Silaturahim
Mendikbud dengan kepala dinas seluruh Indonesia Mendikbud Anies
Baswedan diserbu puluhan Kepala Dinas seusai memberikan paparan pada
Silaturahim Mendikbud dengan kepala dinas seluruh Indonesia di Gedung
Kemdikbud, Senin, 1 Desember 2014. (Kemdikbud/Ridwan Maulana)
Oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies R. Baswedan, PhD
Paparan
ini bertujuan untuk membangun kesadaran bersama di dalam birokrasi
pendidikan bahwa kondisi pendidikan kita sudah sangat gawat.
Masalah-masalah pendidikan sudah dianggap sebagai sebuah kelaziman.
Kini saatnya mengubah cara pandang tersebut didalam seluruh institusi birokrasi.
Potret buruk pendidikan hari ini, apapun sebabnya adalah tanggung jawab kita di birokrasi pendidikan.
Paparan
ini tidak berpretensi untuk sekadar memberikan “perintah” dan target,
tetapi mengajak semua pihak di dalam birokrasi untuk mencari terobosan
kreatif dan mengajak masyarakat untuk membereskan masalah pendidikan.
Berita baiknya…
Jumlah institusi pendidikan dasar dan menengah terus meningkat sejak jaman kemerdekaan.
Kini jumlahnya :
Terdapat Sekolah Dasar 148.061 Sekolah Dasar,36.210 Sekolah Menengah dan 25.580 Sekolah Menengah Kejuruan.
Angka
partisipasi pendidikan dasar terus meningkat: pada 1975 sebesar 75%,
1980 sebesar 88%, 2000 sebesar 92%, 2004 sebesar 93%, 2006 sebesar 94%,
dan 2007sebesar 95%.
Pemberantasan buta huruf terus digalakkan : pada 1945 angka buta huruf 95% dan pada 2011 buta huruf hanya 8%.
Kinerja baik Indonesia pada beberapa pemetaan global:
Kapasitas
Berinovasi berada di urutan 30 dari 142 negara, atau setara dengan:
Selandia Baru atau lebih baik dari: Spanyol, Hong Kong.
Favoritisme
dalam Pengambilan Keputusan, Indonesia berada di urutan 36, setara
dengan: Austria, lebih baik dari: Prancis, Brazil, Amerika Serikat.
Tingkat
Upah dan Produktivitas, Indonesia berada di urutan 28, setara dengan:
Irlandia, lebih baik dari: Denmark, Jerman, Norwegia.
Inefisiensi Belanja Pemerintahan, Indonesia berada di urutan 34, setara dengan Taiwan, lebih baik dari: Jerman, Inggris, Israel.
Keberdayaan/kecermatan
Konsumen, Indonesia berada di urutan 51, setara dengan Brazil, lebih
baik dari: Russia, Turki, Brunei.
Beban Regulasi Pemerintah, Indonesia berada di urutan, setara dengan Luxemburg, lebih baik dari: Austria dan Belanda.
Namun, berita buruknya…
75% sekolah di Indonesia TIDAK memenuhi standar layanan MINIMAL pendidikan.
Hal
tersebut berdasarkan pemetaan oleh Kemdikbud terhadap 40.000 sekolah
pada tahun 2012 ternyata 44,5 nilai rata-rata uji kompetensi
guru.Padahal, standar yang diharapkan adalah 70.
Hal tersebut terungkap dari Hasil Uji Kompetensi Guru pada tahun 2012 terhadap 460.000 guru.
Posisi
Indonesia di urutan 40 dari 40 negara pada pemetaan The Learning Curve -
Pearson. Indonesia juga termasuk pada 10 negara berkinerja terendah
dan berada pada peringkat 49 dari 50 negara pada pemetaan mutu
pendidikan tinggi.
Indonesia berada pada posisi 40 dari 42 negara
untuk literasi sains, berdasarkan pemetaan Trends in International
Mathematics and Science Studies tahun 2011.
Pemetaan TIMSS &
PIRLS 2011 menyebutkan Kinerja Indonesia pada Mathematics berada di
urutan 38 dari 42 negara, Science 40/42 negara, dan Reading 41/45.
Indonesia juga ada pada posisi 64 dari 65 negara pada pemetaan PISA pada tahun 2012
Kinerja
Indonesia ada pada posisi stagnan sejak PISA tahun 2000, tidak
menunjukkan peningkatan/penurunan signifikan. Cenderung stagnan pada
nilai kinerja rendah.
Pada PISA bidang literasi Matematika :
76% Anak Indonesia di PISA yang tidak mencapai level 2 yang merupakan
level minimal untuk keluar dari kategori low achievers. Jumlah anak yang
mencapai level tertinggi (5 dan 6) hanya 0,3%.
UNESCO pada 2012
menyebut hanya minat baca orang Indonesia hanya 0,001 atau hanya 1 dari
1.000 orang Indonesia punya minat baca serius.
Kekerasan fisik di dalam lingkungan pendidikan
Kekerasan fisik menjadi berita yang tiada henti, baik kekerasan fisik oleh/terhadap pelajar yang terjadi di luar sekolah.
Tidak
hanya fisik, tapi juga kekerasan seksual oleh/terhadap pelajar di luar
sekolah. Kekerasan seksual bahkan terjadi di DALAM lingkungan
persekolahan.
Dalam penelusuran sementara, terdapat lebih dari
230 berita kekerasan anak/pelajar di media daring selama periode bulan
Oktober-November 2014.
Kinerja buruk Indonesia pada beberapa pemetaan global
Indonesia
berada pada posisi 103 dari 142 negara dalam hal Suap Menyuap dan
Pungutan Liar, setara dengan: Moldova, lebih buruk dari: Senegal,
Mozambik, Ethiopia.
Transparansi dalam Pemerintahan berada pada
posisi 87, setara dengan Tanzania dan Burkina Faso, lebih buruk dari:
Benin, Malawi, Sri Lanka.
Dalam hal Kejahatan Terorganisir, Indonesia
berada pada posisi 109, setara dengan: Burundi atau lebih buruk dari:
Kamboja, Bangladesh.
Dalam hal Perilaku Etis oleh Perusahaan,
Indonesia di urutan 107 atau setara dengan Kenya, lebih buruk dari:
Zimbabwe, Burkina Faso.
Pendidikan Indonesia gawat darurat
Reformasi Pendidikan Tiongkok : Reformasi “Evaluasi Hijau”
Pada
bulan Juni 2013, pemerintah pusat Cina mengeluarkan panduan untuk
seluruh propinsi dalam mereformasi model penilaian mutu pendidikan. Ada 5
area yang jadi penilaian:
- Perkembangan Moral yang
diindikasikan oleh perilaku dan kebiasaan, kewarganegaraan, kepribadian
dan karakter, serta ambisi dan prinsip-prinsip yang dianut.
- Perkembangan Akademik yang diindikasikan oleh pengetahuan dan keahlian, pemikiran disiplin, kemampuan aplikasi serta kreativitas.
- Kesehatan Jiwa dan Raga
yang diindikasikan oleh kebugaran fisik, kebiasaan hidup sehat, selera
artistik dan keindahan, kesehatan emosional, kemampuan mengendalikan
diri serta komunikasi interpersonal.
- Perkembangan Minat dan Bakat Unik yang diindikasikan oleh rasa ingin tahu, bakat dan keahlian unik, serta penemuan dan pengembangan potensi diri.
- Pengurangan Beban Akademik
yang diindikasikan oleh waktu belajar misalnya: lamanya jam pelajaran,
pekerjaan rumah, waktu untuk tidur, dll.), kualitas instruksi, tingkat
kesulitan pelajaran serta tekanan akademik.
Pengurangan Beban Akademik
Pada
bulan Agustus 2013, pemerintah Cina mengeluarkan dokumen lanjutan untuk
mendorong daerah dan sekolah mengurangi beban akademik bagi siswa
pendidikan dasar:
- Penerimaan siswa yang transparan dan hanya berdasarkan domisili siswa.
- Pengelompokan siswa dan guru secara seimbang dan acak, tanpa kelas-kelas khusus.
- Pengajaran “titik awal nol” dengan asumsi kecakapan siswa mulai nol dan tidak ada ekspektasi akademik tinggi.
- Tidak ada pekerjaan rumah tertulis, tapi boleh memberi PR “eksperiensial” dengan ortu dan masyarakat.
- Mengurangi ujian. Standardized test dilarang untuk kelas 1-3 SD. Berikutnya, hanya boleh satu per semester.
- Evaluasi kategorikal. Sekolah tidak boleh memberi nilai angka, tapi kategori mulai “cukup” sampai “luar biasa”.
- Meminimalkan material tambahan. Hanya boleh satu material tambahan selain buku utama.
- Tidak boleh ada kelas tambahan.
- Kegiatan olahraga minimal satu jam. Sekolah juga harus berikan waktu istirahat dan relaksasi yang cukup.
- Memperkuat dukungan pada sekolah.
Otoritas pendidikan di semua tingkat kepemerintahan harus melakukan
inspeksi secara periodik dan mengawasi langkah nyata dalam mengurangi
beban akademik siswa, serta wajib mempublikasikan temuannya.
Reformasi Pendidikan Korsel
Pengaruh
College Scholastic Aptitude Test [CSAT/suneung] yang dianggap “sakral”,
mengakibatkan pendidikan Korsel lebih banyak digerakkan oleh
hagwon/bimbel.
Pemerintah Korsel melakukan beberapa reformasi untuk mengurangi ketergantungan pada tes:
Mengadakan razia kepada hagwon yang masih ada kegiatan belajar di atas jam 22.00.
Mendorong universitas melakukan penerimaan mahasiswa tidak hanya berdasar CSAT.
Reformasi Pendidikan AS
Karena
merasa tertinggal oleh negara-negara Asia Timur dalam berbagai pemetaan
pendidikan global, Amerika Serikat mendorong inisiatif kurikulum inti.
Pemerintah
federal menggunakan politik anggaran untuk mendorong negara bagian
menyesuaikan kurikulum daerah dan tes terstandarnya dengan Common Core.
Ironisnya,
ketika AS mengetatkan standardisasi untuk mengejar Cina dan Korsel,
justru Cina dan Korsel mereformasi pendidikannya menjadi lebih fleksibel
seperti pendidikan AS sebelumnya.
Reformasi Pendidikan Polandia
Pada
tahun 1998, Polandia melakukan reformasi pendidikan dimulai dengan
membuat kurikulum inti yang baru. Polandia juga mengirimkan 25% guru
kembali ke LPTK untuk dididik kembali, serta mengubah jalur pendidikan
dengan memundurkan penjurusan siswa selama setahun.
Terakhir, guru
diberi otonomi untuk memilih buku teks sendiri serta mengembangkan atau
memilih di antara lebih dari 100 opsi kurikulum spesifik yang sudah
disetujui oleh pemerintah pusat.
Reformasi Pendidikan Inggris
Pemerintah
Inggris baru saja menerapkan kurikulum baru yang menjadi pembicaraan
karena memasukkan materi pemrograman komputer kepada siswa sejak dini
untuk melatih kemampuan logika.
Perubahan kurikulum dilakukan secara
bertahap: diumumkan pada 2010, dilanjutkan penyusunan dan uji publik
intensif selama dua tahun, uji coba penerapan pada tahun 2013, diakhiri
dengan penerapan bertahap mulai tahun 2014 sampai dengan 2017.
Reformasi Pendidikan Finlandia
Reformasi pendidikan Finlandia dimulai sejak akhir 1970-an dan awal 1980-an, melalui tiga fase:
- 1980-an: Berpikir ulang tentang dasar-dasar teoretis dan metodologis persekolahan.
- 1990-an: Peningkatan melalui platform berjejaring dan perubahan yang dikelola secara mandiri oleh satuan pendidikan.
- 2000-an: Efisiensi administrasi dan struktur pendidikan dan persekolahan.
Reformasi
pendidikan di Finlandia dilepaskan dari kepentingan politik. Pemerintah
yang berganti-ganti tidak membatalkan arah reformasi.
Beberapa poin penting pendidikan Finlandia:
- Guru adalah profesi yang sangat dihormati dan memiliki otonomi besar dalam mengendalikan konten & arah pembelajaran.
- Sekolah negeri sangat mendominasi karena pemerintah berusaha mewujudkan paradigma “setiap sekolah adalah sekolah baik”.
- Pendidikan Finlandia berusaha mengejar kesetaraan bukan kesempurnaan, berusaha mendorong kooperasi, bukan kompetisi.
- Finlandia menggunakan closed loop system yang mendukung lifelong learning.
Pendidikan Finlandia dan Ki Hadjar Dewantara
Finlandia:
Menempatkan standardisasi pendidikan secara proporsional.
Ki Hadjar Dewantara:
Jangan
menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan.
Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan
yang lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi.
[Pusara, Januari 1940]
Finlandia:
Kesetaraan berpengaruh besar pada kinerja pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara:
Rakyat
perlu diberi hak dan kesempatan yang sama untuk mendapat pendidikan
berkualitas sesuai kepentingan hidup kebudayaan dan kepentingan hidup
kemasyarakatannya.
[Pusara, Januari 1940]
Pendidikan Finlandia dan Ki Hadjar Dewantara
Finlandia:
Standardisasi kaku dan berlebihan adalah musuh kreativitas.
Ki Hadjar Dewantara:
Anak-anak
tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik, tak mungkin pendidik
“mengubah padi menjadi jagung”, atau sebaliknya.
[Keluarga, Desember 1936]
Finlandia:
Anak harus bermain.
Ki Hadjar Dewantara:
Bermain adalah untutan jiwa anak untuk menuju ke arah kemajuan hidup jasmani maupun rohani.
[Mimbar Indonesia, Desember 1948]
Ironis ketika negara lain menerapkan prinsip-prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara
yang
ditulis puluhan tahun lalu dan sukses meningkatkan kinerja pendidikan
mereka...kita sendiri semakin terasing dari pemikiran-pemikirannya.
Kita harus mengembalikan persekolahan menjadi TAMAN, tempat belajar yang MENYENANGKAN.
Mengubah pendidikan itu seperti mengubah arah kapal tanker, bukan seperti mengubah arah speed boat.
Visi-misi pendidikan pemerintahan baru
Nawacita pemerintahan yang terkait dengan pendidikan
5.Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
- Program “Indonesia Pintar” melalui Wajib Belajar 12 tahun bebas pungutan.
6.Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
- Membangun
sejumlah science and technopark di kawasan politeknik dan SMK-SMK
dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini.
Nawacita pemerintahan yang terkait dengan pendidikan
8.Melakukan revolusi karakter bangsa
- Membangun pendidikan kewarganegaraan.
- Menghilangkan model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional.
- Jaminan hidup yang memadai bagi para guru terutama bagi guru yang ditugaskan di daerah terpencil.
Nawacita pemerintahan yang terkait dengan pendidikan
9.Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
- Memperkuat pendidikan ke-bhinneka-an dan menciptakan ruang-ruang dialog antar warga.
- Mengembangkan insentif khusus untuk memperkenalkan dan mengangkat kebudayaan lokal.
- Meningkatkan proses pertukaran budaya untuk membangun kemajemukan sebagai kekuatan budaya.
Tentang Kurikulum 2013
Beberapa poin:
- Tim evaluasi sedang bekerja menentukan keberlanjutan Kurikulum 2013.
- Beberapa opsi keberlanjutan dan revisi Kurikulum 2013.
- Evaluasi dan masukan dari daerah.
- Kaitan Kurikulum 2013 dengan janjipemerintahan baru.
- [menghilangkan penyeragaman dalam pendidikan, pengembangan pendidikan kewarganegaraan, pengembangan pendidikan karakter, dll]
Tentang Ujian Nasional
Beberapa poin:
- Beberapa opsi keberlanjutan dan reposisi Ujian Nasional.
- Ujian Nasional untuk siapa? – Perlunya merancang alat akuntabilitas yang bermanfaat bagi seluruh stakeholder.
- Paradigma
pemerintah sebagai pompa yang menolong dan memberdayakan siswa sejak
dini, alih-alih sekadar penyaring yang menghakimi dan menghukumi siswa
di ujung.
- Kaitan Ujian Nasional dengan janji pemerintahan baru.
[menghilangkan penyeragaman dalam pendidikan, pemerataan mutu pendidikan
Indonesia, pengembangan pendidikan karakter, dll]
Yang utama adalah guru...VIP-kan guru-guru kita!
- Lepaskan guru dari segala kepentingan politik praktis di pusat maupun daerah.
- Dorong masyarakat memberikan keistimewaan dan keutamaan pada guru-guru kita.
- Bantu guru mengurangi pengeluarannya dengan mendorong dunia bisnis memberikan program-program potongan harga khusus bagi guru.
Yang sering terlewatkan...Pendidikan orangtua
- Keluarga
sebagai salah satu dari trisentra pendidikan adalah tempat pendidikan
yang pertama dan utama. Kinerja akademik anak di sekolah pun sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar sekolah, utamanya di rumah.
- Sangat
penting untuk melibatkan orangtua secara aktif dalam proses pendidikan
di sekolah agar pembelajaran yang diterima anak bisa selaras dan tidak
saling menegasikan.
- Perlu disebarkan program-program yang
mendukung orangtua mendapatkan panduan dan bimbingan dalam mengawal
proses pendidikan dan tumbuh kembang anaknya.
Kepemimpinan Lokal dan Kinerja Pendidikan
- Laporan
Bank Dunia pada tahun 2013 menunjukkan keterkaitan antara model dan
mutu kepemimpinan lokal dengan kinerja pendidikan. Beberapa temuan:
- Daerah
yang memprioritaskan pendidikan dan menyisihkan anggaran lebih besar
cenderung mendapatkan hasil kinerja pendidikan yang lebih baik.
- Daerah
dengan pengelolaan pendidikan yang baik memiliki lebih banyak sekolah
dengan jumlah guru yang tepat sehingga menaikkan kinerja pendidikan.
- Daerah
dengan tingkat transparansi dan akuntabilitas yang lebih tinggi
cenderung memprioritaskan pendidikan dan memiliki lebih banyak guru
bermutu sehingga menaikkan kinerja pendidikan daerah.
Langkah-langkah perbaikan yang perlu kita lakukan bersama
Catatan awal:
- Mengelola pendidikan tidaklah mudah. Sebagian beban pengelolaan jatuh ke daerah walau seringkali masalah muncul dari pusat.
- Banyak
landasan regulasi yang sebenarnya sudah diletakkan, namun bantuan dari
pemerintah pusat bagi daerah untuk mengembangkan kapasitas masih kurang.
- Pusat
belum menjadi fasilitator dan mentor bagi daerah untuk bersama-sama
mengembangkan kapasitas dan selama ini masih mengandalkan pola hubungan
instruksional.
Kami akan perbaiki kekurangan ini!
Langkah-langkah perbaikan
PR bersama:
- Meningkatkan
kinerja delapan standar layanan pendidikan di semua sekolah dalam
waktu 3-4 tahun sehingga tidak ada yang berada di bawah standar layanan
minimal. Every school is a good school.
- Gerakan meningkatkan kemuliaan dan mutu guru. Pembenahan dan penuntasan status kepegawaian guru.
- Membangun
jejaring komunikasi dan kolaborasi yang lebih baik antar pemerintah
daerah untuk saling berbagi praktik-pratik baik, termasuk yang muncul
dari masyarakat.
- Mendorong keterlibatan aktif masyarakat dan
pihak swasta dalam membantu memecahkan masalah dan meningkatkan kinerja
pendidikan daerah.
Langkah-langkah perbaikan
Yang bisa Anda lakukan:
- Mohon
untuk mengukur diri dan menentukan apa yang bisa dibantu oleh
pemerintah pusat untuk mengembangkan kapasitas daerah dalam hal
kinerja organisasi dan kemampuan tiap-tiap sumber daya manusia, di luar
bantuan fasilitas dan pendanaan.
- Mohon untuk lebih sering hadir
berkeliling di sekolah, hadir berkeliling di KKG/MGMP, hadir upacara
sekolah secara bergilir, berkunjung dan berbicara dengan orangtua dan
komite sekolah, berdiskusi dengan elemen pendidikan dan aktivis
pendidikan di daerah.
- Mendorong gerakan pendidikan, baik yang diinisiasi oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat di tingkat
- akar rumput agar merebak di seluruh kabupaten
Begitu banyak inovasi pendidikan lahir dari penjuru Indonesia.
Ayo kita bertukar praktik baik!
Disampaikan Mendikbud R. Anies Baswedan, PhD dalam Silaturahmi Kementerian dengan Kepala Dinas Jakarta, 1 Desember 2014. Paparan selengkapnya dapat diunduh di
sini.