleh sekolah atau lembaga dalam setahun.
Pelatihan tersebut contohnya adalah tentang Ice Breaking, Manajemen Kelas, Lesson Plan, Seminar Parenting,  Administrasi Mengajar,  Character Buliding, Komunikasi Efektif, Public Speaking, Strategi Mengajar, Pelatihan Menulis, Pelatihan Media Pembelajaran dan lain sebagainya.
Bagaimana jika tidak memiliki biaya?
saya sendiri pada point empat ini belum bisa melakukannya secara maksimal, namun saya mencari solusi terbaik agar para guru terus bisa di upgrade kemampuannya dengan cara melakukan kajian buku bulanan, resensi buku dan kegiatan breafing pagi. Saya jelaskan lebih rinci pada point delapan.

5. Sekolah Yang Mampu Mensejahterkan Gurunya :
Bagaimanapun kesejahteraan adalah hal penting bagi sekolah unggul, fenomenanya banyak kita lihat disebuah lembaga pendidikan guru keluar masuk. Hal ini salah satu sebabnya di akibatkan karena kurangnya sekolah atau lembaga memperhatikan kesejahteraan gurunya.
Sudah sepatutnya sekolah atau sebuah lembaga memberikan ketenangan pada guru, agar mereka bisa mengajar dengan maksimal. Kesejahteraan guru tentu akan berdampak pada peningkatan kualitas sekolah tersebut, akan banyak guru yang memiliki komitmen yang tinggi dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.

Oleh sebab itu sudah sepatutnya ini menjadi perhatian besar bagi para pengelola lembaga pendidikan. Jika sekolah tersebut secara kualitas belum bagus, gurunya belum sejahtera, alangkah baiknya fokus pada satu sekolah dulu dengan tidak membuka cabang-cabang lainnya.

6. Sekolah Yang Memiliki Hubungan Baik Antara Orang Tua Murid, Guru Dan Pihak Pengelola:
Sekolah dan orang tua harus bisa saling bersinergi, karena bagaimanpun tidak akan ada sebuah program yang bisa berhasil, jika apa yang dilakukan di sekolah dengan yang di rumah berbeda.
Contoh kami di sekolah akhlak melaksankan kegiatan seminar parenting, kajian 3 bulan sekali dan kami membuat kesepakatan seperti ini bersama orang tua. Pada saat di rumah orang tua wajib membuat jadwal tentang program yang mendukung visi dan misi sekolah yaitu pada pukul 05.00 (setelah subuh) menyetel murotal Juz 30, Pukul 17.18.00 (sebelum magrib) menyetel murotal Juz 30 dan pada pukul 18.00-20.00 tidak boleh menyalakan TV di rumah.
Apa yang kami lakukan demi mewujudkan impian bersama yaitu untuk menjadikan anak-anak hafal Juz 30 dan 29 selama sekolah di Sekolah Akhlak. Alhamdulillah program ini cukup berhasil Insya Allah anak-anak kelas 3 di Sekolah Akhlak sudah hafal Juz 30.
Inilah pentingnya bersinergi antara orang tua, guru, karywan dan pengelola lembaga pendidikan.

7. Sekolah Yang Memiliki Budaya Unggul (Kebiasan-Kebiasan Baik) :
Kebiasan-kebiasan baik (Habits) wajib dimiliki oleh sekolah unggul, karena ini akan menjadi brand sekolah tersebut. kebiasan-kebiasan baik ini tercermin dalam budaya sekolah. Contohnya di Sekolah Akhlak kami membiasakan anak-anak agar memanggil adek kelasnya dengan adik dan sebaliknya memanggil kakak kelas dengan panggilan kakak, membiasakan saat berjalan menemukan sampah langsung di pungut, membiasakan untuk mengingatkan teman-temannya yang melanggar budaya sekolah dan lain sebagainya.
Budaya sekolah akan menjadi bekal penting bagi masa depan anak-anak, karena kelak mereka akan membiasakan hal-hal yang baik, semoga kita bisa melakukannya.

8. Sekolah Yang Menjadikan Membaca Dan Menulis Adalah Agenda Wajib Bagi Guru-Gurunya :
Bagi saya sebagai guru, buku sudah sepatunnya dijadikan sahabat terbaik, karena bagaimanapun guru harus terus mengasah kemampuan dirinya. Jika kesempatan untuk mengikuti pelatihan sangat jarang maka solusinya adalah dengan cara membaca buku-buku inspiratif yang berbuhungan dengan profesi kita.
Oleh sebab itu hal ini harus di dukung oleh pihak sekolah atau lembaga pemiliki sekolah dengan cara menyediakan perpustakaan khusu bagi guru, yaitu dengan menghadirkan buku-buku populer. Selanjutnya kepala sekolah membuat kebijakan, bahwa setiap guru wajib meresensi buku minimal 1 buku dalam sebulan, kemudian hasil resensi tersebut di kaji dalam rapat bulanan.

9. Sekolah yang mementingkan kebersihan dan kesehatan sekolah (Sekolah Hijau)
Tempat yang paling nyaman untuk belajar adalah tempat yang bersih dan sehat. Sekolah unggul biasanya secara fisik bisa sangat terlihat, walaupun gedungnya tidak mentereng, bertingkat-tingkat dan tidak ber AC, tapi sekolah tersebut terlihat asri, nyaman, hijau dan bersih.
Jika sekolah tersebut sudah terlihat seperti ini, bisa dipastikan anak-anak yang sekolah tersebut adalah anak-anak yang berakhlak, karena dia mampu menjaga hubungan baik dengan alam.  Siapaun siswa atau guru yang berada di tempat tersebut akan merasakan kenyamanan yang luar biasa.

10. Sekolah Yang Mau Berbagi Kesuksesan Dengan Sekolah Lainnya :
Sekolah unggul bukanlah sekolah unggul dengan kesendiriannya, tapi sekolah unggul adalah sekolah yang bisa menjadikan sekolah lain bisa menjadi unggul juga. Oleh sebab itu ciri dari sekolah unggul yang kesepuluh ini sangat penting untuk dimiliki, yaitu sekolah yang siap berbagi ilmu dengan siapapun yang mau menimba ilmu.
Saya merasa bangga, kini banyak sekolah unggul yang “tidak pelit” ilmu, untuk membagikan kesuksesannya dengan sekolah-sekolah lain. Bahkan banyak sekolah unggul yang mengadakan pelatihan-pelatihan secara gratis untuk sekolah lain demi mewujudkan mimpi bersama yaitu mewujudkan generasi berakhlak dan berilmu.
Sahabat, sungguh saya bukan seorang ahli, begitupun dengan Sekolah Akhlak, belumlah menjadi sekolah yang ideal, tapi paling tidak artikel sederhana ini mengingatkan kita bersama bahwa sekolah uggul tidak melulu dilihat dari nilai angka-angka yang tinggi. Semoga bermanfaat, terimakasih sudah menyempatkan membacanya.

6 Cara Membuat Brand sekolah lebih kreatif menurut Namin AB Ibnu Solihin

Saya bersama siswa Sekolah Akhlak, pada sesi ujian Komperhensif Hafalan Juz 30
Motivator Pendidikan Kreatif-Sahabat sudah sekolah anda memiliki Brand yang dikenal banyak orang, lalu apa yang orang kenal dengan sekolah anda, hal apa yang paling mengingatkan orang jika bicara tentang sekolah anda atau jangan-jangan sekolah anda biasa-biasa saja tak perlu punya brand dan biarkan saja berjalan apa adanya secra konvensional.
Kalau begitu begini saja, bagi yang ingin biasa-biasa saja ya silakan, saya ingin mengajak sahabat yang memiliki keinginan untuk membangun Brand sekolah yang lebih kreatif agar sekolah menjadi lebih banyak dikenal oleh mayasyarakat. Tentu bukan hanya dikenal tapi saya berharap sekolah yang kita bangun adalah sekolah yang memiliki kemaslahata untuk umat, sehingga keberadaanya menjadi dibutuhkan oleh masyarakat.
Berikut ini menurut pandangan saya, membuat Brand sekolah lebih kreatif :

1. Masalah dan Kebutuhan dan jadilah sekolah solusi
Sebelum menentukan Brand Sekolah langkah pertama yang kita lakukan adalah melakukan Analisis SWOT, saya yakin sahabat sudah sangat paham dengan hal ini. lihatlah apa masalah yang sangat urgen didalam masyarakat saat ini, baik di sekolah, pemerintahan, keluarga atau di lingkungan tempat tinggal kita. Contohnya adalah dalam Pemerintahan banyaknya kasus korupsi, perbuatan amoral para pejabat dan lain sebagainya, di sekolah, keluarga dan masyarakat contohnya banyak aksi tawuran, seks bebas, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), lemahnya keteladan orang tua dan lain sebagainya, inilah yang kemudian melahirkan Sekolah Akhlak. Sekolah yang akan kita buat juga harus dibutuhkan oleh banyak masyarakat serta harus mampu menjadi solusi pada maslah-masalah yang ada sehingga sekolah bukan hanya sekedar ada tapi keberadaanya bisa menjadi solusi cerdas.

2. Tentukan kualitas lulusan yang ingin dihasilkan :
Hal ini sangat penting karena berkaitan dengan proses aktivitas di dalam kegiatan belajar, budaya sekolah dan Brand sekolah itu sendiri. Contoh kualitas lulusan yang ingin di capai Sekolah Akhlak hanya berfokus kepada 4 hal yaitu : Berakhlak Mulia, Rajin Sholat, Penghafal Qur’an dan Berwawasan Global. Contoh lain mungkin sekolah yang anda buat ingin menghasilkan lulusan yang menghasilkan pemimpin yang berwawasan global, lulusan yang menguasai bahasa dan lain sebagainya.

3. Buat Nama Brand yang menarik dan mudah di ingat usahakan dengan dua kata :
Setelah sahabat menentukan kuaitas lulusan yang di inginkan, langkah selanjutnya adalah membuat Brand Sekolah, gunakanlah kalimat yang populer tapi belum banyak digunakan oleh sekolah lain serta mencerminkan kualitas lulusan yang di nginkan serta sesuai denga budaya sekolah dalam kehidupan sehari-hari. contoh Brand Sekolah sebagai berikut : Sekolah Kreatif (sudah banyak yang pake), creative school (sudah banyak yang pake juga) Sekolah Akhlak (Ini Brand sekolah saya, coba anda ketik di google), Sekolah Alam (Memiliki jaringan luas) Sekolah Tangguh, Sekolah Cerdas, Sekolah Hebat, Sekolah Inspiratif, Sekolah Unggulan,Sekolah Hijau dan lain-lain kalimat yang populis atau mungkin kalimat yang unik, silakan saja dibuat.

4. Membuat Tim Perancang Implementasi Brand Sekolah kedalam Program :
Setelah menentukan point di atas langkah berikutnya adalah membuat Tim Perancang Implementasi dari Brand Sekolah yang bisa direalisasikan dalam bentuk program nyata. Contohnya adalah membuat budaya sekolah yang memiliki kesamaan atau kesesuai dengan Brand sekolah. Contohnya jika anda membuat Brand Sekolah Hijau, maka budaya yang bisa dilaukan setiap hari adalah dengan membiasakan siswa secara bergiliran untuk melakukan perawatan terhadap tanaman yang ada di sekolah. atau jika sekolah anda punya Brand Sekolah Penghafal Al-Qur’an, maka setiap harinya sekolah tersebut harus melakuan pembinaan hafalan qur’an seperti dengan menyetel murotal Qur’an setiap pagi, siswa setoran hafalan setiap pagi dan lain sebagainya.

5. Kepala Sekolah dan Tim Pendidik yang lain jadilah teladan utama dalam merealisasikan Brand Sekolah :
Saya sangat yakin sebuah Brand Sekolah hanya akan bisa berhasil dilaksankan jika ada keteladan dari pihak-pihak terkait dalam lingkungan sekolah terutama kepala sekolah dan guru. Contoh jika sekolah anda Brandnya adalah Sekolah Kreatif, maka yang pertama harus memilki kreativitas dalam segala hal adalah kepala sekoalhnya, misalnya melakukan pembelajaran kreatif, membuat kegiatan kreatif, membuat bahan ajar kreatif dan sebagainya.

6. Kampanyekan lewat Media Sosial (Blog, Twitter, FB dan lain sebagainya)
Cara kreatif yang bisa dilakukan untuk mengkampanyekan Brand Sekolah adalah lewat Media Sosial, karena medsos kini merupakan media yang bisa di akses oleh seluruh manusia, caranya adalah dengan membuat tulisan, poster, video, kegiatan dan lain sebagainya.
Gimana kira-kira menurut sahabat kira-kira bisa dilakukan tidak? saya yakin bisa, jika ingin berkomunikasi untuk membicarakan Brand Sekolah jagan ragu untuk menghubungi saya. Terimakasih semoga bermanfaat.

Selasa, 11 April 2017

Pengertian Konsep Belajar Tuntas

Pengertian Konsep Belajar Tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas. Konsep Belajar Tuntas sebagai cara belajar mengajar sangat menguntungkan bagi siswa karena setiap siswa dapat dikembangkan secara optimal.

Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengemukakan bahwabelajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok sehingga apa yang dipelajari siswa dapat tercapai semua”.



Menurut Suryosubroto, belajar tuntas adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Kunandar dalam bukunya  guru propesional implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)  dan persiapan menghadapi sertifikasi guru mengatakan bahwa  ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal  ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.  Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus-menerus untuk mencapai ketuntasan ideal.

Konsep Belajar Tuntas

Pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dalam KTSP adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kemampuan siswa dalam penelitian ini disesuaikan dengan pelaksanaan belajar tuntas, yaitu adanya program perbaikan/program remedial, yakni jika siswa belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan, maka siswa diberi program perbaikan sampai mencapai ketuntasan.

Ciri pertama penilaian pendidikan yaitu penilaian dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan mengukur kepandaian dengan ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal, yaitu dilakukannya evaluasi. Alat yang digunakan dalam evaluasi ada 2 macam, yaitu tes dan non tes. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang fungsinya untuk mengukur hasil belajar siswa dan mengukur keberhasilan program pengajaran. Sedangkan teknik bentuk non tes untuk menilai sikap, minat, dan kepandaian siswa, melalui teknik wawancara, angket dan observasi. Dari uraian tadi dapat diketahui bahwa kemampuan dapat diukur melalui tes, tes juga dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa.    
Referensi
  • Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993),
  • Suryosubroto B,  Proses belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
  • Kunandar, Guru propesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
  • (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru,  (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed. 1

Minggu, 09 April 2017

SURAT DIRJEN GTK NOMOR 09709/B-B4/GT/2017 TENTANG JADWAL UKG ULANG TAHUN 2017 DAN SERTIFIKASI GURU TAHUN 2017

Berikut isi lengkap Surat Edaran Dirjen GTK Nomor 09709/B-B4/GT/2017 Tentang  Sertifikasi Guru Tahun 2017....
SURAT DIRJEN GTK NOMOR 09709/B-B4/GT/2017 TENTANG JADWAL UKG ULANG TAHUN 2017 DAN SERTIFIKASI GURU TAHUN 2017
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) telah menerbitkan Surat Dirjen GTK Nomor 09709/B-B4/GT/2017 Tentang  Sertifikasi Guru Tahun 2017. Dalam surat edaran Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) perihal Sertifikasi Guru Tahun 2017 tersebut disampaikan bahwa Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memulai rangkaian kegiatan sertifikasi guru tahun 2017.  Ada dua kegiatan yang akan segera dilaksanakan yakni Uji Kompetensi Guru (UKG) Ulang 1 dan pelaksanaan penetapan peserta sertifikasi guru (sergur) tahun 2017. 
Berikut Lampiran Surat Dirjen GTK Nomor 09709/B-B4/GT/2017 tentang Jadwal UKG Ulang 1 Tahun 2017 dan Jadwal Tahapan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2017.
SURAT DIRJEN GTK NOMOR 09709/B-B4/GT/2017 TENTANG JADWAL UKG ULANG TAHUN 2017 DAN SERTIFIKASI GURU TAHUN 2017
Demikian informasi yang dapat beritapgri.com berikan, yang kami lansir dari ainamulyana semoga ada manfaatnya untuk kita semua.................

Selasa, 04 April 2017

PENGERTIAN,KONSEP DASAR, DAN MANFAAT PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER SERTA HAL PENTING TERKAIT PPK YANG WAJIB GURU PAHAMI

A. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah Program pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati , olah karsa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah , keluarga ,dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

B. Urgensi Penguatan Pendidikan Karakter
Urgensi PPK ada 3:
1. pembangunan SDM merupakan pondasi pembangunan bangsa.
2.  Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa guna mewujudkan keunggulan bersaing Generasi Emas 2045:
Kualitas Karakter
Literasi Dasar
Kompetensi 4C. Yang dimaksud kompetensi 4 C yaitu Critical Thinking an Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama)
3. Kecenderungan kondisi degradasi moralitas, etika, dan budi pekerti.

C. Latar Belakang PPK
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Nlaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
2. Agenda Nawacita No. 8 
Penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental.
3. Trisakti 
Mewujudkan Generasi yang Berkepribadian dalam Kebudayaan.
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 
"Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran"
5. Mempersiapkan Generasi Emas 2045 yang bertaqwa, nasionalis, tangguh, mandiri, dan memiliki keunggulan bersaing secara global. 

6. Arahan Khusus Presiden kepada Mendikbud untuk memperkuat pendidikan karakter. 
D. Tantangan dan Urgensi PPK
1. Harmonisasi pengembangan potensi siswa yang belum optimal antara olah hati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan olah raga (kinestetik)
2. Besarnya populasi siswa, guru, dan sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia
3. Belum optimalnya sinergi tanggungjawab terhadap pendidikan karakter anak antara sekolah, orang tua dan masyarakat
4. Tantangan globalisasi Pengaruh negatif teknologi informasi dan komunikasi terhadap gaya h dup remaja, serta pudamya nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal bangsa
5. Terbatasnya pendampingan orang tua mengakibatkan krisis identitas dan disorientasi tujuan hidup anak
6. Keterbatasan sarana belajar dan infrastruktur Prasana dan sarana sekolah, sarana transportasi, jarak antara rumah siswa ke sekolah (jalur sungai, hutan), sehingga PPK diimplementasikan bertahap.

E. Prinsip Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi PPK
1. Sepuluh (10) Prinsip Pengembangan PPK:
-Nilai-Nilai Moral Universal 
-Pendekatan Sinkronisasi 
-Pendekatan Integral Prinsip
-Terukur dan Objektif Prinsip
-Pelibatan Publik Prinsip 
-Kearifan lokal Prinsip 
-Keterampilan Abad 21 
-Revolusi Mental Prinsip 
-Adil dan inklusif Prinsip 
-Evaluasi Program 
F. Manfaat dan Implikasi Program PPK

1. Enam (6) Manfaat Program PPK:
Penguatan karakter siswa dalam mempersiapkan daya saing siswa dengan kompetensi abad 21, yaitu: berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
2. Aspek Penguatan:
Revitalisasi manajemen berbasis sekolah melalui Broad Based Education (BBE) 
Sinkronisasi intra kurikuler, ko kurikuler, ekstra kurikuler, dan non kurikuler, serta sekolah terintegrasi dengan kegiatan komunitas seni budaya, bahasa dan sastra, olahraga, sains, serta keagamaan 
Deregulasi penguatan kapasitas dan kewajiban Kepala  Sekolah/Guru 
Penyiapan prasarana/sarana belajar (misal: pengadaan buku, konsumsi, peralatan kesenian, alat peraga, dll) melalui pembentukan jejaring kolaborasi pelibatan publik.

Senin, 03 April 2017

Sekolah, Mencari Ilmu atau Nilai?

Banyak orang bilang, belajar di sekolah itu untuk mencari ilmu. Sekarang mari kita tilik kenyataan yang ada. Pada saat masih kecil (TK/PG) sekolah merupakan sesuatu yang menyenangkan, sekolah tempat main dan belajar. Belajar pun terkadang terasa seperti bermain.

Beranjak ke Sekolah Dasar (SD), orang tua mulai terlihat menuntut. Beliau-beliau bilang sekolah itu tempat menuntut dan mencari ilmu. Selain di sekolah tidak ada tempat lain yang menyediakan fasilitas pembelajaran sekondusif di sekolah. Ok, itu benar, mari kita lihat ada apa di dalam sebuah sekolah dasar.

Di sana anak-anak belajar mempelajari apa yang diajari oleh bapak/ibu gurunya. Setiap ada pertanyaan, selalu bisa menjawab. Setiap ada tugas dikerjakan. Kemudian anak-anak akan memperoleh sesuatu yang disebut dengan nilai. Sekolah dasar merupakan dasar dari segala pelajaran. Setelah mengamati dan merasakan menjadi anak SD ada satu pikiran yang mengganjal. Bagaimana sebaiknya memperkenalkan ilmu pada anak-anak agar mau belajar dan menguasai ilmu tersebut? apabila dengan patokan nilai, muncul lagi sebuah pertanyaan. Bagaimana seorang guru mampu memahami murid yang diampunya? apakah hanya dengan nilai-nilai-nya saja? Dapatkah seorang guru meng-handle sekian puluh murid dalam satu waktu?

Beranjak ke SMP. Di SMP, pergaulan dan teknologi sudah semakin maju dan dikenal. Ada siswa yang saat pelajaran tidak pernah memperhatikan, kalo ditanya ga bisa jawab, tiba-tiba saat ulangan dia dapat nilai bagus, bukan karena ia mampu, tapi karena dapat "bisikan setan" (baca: contekan dan semacamnya) saat pembagian rapor, anak itu naik kelas dengan hasil yang sangat bagus, tetapi tidak dengan kawannya yang sudah berusaha mati-matian untuk mengerti segala macam ilmu dan yang hasil yang ia dapatkan tidak sebanding dengan apa usahanya.

Naik tingkat lagi ke SMA/SMK Muncul sebuah pemikiran, sebenarnya untuk apa masuk SMA kalo ilmunya ga kepake? apakah masih tergantung gengsi? mending masuk SMK kalau melihat hasil dalam jangka pendek. SMK sebenarnya malah lebih menjanjikan sebuah profesi dari pada SMA. Di SMA, proses pembelajaran tidak jauh berbeda dari SMP hanya saja materinya jauh lebih mendalam dan lebih susah. 

Fakta yang terjadi saat SMA. Saat pembelajaran, siswa merasa masa bodoh dan berpikiran "Yang Penting Dapat Nilai Bagus". Akhir dari pertanyaan ini adalah, apakah sekolah masih bisa objektif dalam menilai siswa ? apabila iya, mengapa Nilai kognitif masih mendapat tempat superior dalam penilaian akhir? padahal yang digunakan dalam kehidupan nyata BUKANLAH TEORI tetapi PRAKTEK.

Geser Finlandia, Siswa Korea Selatan Jadi yang Terpintar di Dunia. Ini 5 Rahasia Dibaliknya

Disamping drama Korea atau K-Pop idol, ada satu hal lagi yang patut dibanggakan oleh Korea Selatan. Sejak tahun 2012, Korsel telah menempati posisi teratas di dunia dalam kategori kualitas pendidikan dan sekolah. Siswa usia sekolah di Korsel memiliki kemampuan menyelesaikan persoalan matematika, science, maupun tingkat literasi yang lebih tinggi dari siswa negara manapun di dunia. Bahkan kebanyakan siswa Korea mampu menyelesaikan soal matematika kelulusan SMA-SMA di Eropa yang idealnya dikerjakan dalam durasi 1 jam, hanya dalam waktu 15 menit saja.
Bagaimana siswa-siswa di Korsel itu bisa begitu pintarnya? Uniknya jika sekilas dibandingkan dengan juara sebelumnya di tahun 2012 yaitu Finlandia, sistem pendidikannya justru berbeda jauh. Finlandia menekankan kualitas dibandingkan kualitas jam belajar, dengan 5 jam sekolah disertai banyak jam istirahat. Sedangkan di Korsel, siswa sekolah terutama anak-anak SMA seringkali baru pulang sekolah jam 10-11 malam. Bukan karena nongkrong bareng teman di mall atau jalan-jalan sore untuk cuci mata, mereka benar-benar duduk manis belajar di sekolah sampai jam 10 malam. Penasaran ‘kan alasan dibalik dedikasi waktu tinggi untuk pendidikan yang menurut kita kelewat ekstrem itu? Yuk disimak bersama!

1. Sejak zaman Joseon, pendidikan sudah diyakini sebagai satu-satunya jalan untuk memperbaiki nasib dan naik status dalam kelas sosial

 Rakyat jelata bisa bermartabat jika masuk akademi pendidikan Sungkyunkwan via www.kdramalove.com

Sistem kelas sosial yang kaku di kerajaan Korea, dimana garis keturunan menentukan apakah kamu termasuk kelompok bangsawan atau jelata mulai berubah di dinasti Joseon. Tiap tahunnya rakyat jelata diberi kesempatan mengikuti ujian nasional untuk jadi pegawai kerajaan yang strata sosialnya setara dengan bangsawan. Bagi orang Korea sejak itulah pendidikan diyakini sebagai jalan keluar satu-satunya untuk keluar dari kemiskinan sekaligus menaikkan martabat keluarga untuk generasi selanjutnya. Wajar saja jika pendidikan dipandang sebagai pertarungan hidup dan mati dalam konteks budaya tersebut. Dan ternyata nilai tradisional itu masih mengakar kuat hingga saat ini.

2. Meski tak ada lagi pemisahan antara bangsawan atau rakyat jelata, ujian nasional masuk perguruan tinggi bergengsi itu masih dianggap pertarungan hidup dan mati untuk harga diri


Jika ditanya apa yang tidak berubah di Korea sejak zaman Joseon hingga sekarang, mungkin jawabannya adalah obsesi rakyatnya terhadap ujian nasional. Kecenderungan menilai ‘kualitas’ seseorang dari hal-hal materiil seperti kepemilikan harta maupun lulusan dari universitas mana, pastilah tidak hanya terjadi di Korsel. Tapi lebih dari negara lain, masyarakat Korsel tampaknya terobsesi dengan riwayat pendidikan untuk mengukur kesuksesan seseorang. Buktinya hampir semua pegawai yang direkrut Samsung, Hyundai, atau perusahaan raksasa lain hanyalah mereka yang berasal dari universitas SKY atau Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University di Seoul.
Alhasil, almamater tak pelak jadi identitas diri yang selalu melekat sepanjang hidup. Mereka yang bisa masuk SKY, otomatis dianggap memiliki masa depan cerah. Yang gagal diyakini hidupnya bakal biasa saja. Banyak juga yang terus mencoba sampai bertahun-tahun lamanya. Hari ujian masuk perguruan tinggi sudah dianggap layaknya perayaan nasional. Semua orang turun ke jalan memberi semangat mereka yang ujian. Seakan-akan akan maju ke medan perang.

3. Untuk ujian terpenting dalam hidup itu, pelajar SMA di Korsel rela hanya tidur 4-5 jam per hari. Sekolah buka sampai jam 11.30 untuk menyediakan ruang belajar malam bagi siswa


Yang dapat pertukaran pelajaran di Korea semasa SMA, pasti sudah paham realita mencengangkan ini. Meski jam sekolah secara resmi berakhir sore sekitar jam 3, pelajar SMA tidak akan meninggalkan sekolah sampai larut malam. Ada sesi belajar mandiri yang wajib dilakukan oleh siswa setelah jam sekolah berakhir. Siswa diharapkan belajar sendiri di ruang kelasnya dengan guru jaga yang sesekali berkeliling mengecek. Mereka yang termasuk golongan rajin, seringkali akan belajar di sekolah sampai tutup mendekati tengah malam. Karena guru dan orangtua sama-sama menanamkan keyakinan bahwa ujian masuk perguruan tinggi adalah hal terpenting dalam hidup sejak kecil, banyak siswa yang benar-benar rela belajar sampai tengah malam di sekolah.

4. Disamping belajar di sekolah, hagwon atau tempat-tempat les juga jadi saksi nyata dedikasi tinggi pelajar Korea. Saking populernya, guru-guru hagwon sampai terkenal bak selebriti

Disiarkan bak selebriti, video tutor terkenal pun laris via daumcdn.net 
 
Kalau tidak belajar di sekolah, maka dipastikan anak-anak SMA kelas 3 di Korsel akan dapat kamu temui di hagwon atau tempat les. Dari hagwon biasa sampai yang spesialisasi matematika atau Bahasa Inggris, ada semua. Bisnis hagwon adalah salah satu bisnis paling menguntungkan di Korsel. Salah satu faktornya adalah kesediaan orangtua membayar biaya berapapun demi pendidikan anak. Korsel adalah negara dimana pengeluarannya untuk pendidikan privat seperti hagwon, tertinggi di dunia. Banyak keluarga yang menghabiskan lebih dari sepertiga total pendapatannya, hanya untuk biaya hagwon anaknya. Tak jarang juga keluarga Korea rela terpisah atau berpindah rumah demi bisa mendekatkan diri dengan sekolah atau hagwon terbaik.

5. Jika dilihat dari ranking kualitas pendidikan paling baru, dedikasi tinggi dari semua pihak itu jelas terlihat hasilnya. Tapi apakah obsesi terhadap pendidikan ini akan baik untuk masa depan Korsel?

Banyak orang Korsel yang tidak menikmati masa mudanya via photobucket.com

Siswa Korsel memang terbukti jadi yang paling unggul ketika diberi tugas menyelesaikan soal-soal ujian. Tapi ternyata keunggulan tersebut tidak bertahan ketika usia responden digeser jadi usia kerja di umur 30-an, dimana hidup penuh tantangan nyata yang lebih sulit dibanding soal ujian. Keunggulan pendidikan Korsel itu tampaknya luntur di dunia kerja yang masih sangat kaku. Karena deskripsi sukses yang sangat sempit, banyak lulusan dengan nilai baik pun memilih menganggur dibandingkan bekerja di perusahaan tidak bergengsi. Sistem pendidikan yang terobsesi dengan nilai dan kuantitas jam ini, tampaknya justru bukan indikasi yang baik dalam jangka panjang.
Belum lagi masalah-masalah sosial yang timbul dari gaya hidup ekstrem warganya yang terobsesi dengan pendidikan. Sudah rahasia umum bahwa Korsel juga menempati peringkat pertama terkait kasus bunuh diri remaja usia sekolah. Tiap tahunnya banyak cerita pilu dari siswa-siswa yang melompat di atap sekolah karena tidak tahan dengan tekanan untuk terus belajar.
Pemerintah Korea sudah mulai menanggapi kritikan tersebut dengan menerapkan beberapa aturan baru, seperti adanya curfew atau jam malam bagi hagwon atau sekolah untuk tutup lebih awal. Sekolah-sekolah juga dihimbau untuk memperbanyak aktivitas di luar kelas seperti festival olah raga. Tapi selama sikap masyarakat secara keseluruhan tidak berubah, anak-anak ini sendiri akan terus merasa tertekan untuk terus mendapatkan nilai tertinggi dan masuk universitas terbaik. Efektif sih, tapi nyata tak baik bagi masa depan.

 

 


 


 

Sabtu, 25 Maret 2017

Tips Mengatasi Anak Yang Malas Belajar

Beberap hari lalu saya sempat berdiskusi dengan teman satu profesi saya, mulanya beliau bercerita tentang adik laki-lakinya yang malas untuk belajar padahal sebentar lagi dia akan menghadapi ujian akhir kelulusan SMP. Sebuat saja namanya “Ardi”, Ardi ini termasuk anak yang belum bisa belajar dengan baik atau masih malas-malasan, kalaupun dia belajar itu hanya untuk menghindari omelan kakak dan ibunyan yang selalu menyuruhnya untuk belajar, dan bisa ditebak selama dia di ruang belajar yang dilakukan pun hanya pura-pura belajar atau belajar asal-asalan, sekolah pun hanya sekedar sebagai rutinitas seharian yang hanya berlalu begitu saja, sekedar menuruti perintah orang tua.

Apa yang terjadi pada Ardi sebenarnya juga banyak dialami anak-anak usia sekolah di masyarakat kita. Tak terhitung lagi berapa banyak orang tua yang mengeluh dan kecewa dengan nilai anaknya yang jeblok (jelek) karena anaknya malas belajar, dan sebaliknya tidak jarang juga kita menemukan anak yang ngambek atau menagis gara-gara selalu disuruh belajar. Ada orang tau yang memarahi anaknya, mengancam si anak untuk tidak akan membelikan ini dan itu kalau si anak tidak belajar, membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain, atau bahkan ada orang tua yang mengunakan cara kekerasan (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Jelas semua ini akan sangat berpengaruh pada fisik maupun psikis siswa.
Lalu sebenarnya bagaimanakah cara untuk mengatasi anak yang malas belajar? Masih perlukan kita dengarkan keluhan-keluahn orang tua tentang anaknya yang malas belajar? Haruskah anak itu ngambek atau menagis gara-gara dimarahin orang tuanya dan disuruh-suruh untuk belajar?
Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada baiknya kalau terlebih dahulu kita mencari penyebab dari prikalu malas belajar, kemudian baru mencari solusi guna mengatasinya. Betul Bu/Pak....? :D

Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi mental, intelektual, fisik, dan psikis anak. Malas belajar timbul dari beberapa faktor, untuk lebih mudahnya terbagi menjadi dua faktor besar, yaitu: 1) faktor intrinsik ( dari dalam diri anak), dan 2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar anak).

1. Dari Dalam Diri Anak (Intrinsik)
Rasa malas untuk belajar yang timbul dari dalam diri anak dapat disebabkan karena kurang atau tidak adanya motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan belum tumbuh dikarenakan anak belum mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya. Selain itu kelelahan dalam beraktivitas dapat berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi psikis. Sebagai contoh, terlalu lama bermain, terlalu banyak mengikuti les ini dan les itu, terlalu banyak mengikuti ekstrakulikuler ini dan itu, atau membantu pekerjaan orangtua di rumah, merupakan faktor penyebab menurunnya kekuatan fisik pada anak. Contoh lainnya, terlalu lama menangis, marah-marah (ngambek) juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis anak.

2. Dari Luar Anak (Ekstrinsik)
Faktor dari luar anak yang tidak kalah besar pengaruhnya terhadap kondisi anak untuk menjadi malas belajar. Hal ini terjadi karena:

a. Sikap Orang Tua
Sikap orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam belajar atau sebaliknya terlalu berlebihan perhatiannya, bisa menyebabkan anak malas belajar. Tidak cukup di situ, banyak orang tua di masyarakat kita yang menuntut anak untuk belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan mengajarkan kepada anak akan kesadaran dan tanggung jawab anak untuk belajar selaku pelajar. Akibat dari tuntutan tersebut tidak sedikit anak yang stress dan sering marah-marah (ngambek) sehingga nilai yang berhasil ia peroleh kurang memuaskan. Parahnya lagi, tidak jarang orang tua yang marah-marah dan mencela anaknya bilamana anak mendapat nilai yang kuang memuaskan. Menurut para pakar psikologi, sebenarnya anak usia Sekolah Dasar janga terlalu diorentasikan pada nilai (hasil belajar), tetapi bagaimana membiasakan diri untuk belajar, berlatih tanggung jawab, dan berlatih dalam suatu aturan.

b. Sikap Guru
Guru selaku tokoh teladan atau figur yang sering berinteraksi dengan anak dan dibanggakan oleh mereka, tapi tidak jarang sikap guru di sekolah juga menjadi objek keluhan siswanya. Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai bidang pelajaran yang akan diajarkan, atau karena terlalu banyak memberikan tugas-tugas dan pekerjaan rumah. Selain itu, sikap sering terlambat masuk kelas di saat mengajar, bercanda dengan siswa-siswa tertentu saja atau membawa masalah rumah tangga ke sekolah, membuat suasana belajar semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi siswa tertentu.

c. Sikap Teman
Ketikan seorang anak berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah, tentunya secara langsung anak bisa memperhatikan satu sama lainnya, sikap, perlengkapan sekolah, pakaian dan asesoris-asesoris lainnya. Tapi sayangnya tidak semua teman di sekolah memiliki sikap atau perilaku yang baik dengan teman-teman lainnya. Seorang teman yang berlebihan dalam perlengkapan busana sekolah atau perlengkapan belajar, seperti sepatu yang bermerk yang tidak terjangkau oleh teman-teman lainnya, termasuk tas sekolah dan alat tulis atau sepeda dan mainan lainnya, secara tidak langsung dapat membuat iri teman-teman yang kurang mampu. Pada akhirnya ada anak yang menuntut kepada orang tuanya untuk minta dibelikan perlengkapan sekolah yang serupa dengan temannya. Bilamana tidak dituruti maka dengan cara malas belajarlah sebagai upaya untuk dikabulkan permohonannya.

d. Suasana Belajar di Rumah
Bukan suatu jaminan rumah mewah dan megah membuat anak menjadi rajin belajar, tidak pula rumah yang sangat sederhana menjadi faktor mutlak anak malas belajar. Rumah yang tidak dapat menciptakan suasana belajar yang baik adalah rumah yang selalu penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas-fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations. Kondisi seperti ini berpotensi besar untuk tidak terciptanya suasana belajar yang baik.

e. Sarana Belajar
Sarana belajar merupakan media mutlak yang dapat mendukung minat belajar, kekurangan ataupun ketiadaan sarana untuk belajar secara langsung telah menciptakan kondisi anak untuk malas belajar. Kendala belajar biasanya muncul karena tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku-buku penunjang (pustaka mini), dan penerangan yang bagus. Selain itu, tidak tersediannya buku-buku pelajaran, buku tulis, dan alat-alat tulis lainnya, merupakan bagian lain yang cenderung menjadi hambatan otomatis anak akan kehilangan minat belajar yang optimal.

Enam langkan untuk mengatasi mals belajar pada anak dan membantu orangtua dalam membimbing dan mendampingi anak yang bermasalah dalam belajar antara lain:

1. Mencari Informasi
Orangtua sebaiknya bertanya langsung kepada anak guna memperoleh informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.

2. Membuat Kesepakatan bersama antara orang tua dan anak.
Kesepakatan dibuat untuk menciptakan keadaan dan tanggung jawab serta memotivasi anak dalam belajar bukan memaksakan kehendak orang tua. Kesepakatan dibuat mulai dari bangun tidur hingga waktu hendak tidur, baik dalam hal rutinitas jam belajar, lama waktu belajar, jam belajar bilamana ada PR atau tidak, jam belajar di waktu libur sekolah, bagaimana bila hasil belajar baik atau buruk, hadiah atau sanksi apa yang harus diterima dan sebagainya. Kalaupun ada sanksi yang harus dibuat atau disepakati, biarlah anak yang menentukannya sebagai bukti tanggungjawabnya terhadap sesuatu yang akan disepakati bersama.

3. Menciptakan Disiplin.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku-buku pelajaran, mengingatkan tugas-tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas sekolah.

4. Menegakkan Kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Untuk mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anak belajar, orang tua dapat sambil membaca koran, majalah, atau aktivitas lain yang tidak mengganggu anak dalam ruang tersebut. Dengan demikian menegakkan disiplin pada anak tidak selalu dengan suruhan atau bentakan sementara orang tua melaksanakan aktifitas lain seperti menonton televisi atau sibuk di dapur.

5. Ketegasan Sikap
Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya secara berulang-ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku ’tidak jujur’ melakukan aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar. Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya.

6. Menciptakan Suasana Belajar
Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan tanggung jawab orangtua. Setidaknya orang tua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian.

Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur mendapat nilai yang tidak memuaskan dan membuat malu orangtua, hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat belajar anak. Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. Jika enam langkah ini dapat diterapkan pada anak, maka sudah seharusnya tidak adalagi keluhan dari orang tua tentang anaknya yang malas belajar atau anak yang ngambek karena selalu dimarahi orang tuanya.

Sumber Bacaan
http://anaprivat.blogspot.com/
www.keluargabahagia.com
http://id.answers.yahoo.com/

Selasa, 21 Maret 2017

Tips Menghadapi Siswa “Nakal”

Sebagai insan yang berada di sebuah lembaga pendidikan, apalagi Sekolah Menegah Kejuruan yang notabene siswanya adalah laki-laki menghadapi siswa “nakal” adalah hal yang biasa. Mulai dari siswa yang sering terlambat atau bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas/ PR, ribut di kelas, jajan saat jam pelajaran, tidak sholat, dan masih banyak contoh “kenakalan” lain yang kerap dilakukan siswa. Hal-hal tersebut memang benar-benar menguji kesabaran kita. Dibutuhkan kesabaran dan keuletan tingkat tinggi.

Sebenarnya apakah benar ada anak diberi label “nakal”? Penulis sendiri tidak setuju bila ada siswa yang dilabeli “nakal”. Apalagi tidak sedikit guru yang memberi label “nakal” apabila ia merasa tidak sanggup mengendalikan siswanya. Di sisilain ukuran “nakal” tiap guru berbeda-beda. Sebagian guru akan menganggap siswanya “nakal” bila siswanya tidak mengerjakan PR, guru lain berpendapat siswa yang sering bolos/ tidak masuk sekolah adalah siswa yang “nakal”, sebagian lainnya menganggap siswa yang ribut saat pembelajaran adalah siswa yang “nakal”. 


Menurut saya tidak ada yang namanya siswa “nakal”, yang ada adalah;


  • Siswa yang krisis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan siswa terjadi karena siswa gagal mencapai masa integrasi kedua.
  • Siswa yang memiliki kontrol diri yang lemah. Siswa yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
  • Siswa yang kurang kasih sayang orang tua. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan menyebabkan kurang perhatian kepada anaknya. Tidak mengenalkan dan mengajarkan norma-norma agama kepada anaknya. Akibatnya dia akan sering bolos atau terlambat sekolah. Saat di sekolah ia akan berulah macam-macam untuk mendapat perhatian dari orang lain, termasuk kepada gurunya.
  • Siswa yang kedua orang tuanya tidak harmois atau bahkan bercerai. Suasana di rumah yang tidak nyaman akan menyebabkan anak tidak fokus saat pelajaran. Kedua orang tua yang seharusnya melidungi dan memberi contoh yang baik justru menjadi akar permasalahan anaknya.
  • Siswa yang menjadi “korban” dari saudara atau teman sepermainannya. Tipe anak seperti ini akan melakukan hal yang sama pada anak lainnya karena ia adalah ‘korban’ dan berusaha untuk membalas dendam.
  • Siswa yang mendapat tekanan dari orang tua. Tekanan ini bisa berupa tuntutan orang tua yang terlalu tinggi akan prstasi anaknya di sekolah atau peraturan di rumah yang terlalu ketat/ mengekang. Akibatnya bisa bermacam, siswa bisa pendiam tapi juga bisa “nakal” karena merasa ingin bebas.
  • Siswa yang mengalami kekerasan dalam lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya masalah ekonomi. Siswa yang mengalami kekerasan di rumah, maka saat di sekolah ia akan menunjukkan sikap memberontak kepada gurunya atau bahkan melakukan kekersaan seperti apa yang ia alami.
  • Siswa yang salah bergaul. Lingkungan memang sangat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan sikap siswa. Pergaulan yang kurang tepat atau menyimpang salah bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.
Itulah beberapa sebab mengapa siswa berperilaku “nakal” saat di sekolah. Saat kita tahu latar belakang masalah perikau murid kita, tentunya kita akan merasa iba dan kasihan. Oleh karena itu mari kita sebagai pendidik mulai untuk menghentikan label negatif kepada siswa.

Beberapa tips di bawah ini bisa kita coba untuk mengatasi perilaku siswa yang “nakal”, adalah:
  1. Berdo’a untuk anak terebut. Ucapkan namanya setiap kita berdo’a. Berharaplah apa yang kita minta akan dikabulkan Allah dan saat kita menghadapinya Allah mengkaruniakan kesabaran pada diri kita. Yakinlah dia akan berubah, karena keyakinan itu adalah doa. Dia pasti berubah, entah itu besok, lusa, atau kapanpun.
  2. Carilah info yang lengkap tentang siswa yang dianggap “nakal”. Tujuannya adalah agar kita lebih paham tentang latar belakanngya. Harapanya kita akan lebih bisa bersabar dan pengertian dalam menangani perilakunya.
  3. Hentikan ucapan atau label “nakal” pada siswa tersebut. Kita tahu ucapan adalah do’a. jika kita mengucapakan kata nakal, secara tidak langsung kita berdo’a agar dia menjadi nakal. Katakanlah yang baik-baik untuknya, walau bagaimana pun perilaku dan perkataannya.
  4. Panggilah dia ke runag BK atau masjid. Ajaklah dia berbicara empat mata dan dari hati ke hati. Tanyakanlah kepada siswa tersebut tentang harapannya, permasalahannya, atau sebab dia berbuat “nakal”. Dengan hal ini kita jadi lebih tahu tentang dirinya dan permasalahan yang sedang ia hadapi. Pada akhirnya, berilah ia solusi, motivasi dan arahan.
  5. Latilah dia dengan rasa tanggung jawab. Hal ini bisa dilakukan dengan kita memberikan dia kepercayaan. Contoh: menjadi muadzin, mengumpulkan kas kelas, membantu kita merekap buku tabungan, atau dengan melibatkan dia dalam kegiatan OSIS dan ROIS (meskipun dia bukan penggurus OSIS dan ROIS). Hal ini akan membuat dia merasa dibutuhkan dan diperhatikan. Tujuan akhirnya adalah agar dia tahu mana hak dan kewajibannya/ tanggung jawabnya sebagai siswa.
  6. Apabila siswa tersebut berbuat “nakal”. Maka, tergurlah dengan pelan-pelan dan jangan dibentak atau dimarahi. Karena siswa tipe seperti ini tidak akan berubah bila dimarahi. Mereka butuh didekati, diperhatikan, dan diajak berdiskusi, serta berilah mereka motivasi agar bisa berubah menjadi lebih baik. Katakan pada mereka “saya yakin kamu bisa lebih baik lagi dari kamu yang sekarang”. “saya akan merasa bangga bila kamu bisa lebih baik dari kamu yang sekarang”.
  7.  Apabila siswa tersebut berbuat “nakal”. janganlah diberikan hukuman fisik, seperti push up, set up, atau jalan jongkok. karena, hal ini justru akan menimbulkan rasa dendam dan jiwa melawan/ membangkang pada siswa. Tapi berikanlah dia hukuman seperti sholat dhuaha atau membaca Al-Qur'an.
  8. Buatlah perjanjian bila siswa tersebut berbuat “nakal”. Rekamlah dengan HP dan suruhlah dia mengucapkan janji agar tidak mengulangi perbuatannya. Bila dia mengulangi lagi, panggillah siswa tersebut dan putarlah rekamannya.
  9. Berilah dia pilihan. Berbuat baik konsekuensinya baik atau berbuat “buruk” konsekuensinya buruk.
  10. Bila siswa tersebut berbuat baik. Maka, pujilah dia. Pujian kita akan mebuat dia merasa bahwa usahanya dihargai dan diperhatikan oleh orang lain.
Itulah sedikit tips dari penulis. Semoga dapat memberikan manfaat. Prinsipnya adalah tidak ada siswa yang “nakal”. Yang ada adalah siswa kurang perhatian dan salah bergaul. Percayalah mereka bisa berubah. Perubahan itu akan bisa terjadi bila dimulai dengan strategi dengan menggunakan pendekatan hati. Bisa melalui tangan kita, atau mungkin tangan orang lain. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

Sumber:

Guru Sejati dan Revolusioner

Setiap orang pasti sepakat kalu seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat. Bukahkah guru itu digugu lan ditiru. Namun, apakah guru cukup menjadi teladan? Menurut penulis tidak. Mengapa? Karena guru juga harus sejati dan revolusioner. Artinya, yang perlu disoroti di sini juga semangat guru dalam mengemban tugas mulianya.

Secara implist, bisa disimpulkan ada “guru sejati” dan “guru aspal”. Guru sejati adalah meraka yang menjalankan tugasnya dengan
penuh semagat keikhlasan dan semangat revolusioner mendidik anak bangsa. Sedangkan guru aspal adalah mereka yang berorientasi pada “rupiah” belaka, mengajar tanpa mendidik, memenuhi presensi tanpa menjadi motivator sejati bagi siswa di sekolah.

era global seperti ini memang menuntut guru untuk menjadi pragmatis. Artinya, guru butuh kesejahteraan dan kemakmuran. Dan hal itu salah satunya diperoleh dari tugasnya sebagai guru di lembaga pendidikan. Di sisi lain munculnya kebijakan sertifikasi semakin menjadikan guru salah niat dalam mengajar. Padahal kebijakan tersebut seharusnya menjadikan guru lebih kreatif, inivatif, dan profesional dalam mengemban misi mencerdaskan anak bangsa, bukan sekedar mengejar rupiah. Oleh karena itu, hal ini harus segera diluruskan.

Lalu bagai mana caranya? Caranya adalah dimulai dari mencegah munculnya guru aspal. Karena apa artinya rupiah, jika guru tidak biasa menjalankan tugas sucinya. Maka sebagai insan pendidikan, hal itu harus disikapi guru dengan arif. Salah satunya adalah dengan mencegah munculnya guru aspal dengan beberapa solusi dan trobosan yang efektif. Setidaknya ada beberapa cara, antara lain:

Pertama, memperketat penerimaan guru, baik sekolah berstatus swasta maupun negeri, PNS atau GTT. Mengapa demikian? Karena, selama ini masih banyak orang masuk sekolah dan menjadi guru hanya “berbasis KKN”. Artinya, asalkan punya kenalan pihak sekolah/dinas, asalkan punya uang ratusan juta rupiah, maka akses masuk jadi guru juga mudah.

Kedua, mempertegas aturan dan kiteria atau syarat menjadi guru. Selama ini, penerimaan guru tidak ketat dan kriterianya tidak jelas. Kita ketahui bahwa setidaknya seorang guru harus memiliki empat kompetensi pendidikan, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Ketiga, guru harus linier, sesuai jurusannya. Artinya, jika guru itu lulusan Pendidikan Agama Islam, maka yang diajar gura mata pelajran agama Islam pula. Masih sering kita jumpai fakta di lapangan, guru mengajar tidak sesuai dengan bidangnya. Misalnya, lulusan Pendidikan Bahasa Indonesia mengajar materi bahasa Inggris, lulusan Pendidikan Biologi mengajar materi Ekonomi, dan sebagainya.

Yang jelas dan utama adalah guru harus memenuhi kualifikasi akademik dan kriteria plus-plus. Artinya, selama ini banyak guru yang pandai secara akademik, namun tidak mampu menjadi pendidik yang mampu memberikan motivasi dan semangat bagi siswanya. Inilah yang disebut dengan “kemampuan puls-plus” yang jarang dimiliki oleh guru. Bahkan banyak guru killer yang ditakuti siswanya, guru yang selalu memakai metode CBSA (Catat Buku Sampai Abis), guru yang mengajar ala kadarnya, banhkan guru yang centil/gatal kepada sisiwinya, dan masih banyak contoh lainnya. Inilah yang perlu dibenahi, jangan sampai guru aspal merusak pendidikan di negara ini.

Guru Revolusioner
Apakah cukup dengan itu, guru menjadi penentu pendidkan di negara ini? Tentu tidak, yang tak kalah urgen adalah perlunya guru revolusioner yang mengajar penuh dengan motivasi tinggi dengan semangat memajukan pendidikan Indonesia. Menurut Dian Marta Wijayanti, guru revolusioner memiliki beberapa ciri.

Pertama, dia selalu mengajar penuh rasa ikhlas tanpa pamrih. Artinya, dia tetap butuh kesejahteraan, tetapi bukan itu tujuannya. Mengapa? Karena menjadi guru bukanlah tujuan, karena posisi guru hanyalah alat untuk berbuat baik lebih banyak lagi dalam rangka memajukan pendidikan Indonesia yang masih jauh dari harapan.

Kedua, memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Artinya, bagai mana mungkin siswa akan bersikp disiplin kalau gurunya tidak.

Ketiga, selalu menjadi dambaan siswa dan memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dalam mencari ilmu, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Keempat, mampu mengajarkan kepada siswa, bahwa hidup tidak sekedar menjadi manusia berilmu, akan tetapi juga beriman dan beramal.

Kelima, selalu mengajarkan kepada siswa bahwa hidup bukan sekedar “mejadi apa” (to be), tapi yang lebih penting adalah “berbuat apa” (to do).

Inilah yang harus ditanamkan kepada siswa. Dengan demikian, wajah pendidikan kita akan semakin berseri-seri, jika para gurunya sejati dan revolusioner, bukan aspal.

Maka dari itu jadilah guru sejati dan revolusioner, bukan aspal. Bagaimana menurut Anda?

Keterangan:
Tulisan ini terinspirasi dari Artikel berjudul “Guru Revolusioner”, karya Dian Marta Wijayanti (Suara Merdeka edisi 19/10/2013)