Selasa, 17 Januari 2023

Jawaban Post Test Modul 2 Perencanaan Pembelajaran

 

Kunci Jawaban Post Test Pelatihan Mandiri Topik Perencanaan Pembelajaran Modul 2 Membuat dan Memodifikasi Modul Ajar - Ibu dan bapak guru akan dapat mengerjakan Post Test setelah menyelesaikan seluruh Aktivitas, baik Materi, Latihan Pemahaman dan Cerita Reflektif.

Beberapa catatan saat mengerjakan Post Test, yaitu :
  • Ibu dan bapak dapat mengerjakan soal secara acak, namun wajib dijawab semuanya.
  • Setelah selesai menjawab semua soal, klik “kumpulkan” untuk mendapatkan penilaian atau rekomendasi.
Dan berikut ini adalah referensi Jawaban Post Test Pelatihan Mandiri Topik Perencanaan Pembelajaran yang dapat digunakan sebagai acuan ibu dan bapak dalam menjawab Post Test.
 
 

Soal & Kunci Post Test Pelatihan Mandiri Topik Perencanaan Pembelajaran Modul 2

 

1. Berikut pernyataan yang bukan merupakan kriteria dari pemahaman bermakna adalah...
Jawab : Merupakan pemahaman praktis.


2. Tidak semua pertanyaan yang diajukan Guru kepada siswa adalah pertanyaan pemantik. Wiggins dan McTighe dalam bukunya The Understanding by Design menyatakan bahwa ada beberapa pertanyaan yang hanya mencari jawaban "resmi" dan benar (sesuai dengan buku teks) alih-alih membutuhkan jawaban dan penyelidikan yang mendalam. Jenis pertanyaan seperti ini akan mempersingkat proses penyelidikan yang sebetulnya diperlukan sebagai jantung pemahaman mendalam.
Berdasarkan hal tersebut, manakah yang merupakan pertanyaan pemantik dibawah ini?
Jawab : Seorang Guru IPA bertanya “Bagaimana proses proses terjadinya hujan?”


3. Produk akhir merupakan salah satu asesmen sumatif, yaitu asesmen untuk evaluasi pada akhir proses pembelajaran. Salah satu tujuan dari adanya asesmen ini adalah...
Jawab : Untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.


4. Pak Markus sedang merancang asesmen untuk pelajaran Ekonomi. Rencananya ia akan meminta murid menuangkan pemahamannya terkait dampak globalisasi dalam bentuk kampanye. Pak Markus memberikan kebebasan pada murid untuk memilih media kampanye selama pesan kampaye dapat tersampaikan dengan baik. Saat membuat rubrik, aspek-aspek yang tepat untuk mengukur asesmen tersebut antara lain...
Jawab : Sistematika kampanye, kualitas konten, orisinalitas, dan efektivitas media.


5. Indikator pencapaian kompetensi ditentukan berdasarkan...
Jawab : tujuan pembelajaran yang ditetapkan


6. Pernyataan berikut yang salah tentang modul ajar adalah...
Jawab : Modul ajar setara dengan RPP.


7. Bu Yuki sedang melaksanakan PJJ. Ia hendak menggunakan modul ajar yang tersedia untuk pembelajaran selanjutnya. Setelah mempelajari modul ajar ia mendapat hal-hal berikut:
  1. Isi modul ajar untuk pembelajaran luring
  2. Modul ajar menyediakan lembar aktivitas yang bisa mengasah kemampuan berpikir proses
  3. Modul ajar menyediakan rancangan asesmen yang bisa mendorong kompetensi muridnya secara menyeluruh
Jika akan menggunakan modul ajar tersebut, modifikasi yang perlu Ibu Yuki lakukan adalah...
Jawab : Mengganti bentuk asesmen menjadi kuis dengan bantuan aplikasi karena lebih mudah dilakukan secara daring.


8. Berikut merupakan peran media ajar dalam proses pembelajaran yang berpusat pada murid, kecuali...
Jawab : Menggantikan peran guru dalam mengajar.

9. Pak Robert sedang mempelajari modul ajar yang didapatkannya dari Platform Merdeka Mengajar. Karena mayoritas muridnya tidak memiliki telepon genggam untuk mengakses internet, ada beberapa aktivitas dalam modul ajar yang tidak bisa ia terapkan. Oleh karena itu, ia memodifikasi aktivitas menjadi kegiatan serupa namun tidak memerlukan telepon genggam. Upaya modifikasi modul ajar yang dilakukan Pak Robert tergolong...
Jawab : Modifikasi terkait sarana dan prasarana belajar.


Selanjutnya, Ibu dan Bapak akan mempelajari materi berikutnya yaitu Materi Pelatihan Mandiri Topik Perencanaan Pembelajaran Modul 3 Refleksi dalam Pembelajaran.

Bank Soal Pelatihan Mandiri Implementasi Kurikulum Merdeka Platform Merdeka Mengajar Lengkap dengan Jawaban dapat Bapak / Ibu lihat secara detail dengan cara klik gambar berikut :

Jawaban Post Test Modul 1 Merdeka Belajar

 Soal & Kunci Post Test Pelatihan Mandiri Topik Merdeka Belajar Modul 1


1. Berikut adalah salah satu contoh penerapan belajar merdeka yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah:
A. Mengajari murid-murid materi tentang kebudayaan
B. Guru membuatkan peraturan yang harus dipatuhi di dalam kelas

C. Mempercayakan murid-murid untuk bekerja dengan mandiri dan
membimbingnya jika membutuhkan bantuan

D. Murid-murid harus mengikuti seluruh rangkaian kegiatan belajar yang
sudah dibuatkan oleh guru di sekolah


2. Apa definisi manusia merdeka menurut Ki Hajar Dewantara?
A. Manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri, namun perlu
dibantu oleh orang-orang di sekitarnya untuk menentukan keputusan.

B. Manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir
maupun bantin, tidak tergantung dengan orang lain./
_
C. Manusia yang fokus dengan kekuatan yang dimiliki sehingga dapat
menjalankan kehidupannya dengan merdeka.
D. Manusia yang berdiri sendiri tanpa memperdulikan orang lain sehingga
dapat mengambil keputusan sesuai dengan hati dan pikirannya sendiri.


3. Pendidik sejatinya menuntun tumbuh kodrat pada anak agar dapat
memperbaiki....
_/A. Perilakunya/_
B. Dasar hidupnya
C. Kekuatan kodratnya
D. Potensinya


4. Berikut ini langkah-langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang
pendidik untuk menuntun murid-murid menjadi manusia yang merdeka,
kecuali ...
A. Memahami peran diri menjadi pendidik
_/B. Menambah kapasitas diri sebagai pendidik/_
C. Membuat perencanaan kegiatan belajar
D. Adaptif, relevan dengan tujuan belajar murid-murid


5. Sebagai guru, apa saja pengalaman belajar yang perlu dimaknai oleh murid?
_/A. Pengetahuan, keterampilan dan wawasan keilmuan, serta pendidikan
karakter/
_
B. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dan sikap untuk terus belajar
C. Pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk terus belajar, serta
mendampingi murid untuk bisa memahami dan mencapai tujuan belajarnya
D. Keterampilan, wawasan pengetahuan, dan mengajarkan mereka bersosialisasi


6. Untuk memberikan ilustrasi tentang pentingnya mendidik anak, Ki Hajar
Dewantara menyamakannya seperti...
A. Mendidik keluarga
_/B. Mendidik masyarakat/_
C. Mendidik teman belajar
D. Mendidik guru


7. Murid-murid kita saat ini adalah generasi digital native, fasih
berselancar di internet, mendapatkan pengetahuan bahkan mempelajari
keterampilan sesuai kebutuhan belajar mereka. Apa yang dimaksud generasi
digital native?
A. Generasi yang tumbuh di era transisi digital
B. Generasi yang tumbuh sebelum perkembangan teknologi digital
_/C. Generasi yang lahir dan tumbuh di dalam era digital/_
D. Generasi yang menemukan teknologi digital


8. Dengan menjadi guru, apa yang kelak akan dibentuk dengan menjadikan
murid-murid sebagai bagian atau bahkan pemimpin masyarakat di masa depan?
A. Kesenian
_/B. Kebudayaan/_
C. Adat istiadat
D. Keterampilan


9. Untuk menjadi guru yang dapat menghadapi perubahan zaman yang
dinamis, keterampilan apa yang perlu dimiliki seorang guru?
A. Inovatif
B. Efektif
_/C. Adaptif/_
D. Reflektif


10. Jika seorang guru ingin muridnya menjadi manusia yang memiliki
empati, maka ia perlu melakukan hal-hal berikut ini, kecuali....
_/A. Memastikan muridnya selalu sukses dalam proses belajarnya/_
B. Memahami keberagaman sifat dan karakter murid-muridnya
C. Membiasakan keberagaman sifat dan karakter murid-muridnya
D. Menempatkan dirinya sebagai rekan belajar setara sehingga timbul
perasaan saling, memahami, menghargai, dan membutuhkan.


Selanjutnya, Ibu dan Bapak akan mempelajari materi berikutnya
yaitu *Materi Pelatihan Mandiri Topik Merdeka Belajar Modul 2 Mendidik
dan Mengajar
<https://www.sinau-thewe.com/2022/04/materi-pelatihan-mandiri-topik-merdeka_16.html>*.

Materi Pelatihan Mandiri Modul 1 Merdeka Belajar

 

Materi Pelatihan Mandiri Modul 1 Merdeka Belajar

Pelatihan Mandiri Topik Merdeka Belajar Modul 1 Mengenali dan Memahami Diri Sebagai Pendidik - Pada modul ini, kita akan belajar dua hal yaitu merefleksikan diri dan peran sebagai pendidik serta memproyeksikan diri menjadi guru seperti apa di masa depan. Terdapat tiga tahapan untuk dapat menyelesaikan Modul 1 ini yaitu :

Pada Modul 1, ada tiga materi yang akan dipelajari antara lain :
  • Mengenali Diri dan Perannya Sebagai Pendidik.
  • Apa Peran Saya Sebagai Guru
  • Ingin Menjadi Guru Seperti Apa Saya

Bagi Bapak / Ibu guru yang kesulitan mempelajari Materi yang disampaikan dalam paparan video, kali ini Sinau-Thewe.com menyediakan Reviu Materi Pelatihan Mandiri Topik Merdeka Belajar Modul 1 Mengenali dan Memahami Diri Sebagai Pendidik.




A. Materi Aktivitas "Mengenali Diri dan Perannya Sebagai Pendidik"



Sebagai Pendidik tentu sudah seharusnya mampu mengenali karakteristik dan kebutuhan murid. Akan tetapi hal yang paling mendasar juga harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Reviu materi video ini mengajak Ibu dan Bapak Guru merefelksikan kekuatan dan kelemahan yang kita punyai, lalu bagaimana kita dapat mengelola apa yang kita miliki tersebut untuk berperan mendidik murid-murid kita.

Mengawali perjalanan kita di modul Merdeka Belajar ini, kita akan bersama-sama melakukan revleksi, mengenali diri, untuk lebih memahami peran sebagai pendidik berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Mari Kembali ke awal perjalanan kita sebagai pendidik. Dahulu, saat memutuskan menjadi guru, apa yang ada dalam pikiran ibu dan bapak guru? Mengapa memutuskan ingin menjadi pendidik? Bagaimana perjalanan perjuangan sehingga akhirnya sampai di profesi hebat ini?

Dengan menjadi guru, hadir setiap hari untuk murid-murid, hadir untuk terus menambah kapasitas diri, misalnya melalui media microlearning ini, kita telah menyadari kebutuhan untuk terus belajar secara mandiri. Apapun profesi yang dijalani, kita memang perlu terus belajar. Demikian juga dengan peran kita sebagai pendidik/guru. Kita perlu terus belajar agar bisa menghantarkan murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka. Dengan kesadaran untuk terus belajar secara mandiri, kita telah mengatur diri sendiri. Ini adalah bagian dari perjalanan kita menjadi manusia merdeka.

Menurut Ki Hajar Dewantara, Manusia Merdeka adalah manusia yang bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, tidak tergantung pada orang lain. Jika kita mengharapkan murid-murid kita kelak menjadi pribadi yang mandiri dan merdeka, tentunya penting untuk mengenal diri, berdaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontekstual terhadap diri dan lingkungannya.Sebagaimana disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Dasar-Dasar Pendidikan, Maksud Pendidikan itu adalah segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Salah satu langkah awal kita sebagai pendidik adalah bagaimana memaknai dan menghayayi pribadi kita sebagai manusia yang merdeka untuk terus belajar.Murid-murid kita kini memiliki cara belajar yang sungguh berbeda dengan kita dahulu. Mereka sangat fasih dengan teknologi, menjadikan internet sebagai salah satu sumber belajar utama. Mereka bisa dengan cepat mencari dan mengkonfirmasi pengetahuan dengan teknologi dalam genggaman, mereka bisa menjangkau pengetahuan sekalipun tanpa kita berikan. Lantas, ibu dan bapak guru, Apa yang perlu kita selaraskan agar bisa menjadi pendidik yang relevan dengan konteks zaman? Murid-murid kita memang sudah jauh berbeda dengan kita. Namun, mereka tetap butuh kehadiran sosok pendidik.
 
Ki Hajar Dewantara pernah menyampaikan, pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Mari kita revleksikan bersama, apa peran kita sebagai pendidik untuk dapat menuntun kekuatan kodrat dari murid-murid kita? Bagaimana kita bisa menjaga hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat murid-murid kita?

B. Materi Aktivitas "Apa Peran Saya Sebagai Guru"



Tidak dipungkiri bahwa peran guru amatlah penting bagi perkembangan murid. Reviu materi video ini bertujuan mengajak kita berefleksi bersama terkait peran sebagai guru selama ini. Materi kali ini, kita akan melakukan refleksi peran kita sebagai guru, baik untuk murid-murid di sekolah, maupun untuk masa depan bangsa, agar kita mampu melakukan refleksi mengenali diri, dan memahami peran sebagai pendidik berdasarkan pemikiran Hajar Dewantara.

Hal apa yang membuat ibu dan bapak guru merasa sangat bersemangat pergi ke sekolah? Apakah karena wajah-wajah murid, yang menengadah memandang ke arah kita saat kita menerangkan di depan kelas? Apakah Tak sabar ingin menyaksikan kemajuan belajar salah satu murid yang kemarin baru saja kita terangkan sampai berulang kali? Atau menunjukkan bahan ajar yang seru yang sudah kita siapkan pada murid-murid?
Semangat ibu dan bapak guru dalam memulai hari tentu akan merambat pada energi belajar anak-anak. Mungkin tidak hanya hari itu saja, tapi juga seterusnya. Ketika kelak mereka dewasa, mungkin menjadi pemimpin masyarakat, mereka akan membawa semangat itu. Dengan murid-murid kita yang sekarang adalah generasi digital native, fasih berselancar di internet, bisa mendapatkan pengetahuan, bahkan mempelajari keterampilan sesuai kebutuhan belajar mereka, bagaimana ibu dan bapak guru perlu menyelaraskan peran sebagai pendidik yang relevan dengan konteks murid dan zaman.
 
Sebagai guru, kita pasti ingin membekali murid-murid dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk terus belajar, mendampingi mereka memahami dan mencapai tujuan belajar. Mengutip pernyataan Ki Hadjar Dewantara, "Memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat, maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya".
 
Apa harapan ibu dan bapak guru untuk murid murid yang kini tengah diampu? Harapan tentu boleh setinggi langit, karena murid-murid ini kelak akan menjadi dewasa, menjadi bagian atau bahkan memimpin masyarakat, dan pada akhirnya akan membentuk kebudayaan kita di masa depan. Bisa jadi saat ini, ibu dan bapak guru memberi kesempatan murid-murid menyiapkan presentasi untuk dibawakan di depan kelas. Murid-murid dituntun untuk menulis konsep, menyusun kata-kata, dan menyampaikan idenya di depan teman-teman sekelasnya. Beberapa tahun kedepan, bisa jadi murid ibu dan bapak guru yang berbicara di depan rekan sekantornya saat rapat, bicara didepan warga memberi penyuluhan, atau bahkan berbicara pada konferensi tingkat internasional mewakili negara ini.
 
 
 
 
 
 
 
 
Ki Hajar Dewantara "menyamakan mendidik anak dengan mendidik rakyat". Menurut Ki Hajar Dewantara, "kehidupan kita saat ini adalah buah dari pendidikan yang kita terima saat kita masih anak-anak". Begitu pula dengan anak-anak yang saat ini belajar bersama kita, kelak akan menjadi bagian dari masyarakat di masa depan. Mengingat bahwa murid-murid kita akan menjadi masyarakat masa depan.
Sebagai guru, apa yang bisa kita lakukan untuk mengantarkan mereka menuju mimpi dan cita-cita mereka? Ketika kita menyadari banyak murid-murid dengan beragam impian, potensi dan kebutuhan di kelas, bagaimana kita menyesuaikan peran untuk menuntun perjalanan belajar mereka? Untuk pada akhirnya menemukan siapa diri mereka dan mengantarkan mereka menuju cita-cita.

Ibu dan bapak guru, hari ini kita belajar bahwa ternyata peranan seorang pendidik sangat besar. Hal apapun yang kita lakukan di kelas dari segi memfasilitasi proses belajar, atau hal sekecil ucapan pujian maupun cemoohan yang tidak sengaja terucap akan meninggalkan makna bagi murid-murid, yang kelak akan menjadi bagian dari masyarakat.

Sejak merancang, memfasilitasi hingga menilai proses pembelajaran, kita sebagai guru mesti hadir secara utuh. Setiap hal kecil yang kita sampaikan di kelas akan berkontribusi pada kecakapan hidup anak saat dewasa. Semua yang kita rancang untuk disimak murid-murid mesti bertujuan.
 
Ibu dan bapak guru sebenarnya sedang membentuk masyarakat, membentuk budaya masa depan lewat murid kita. Semangat untuk terus belajar, ibu dan bapak guru, wahai para pembentuk kebudayaan masa depan. Mari kita bersama terus belajar demi meraih tujuan pendidikan menjadi manusia Merdeka yang kelak akan menuntun murid-murid manusia merdeka.

C. Materi Aktivitas "Ingin Menjadi Guru Seperti Apa Saya"
 
Murid seringkali terinspirasi dari Ibu dan Bapak gurunya. Tentu sebagai guru, kita ingin memberikan pengaruh-pengaruh yang baik di masa depan murid. Reviu materi video ini mengajak kita memproyeksikan menjadi guru seperti apa di masa depan?


Ibu dan bapak guru salam dan bahagia, sebelum kita melanjutkan pembelajaran memahami lebih lanjut soal Merdeka Belajar sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, kali ini kita akan mengenang kembali pengalaman kita dimasa sekolah untuk bersama-sama merefleksikan sosok guru yang kita cita-citakan.

Ibu dan bapak guru, mari memutar ingatan kita kembali ke masa lalu, pengalaman menyenangkan apa yang ibu dan bapak guru miliki terkait sosok guru saat masa sekolah dulu ? Mari kita mengingat siapa-siapa saja guru yang kita senangi dahulu dan kenapa?

Apakah ada sosok guru saat sekolah yang pernah memberi nasehat yang hingga saat ini ibu dan bapak guru ingat? Misalnya sosok guru yang dikagumi selalu bertutur kata lembut, guru yang selalu menyimak pendapat kita, atau guru yang selalu menyemangati kita.

Apakah ada momen yang menjadi titik balik, misalnya ada guru yang memberi tugas lalu membuat ibu dan bapak guru menemukan kemampuan tersembunyi dalam diri? Apakah ada sosok guru yang memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan membuat ibu bapak ingat hingga saat ini?
Beriringan dengan mengingat pengalaman menyenangkan, sekarang mari kita ingat juga pengalaman tidak menyenangkan dengan sosok guru saat kita sekolah dulu.

Apakah ibu dan bapak guru memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan dengan sosok guru? Apa pengalaman yang kurang menyenangkan yang ibu dan bapak guru alami? Apakah ibu dan bapak pernah merasa takut atau terintimidasi dengan sosok guru yang galak? Apakah ibu dan bapak pernah merasa dipermalukan oleh seorang guru ibu dan bapak guru?

Setelah mengingat-ingat kenangan masa sekolah, mari kita mengenang pula awal mula memilih profesi Mulia ini.

Ketika memutuskan bekerja sebagai guru, sebenarnya kita ingin menjadi sosok guru seperti apa, apakah ingin menjadi guru yang bisa menularkan energi positif pada murid-murid? Apakah ingin menjadi guru yang membuat murid terus tertarik untuk belajar dan membekalinya dengan kemampuan untuk terus belajar hingga akhir hayat? Selamat dan bahagia serta siap hidup dan mengisi zamannya?

Ibu dan bapak guru, ketika kita ingin murid menjadi pribadi yang berkolaborasi misalnya apakah bentuk pembelajaran dikelas sudah membantu belajar untuk saling berkolaborasi atau malah cenderung berkompetisi?

Ketika kita ingin murid menjadi pribadi yang bisa belajar secara mandiri misalnya sudah kita membekali mereka dengan kemampuan mencari sumber belajar yang kredibel atau malah hanya menyuapi mereka dengan materi yang sudah tersedia di buku. Ketika kita ingin murid menjadi pribadi yang memiliki empati misalnya sudah kita berempati dengan murid-murid kita.

Sudahkah kita menciptakan suasana belajar yang selamat dan bahagia? Ibu dan bapak guru, mari kita ingat-ingat lagi keseharian kita mengajar di kelas. Sudahkah kita menjadi seperti sosok guru yang kita kagumi? Apakah kita sudah berupaya menjadi guru seperti guru-guru yang pernah kita idolakan? Apakah kita sudah menjadi sosok guru yang menyenangkan untuk murid-murid kita? 

Kita baru usaha terus beradaptasi dengan perubahan yang ada misalnya di masa pandemi ini. Apakah kita sudah menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid? Apakah ikhtiar yang kita lakukan selama ini sudah sejalan dengan tujuan pendidikan?

Ibu dan bapak guru, menjadi guru atau pendidik itu sangat menantang apalagi dengan perubahan zaman yang dinamis seperti yang kita alami saat ini. Guru perlu adaptif terhadap perubahan seperti disampaikan Ki Hajar Dewantara, pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti yaitu kekuatan batin dan karakter pikiran atau intelek dan tubuh anak.

Tidak hanya materi yang kita ajar tapi juga semua tingkah laku, tutur kata, dan cara kita mengajar akan membekas dan membentuk murid-murid sebagaimana kita dibentuk oleh guru-guru kita dahulu. Memang tidak mudah namun layak diperjuangkan. Ibu dan bapak guru, ciptakan rasa takjub dan kasmaran belajar pada diri murid-murid. Salam dan bahagia ibu dan bapak guru hebat.

Setelah Ibu dan bapak mempelajari seluruh Materi Modul 1, saatnya Ibu dan bapak menjawab beberapa pertanyaan pada Post Test. Sebagai bahan referensi bagi ibu dan bapak dalam menjawab Post Test, Sinau-Thewe.com menyediakan Kunci Jawaban Post Test Pelatihan Mandiri Topik Merdeka Belajar Modul 1.

Bank Soal Pelatihan Mandiri Implementasi Kurikulum Merdeka Platform Merdeka Mengajar Lengkap dengan Jawaban dapat Bapak / Ibu lihat secara detail dengan cara klik gambar berikut :



Demikian informasi tentang Materi Pelatihan Mandiri Topik Merdeka Belajar Modul 1 yang dapat berikan dari blog ini.
 

Senin, 16 Januari 2023

Membenahi Kualitas Pendidikan Kita



Masriadi Sambo Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Sekretaris Lembaga Pusat Studi Sosial & Humaniora (LP2SH) Aceh | Opini

Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/499935/membenahi-kualitas-pendidikan-kita

KUALITAS pendidikan Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Hal itu melihat pemeringkatan dari word population review 2021 yang menempatkan negeri ini pada peringkat ke-54 dari 78 negara yang masuk dalam pemeringkatan pendidikan dunia.

Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/499935/membenahi-kualitas-pendidikan-kita

 KUALITAS pendidikan Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Hal itu melihat pemeringkatan dari /word population review/ 2021 yang menempatkan negeri ini pada peringkat ke-54 dari 78 negara yang masukdalam pemeringkatan pendidikan dunia.

Kita masih kalah ketimbang negara serumpun Asia Tenggara, yaitu Singapura di posisi 21, Malaysia 38, dan Thailand 46. Dari sisi regulasi dan pendanaan, Indonesia telah mengalokasikan 20% dana APBN/APBD untuk sektor pendidikan. Angka itu tentu sangat besar sesuai dengan amanah UU
Sistem Pendidikan Nasional.

Sayangnya, otonomi daerah seakan menganulir fungsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk sekolah. Satuan sekolah taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama berada di bawah pemerintah kabupaten/kota dan sekolah menengah atas berada di pemerintah provinsi
di seluruh Indonesia. Saat ini laporan badan statistik Indonesia menyebutkan tercatat 218.399 sekolah jenjang TK hingga SMA/SMK.

Dari sinilah sektor keruwetan administrasi kependidikan untuk peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah bermula. Program kementerian ditafsir bukan kewajiban yang harus dipatuhi pemerintah
kabupaten/kota/provinsi. Salah satu contohnya, syarat kepala sekolah haruslah mereka yang lulus sekolah penggerak sejak 2021. Namun, masih saja ada daerah di Tanah Air yang melantik kepala sekolah tanpa
mengindahkan aturan itu.

Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI memberi sanksi berupa daerah tersebut tidak diizinkan ikut dalam program serial guru penggerak. Namun, sanksi itu tentu bukan sesuatu yang harus ditakutkan pemerintah daerah karena tidak berdampak langsung pada keuangan daerah.

Dalam konteks itu, otonomi daerah menganulir kewenangan pusat soal pendidikan. Itu pula yang memicu kualitas guru dan kepala sekolah di Tanah Air tidak merata. Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim lewat kurikulum Merdeka Belajar dan program Sekolah Penggerak tampaknya ingin mengembalikan sistem pendidikan berada di tangan kementerian.

Namun, belum ada regulasi atau komitmen bersama lintas kementerian untuk mendukung langkah itu. Dengan begitu, kurikulum Merdeka Belajar dan Sekolah Penggerak masih belum merata di Tanah Air.

*Pendampingan guru *

Untuk mengurai benang kusut itu, diperlukan regulasi pendidikan menjadi sentral di bawah kementerian. Otonomi daerah berdampak pada sistem keuangan daerah dengan dana alokasi umum dari pemerintah pusat tetap harus dipertahankan. Hal itu mengingat setiap daerah memiliki karakter budaya dan watak yang berbeda.

Namun, tulisan ini menawarkan solusi diperlukan peraturan presiden untuk menjabarkan 20% dana pendidikan APBN/APBD. Sejauh ini, mayoritas dana pendidikan bersumber dari APBD digunakan untuk proyek fisik, seperti rehabilitasi gedung sekolah, kursi, meja, hingga pengadaan buku. Intinya, semua berbasis proyek. Menjadi rahasia umum dalam satu proyek selalu dibarengi dengan /success fee/ (baca-uang) untuk pejabat daerah. Sementara itu, program pendidikan dan pelatihan relatif minim untuk
tidak menyebutkannya tidak ada sama sekali.

Sejatinya dalam peraturan presiden itu disebut secara eksplisit berapa persen harus dialokasikan untuk pendampingan guru dan kepala sekolah, termasuk sekolah lanjutan guru dalam dan luar negeri. Niatan kurikulum merdeka untuk menghadirkan guru dan kepala sekolah yang fokus meningkatkan mutu murid dapat dicapai maksimal.

Di sisi lain, aturan presiden itu harus ditegaskan sanksi bagi daerah yang tidak patuh pada sistem pendidikan nasional berupa pengurangan dana alokasi umum untuk ditransfer dari pemerintah pusat ke daerah. Sanksi itu untuk memastikan seluruh kepala daerah patuh akan sistem pendidikan nasional.

Untuk memastikan daerah memasukkan kearifan lokal dalam muatan pelajaran sebaiknya diatur dalam bentuk satuan jam pelajaran sehingga otonomi daerah masih tetap terjaga.

Program Merdeka Belajar menitikberatkan kompetensi kepala sekolah dan guru untuk menggerakkan seluruh /stakeholder/ fokus pada peningkatan kualitas siswa (Karen Prilisia Cahyadi, 2022). Memotivasi siswa dengan penerapan kearifan lokal dan inovasi teknologi. Niatan itu sungguh mulia, tapi sulit dicapai jika tidak ada pendampingan pada kualitas guru dan kepala sekolah. Masih banyak kepala sekolah yang tidak paham akan teknologi.

Saya berdiskusi dengan kepala dinas pendidikan dan kebudayaan di sejumlah kabupaten/kota di Aceh. Hasil asesmen lapangan, 40% dari kepala sekolah tidak mampu mengoperasionalkan komputer dengan baik. Umumnya didominasi kepala sekolah yang telah berumur lanjut. Lalu, bagaimana berharap kurikulum Merdeka Belajar dan Sekolah Penggerak sukses di tangan sumber daya manusia jenis ini?

Karena itu pula, butuh pendampingan layaknya diterapkan dalam Sekolah Penggerak selama sembilan bulan. Dari sinilah kita mengatasi ketertinggalan kualitas pendidikan bangsa ini agar sejajar dengan bangsa lainnya, minimal dalam rumpun Asia Tenggara.

 Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/499935/membenahi-kualitas-pendidikan-kita

Daftar Negara dengan Pendidikan Terbaik Tahun 2022, Ini Posisi Indonesia


Daftar Negara dengan Pendidikan Terbaik Tahun 2022, Ini Posisi Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Sekarang ini faktor keberhasilan suatu negara bukan hanya ditentukan oleh faktor ekonomi, hukum, dan pertahanan negara namun juga dari faktor pendidikan negara tersebut. Alasannya, karena pendidikan merupakan penggerak Sumber Daya manusia yang dapat memajukan semua faktor keberhasilan suatu negara.

"Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia," kata Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela

Sementara tingkat pendidikan bervariasi dari satu negara ke negara lain, ada korelasi yang jelas antara kualitas sistem pendidikan suatu negara dan status ekonomi secara umum dan kesejahteraan secara keseluruhan. Secara umum, negara-negara berkembang cenderung menawarkan kepada warganya kualitas

pendidikan yang lebih tinggi daripada negara-negara kurang berkembang, dan negara-negara berkembang sepenuhnya menawarkan kualitas pendidikan terbaik dari semuanya.

Pendidikan jelas merupakan kontributor vital bagi kesehatan negara secara keseluruhan.

Menurut Global Partnership for Education, pendidikan dianggap sebagai hak asasi manusia dan memainkan peran penting dalam pembangunan manusia, sosial, dan ekonomi. Pendidikan mempromosikan kesetaraan gender, menumbuhkan perdamaian, dan meningkatkan peluang seseorang untuk memiliki kesempatan hidup dan karir yang lebih banyak dan lebih baik.

Hasil pemeringkatan negara dengan pendidikan terbaik tahunan lalu dilakukan oleh US News and World Report, BAV Group, dan Wharton School of the University of Pennsylvania, kegiatan dan penilaian yang dilakukan adalah dengan mensurvei ribuan orang di 78 negara, kemudian memeringkat negara-negara tersebut berdasarkan tanggapan survei tersebut.

Negara mana yang terbaik dari segi pendidikan di dunia? Posisi berapa Indonesia?

Berikut ini daftarnya, dikutip dari worldpopulationreview.com, Sabtu (27/8/2022):

 

Penilaian yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan skor dari tiga atribut yang memiliki bobot yang sama yaitu sistem pendidikan publik yang dikembangkan dengan baik, seberapa banyak orang yang melakukan atau mempertimbangkan ingin melakukan pendidikan perkuliahan di universitas tersebut dan bagaimana negara itu menyediakan pendidikan berkualitas tinggi.

Berikut adalah Best Educational Systems - 2021 atau daftar negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik tahun 2021:

1. Amerika Serikat

2. Inggris

3. Jerman

4. Kanada

5. Perancis

6. Swiss

7. Jepang

8. Australia

9. Swedia

10.Belanda

Negara Indonesia sendiri mendapatkan peringkat 54 pada tahun 2021, yang berarti negara kita telah naik satu peringkat sebelumnya yaitu peringkat 55 pada tahun 2020.

Berikut daftar selengkapnya dengan posisi perolehan 2021:

  1. Amerika Serikat 1
  2. Britania Raya 2
  3. Jerman 3
  4. Kanada 4
  5. Prancis 5
  6. Swiss 6
  7. Jepang 7
  8. Australia 8
  9. Swedia 9
  10. Belanda 10
  11. Selandia Baru 11
  12. Denmark 11
  13. Norway 13
  14. Italia 14
  15. Finlandia 15
  16. Austria 16
  17. Spanyol 17
  18. Belgium 18
  19. Korea Selatan 19
  20. Irlandia 20
  21. Singapura 21
  22. China 22
  23. Rusia 23
  24. Israel 24
  25. Portugal 25
  26. Polandia 26
  27. Uni Emirat Arab 27
  28. Yunani 28
  29. Hungaria 30
  30. Turki 31
  31. India 31
  32. Afrika Selatan 33
  33. Argentina 34
  34. Arab Saudi 35
  35. Brasil 36
  36. Meksiko 37
  37. Malaysia 38 
  38. Mesir 39
  39. Ukraina 40
  40. Qatar 41
  41. Lithuania 42
  42. Kroasia 43
  43. Estonia 44
  44. Slowakia 45
  45. Thailand 46
  46. Rumania 47
  47. Chile 48
  48. Bulgaria 49
  49. Latvia 50
  50. Kolumbia 51
  51. Belarusia 52
  52. Slovenia 53
  53. Indonesia 54
  54. Filipina 55
  55. Uruguay 56
  56. Maroko 57
  57. Yordania 58
  58. Vietnam 59
  59. Panama 60
  60. Kosta Rika 61
  61. Oman 62
  62. Serbia 63
  63. Peru 64
  64. Azerbaijan 65
  65. Srilanka 66
  66. Tunisia 67
  67. Kenya 68
  68. Republik Dominika 69
  69. Libanon 70
  70. Kazakstan 71
  71. Uzbekistan 72
  72. Ekuador 73
  73. El Salvador 74
  74. Kamboja 75
  75. Myanmar 76
  76. Irak 77
  77. Guatemala 78

Sumber :  https://www.liputan6.com

 

Minggu, 15 Januari 2023

Dikenal dengan Pendidikan yang 'Kompetitif', Simak Jadwal Belajar Siswa di Korea Selatan yang Padat!

Korea Selatan adalah salah satu negara yang memiliki sistem pendidikan yang kompetitif. Setiap individu berlomba-lomba untuk masuk ke sekolah ternama, dan tak jarang pula banyak siswa-siswa yang menonjolkan kecerdasan mereka. Tidak hanya itu, rata-rata siswa di Korea selalu mengikuti kelas tambahan di luar jam sekolah. Mereka juga mengikuti ekstrakulikuler untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman. 
 
Jadwal sekolah umunya berlangsung dari Senin hingga Sabtu. Dan beauties tahu tidak, ternyata jam belajar di Korea bisa mencapai 16 jam perharinya, lho. Khususnya bagi siswa sekolah menengah atas, mereka akan belajar hingga malam hari. Apalagi bila sudah memasuki musim ujian dan penerimaan mahasiswa baru, jam belajar mereka akan semakin padat. Simak yuk, 3 waktu belajar yang berlaku bagi sekolah di Korea Selatan. 
 

Jadwal Belajar di Pagi Hari 
Siswa di Korea memulai jam belajar pada pukul 8 pagi. Jam belajar dimulai pukul 8 pagi/Foto: medium.com 
 
Sistem pendidikan yang kompetitif di Korea, mampu menciptakan siswa yang cerdas dan bekerja keras. Pendidikan yang kompetitif seakan sudah menjadi bagian dari budaya Korea. Mereka juga diberi kewajiban untuk membaca buku dan belajar mandiri. Sekolah dimulai pada pukul 8 pagi. Setiap pelajaran berlangsung selama 50 menit. Jadwal belajar diawali dengan kegiatan belajar mandiri sampai pukul 9 pagi. Lalu, siswa diberi waktu istirahat selama kurang lebih 20 menit. Waktu istirahat ini dimanfaatkan siswa untuk beragam aktivitas. Ada siswa yang melakukan konsultasi tentang pelajaran dengan gurunya, ada yang menggunakannya sebagai waktu makan, atau bermain dengan teman sekelas. 
 

Jam belajar kembali berlanjut dari hingga pukul 12 siang. Selama jam belajar berlangsung, guru akan silih berganti memasuki kelas sesuai mata pelajaran yang diampu. Di sela-sela jam belajar tersebut, siswa juga mendapat waktu istirahat selama 10 menit, di setiap pergantian mata pelajaran. Baca Juga : Dari Saeteo Sampai Bap-yak, Ini 6 Budaya Perkuliahan Korea yang Unik dan 'Tak Biasa' Kegiatan Belajar di Siang Hingga Sore Hari Pukul 12 siang, siswa mendapat waktu istirahat untuk makan siang selama hampir 1 jam. Waktu istirahat siang berlangsung hampir 1 jam/Foto: englishspectrum.com Pukul 12 siang adalah waktunya siswa untuk istirahat. Selama 50 hingga 60 menit, siswa akan mendapat waktu istirahat dan makan siang di kantin sekolah. 
 

Kegiatan belajar selanjutnya akan dimulai pada pukul 1 siang. Waktu belajar ini akan berlangsung hingga jam 3 atau 4 sore. Setelah itu, siswa akan melanjutkan kegiatan ekstrakurikuler atau jam belajar mandiri hingga pukul 5 sore. Aktivitas Setelah Jam Sekolah Setelah jam sekolah selesai, siswa di Korea akan melanjutkan belajar secara mandiri atau di lembaga les hingga jam 10 malam. Siswa melanjutkan jam belajar di sekolah atau tempat les hingga malam hari/Foto: koreabridge.net Beauties, biasanya kegiatan apa nih, yang biasa kamu lakukan sepulang sekolah? 
 
Kebanyakan siswa di Indonesia sepertinya langsung pulang ke rumah, ya. Ada juga sebagian siswa yang melanjutkan kelas tambahan atau private di lembaga les tertentu. Nah, kegiatan private ini sudah menjadi aktivitas setelah sekolah yang dilakukan siswa-siswa di Korea. Istilahnya adalah hagwon atau kegiatan mengikuti les tambahan di luar jam sekolah. Siswa di Korea bisa mengikuti hagwon hingga jam 10 atau 11 malam. Mereka juga sudah terbiasa belajar secara mandiri di perpustakaan.
 
Ternyata jadwal sekolah di Korea Selatan cukup padat, ya, Beauties. Umumnya jadwal tersebut berlaku bagi siswa sekolah menengah atas. Sedangkan, siswa di sekolah dasar dan menengah pertama, memiliki waktu belajar yang lebih pendek. Mereka akan selesai belajar di sore hari, sekitar pukul 4 sore. Bagaimana Beauties, tertarik untuk bersekolah di Korea?
 

Apa Saja Fakta Menarik dan Mengejutkan dari Sekolah di Korea?

 

Korea merupakan salah satu negara yang menjadi idola dari banyak orang, termasuk di Indonesia. Banyak dari kita yang mengidolakan korea karena menjadi tempat banyak artis populer baik dari K-POP maupun serial dramanya yang terbaik. Dari sini banyak orang yang suka kepo dengan kehidupan di Korea itu seperti apa.

Dari serial drama Korea atau video lainnya pasti banyak budaya dan hal – hal yang diketahui. Hal ini juga termasuk tentang bagaimana kehidupan sekolah di sana. Lantas, apakah sekolah di negeri Korea sama saja dengan di Indonesia, atau memang seindah drama yang biasa ditonton? 

Nyatanya ada beberapa fakta menarik dan mengejutkan mengenai sekolah di negeri ginseng tersebut. Ada yang menyenangkan ada juga yang membuat kita sedikit kaget, penasaran? Silahkan simak tulisan kami berikut ini

Apa saja fakta menarik dan mengejutkan soal sekolah di negeri Korea yang sudah dikumpulkan cermati.com? Silahkan simak poin berikut:

Bingung cari Kartu Kredit Terbaik? Cermati punya solusinya!

1. Lamanya Jam Belajar

lamanya jam belajar

Meski Indonesia tergolong lama jam belajarnya, nyatanya sekolah di Korea itu lebih lama lagi. Jam belajar sekolah di Korea tergolong lebih lama dari sekolah Indonesia. Sebagai gambaran siswa SD sampai SMP korea belajar biasanya dimulai dari jam 7 sampai 4 Sore, bahkan SMA dari jam 8 pagi hingga 10 malam!

Sistem fullday yang lama banget itu tentu sangat menguras tenaga, namun ada alasan dibalik itu. Pemerintah mematok aturan tersebut karena ingin siswanya bisa pintar dan bekerja keras untuk masuk ke Universitas yang ketat. Jadi memang lama dan gila banget ya!

2. Adanya Bimbel Sepulang Sekolah

Meskipun sekolah di sana sudah tergolong lama durasinya, namun nyatanya masih ada les atau bimbel yang juga dilakukan. Bimbel yang disebut dengan Hagwon biasanya dilakukan sepulang sekolah. Biasanya bimbel ini mempelajari kemampuan berbahasa Inggris dan pendidikan tinggi. Beda dengan Indonesia, Hagwon ini sifatnya wajib, apalagi untuk yang kelas akhir (12 atau 9). 

Meski jam sekolahnya sampai larut Hagwon tetap dilaksanakan, baik yang diadakan sekolah ataupun di luar sekolah. Jadi bisa dibayangkan ya, betapa kerasnya sekolah di korea ini.

3. Apa Mapel yang Diajarkan?

mata pelajaran

Sekolah di Korea hanya mengenal lima mata pelajaran (mapel) utama bertema eksak seperti Matematika dan Sains, sosial seperti mapel Studi Sosial, serta mapel Bahasa Inggris dan juga korea. Di Korea jarang diajar mapel soal keagamaan, hal ini mungkin yang membuat kasus bunuh diri di Korea angkanya termasuk tinggi.

Selain agama yang tidak diajarkan Olahraga juga tidak penting sehingga tak masuk jadi mapel. Hal ini membuat sekolah Korea jarang memiliki fasilitas olahraga yang memadai.

4. Sekolah 6 Hari Fullday

Sekolah di Korea masuk dari hari Senin hingga hari Sabtu. Mirip dengan yang di Indonesia sebenarnya, namun di Korea sekolah sampai sabtu juga tetap fullday sampai sore atau malam, beda dengan Indonesia yang hanya sampai tengah hari. Jadi bisa dibilang waktu mereka dihabiskan untuk sekolah setiap hari.

5. Peran Guru yang Sangat Dihormati

guru

Karena sistem pendidikan yang tergolong berat dan luar biasa, peran guru juga sangat penting di Korea. Hal ini membuat seorang guru sangat dihormati karena menjadi salah satu bagian penting di sistem pendidikan Korea.

Setiap siswa di Korea tentu patuh dengan ucapan gurunya, jadi hampir tidak ada kasus siswa seenaknya dengan guru di Korea seperti di Indonesia akhir – akhir ini.

6. Adanya Ujian Rotasi untuk Guru

Guru di Korea sekalipun memiliki sistem rotasi dan harus menjalani ujian untuk itu. Jika di Indonesia rotasi atau mutasi dilakukan dalam beberapa periode dan tanpa ujian, maka di Korea sedikit berbeda. Rotasi guru dilakukan 5 tahun sekali dan dilakukan dengan ujian, sehingga setiap waktu itu baik guru atau staf akan berganti.

7. Disiplin Tinggi dan Keras

disiplin

Selain keras dalam soal waktu dan materi pelajaran, nyatanya kedisiplinan di sekolah Korea tidak kalah kerasnya. Di Korea sistem disiplin sangatlah keras dan terkadang hukuman fisik tidak segan diberikan. Jika hukuman fisik di Indonesia bisa jadi masalah dan viral, maka di Korea hal tersebut adalah biasa.

Meski dikenal keras, hukuman fisik ini nyatanya tidak ditentang oleh para orangtua. Walaupun hukuman fisik sudah jarang diterapkan pada setiap sekolah, namun masih saja ada hal ini.

8. Orangtua yang juga sangat Disiplin dan Tegas Soal Sekolah

orang tua disiplin

Orang tua di Korea untuk urusan sekolah juga tergolong keras karena menuntun anaknya untuk terus belajar dan sekolah. Hal ini karena banyak pandangan masyarakat Korea yang menginginkan setiap anak menjadi dokter atau insinyur, mirip – mirip dengan Indonesia namun yang dilakukan orangtua di korea jauh lebih keras. 

Meski menjadi dokter ataupun insinyur membuat orang merasa wah, namun tak sedikit yang tak bisa menyanggupi tuntutan ini dan berujung pada bunuh diri.

9. Penggunaan English Name pada Nama Siswa

Selain fakta mengejutkan, ada juga fakta unik ini. Banyak dari siswa Korea memakai nama asing menggunakan bahasa Inggris. Tujuannya agar guru mereka, khususnya guru mapel Bahasa Inggris lebih memahami nama mereka.

Sekolah di Korea Ternyata Tidak Seindah di Drama Korea

Dari beberapa fakta mengejutkan tadi, tentu kita patut bersyukur karena sekolah di Indonesia sedikit lebih baik dari sana. Bagi yang suka nonton drama Korea, mungkin bayangan kalian tak seindah kenyataan di sini.

Sumber:  https://www.cermati.com