Senin, 25 Januari 2016

Mengenal Marsha Chikita Fawzi, Animator Muda di Balik Popularitas 'Upin Ipin'


Jakarta - Siapa yang tidak kenal Upin dan Ipin? Dua bocah kembar yang mencuri perhatian karena tingkah lakunya yang lucu dan menggemaskan. Siapa yang menyangka, di balik serial animasi yang disukai banyak anak kecil itu ada sentuhan tangan animator muda asal Indonesia. Ya, di antara sekian banyak animator yang terlibat langsung dalam proses pembuatan 'Upin Ipin', salah satunya adalah seorang wanita asal Indonesia, Marsha Chikita Fawzi.

Pada awalnya, wanita yang akrab disapa Chiki ini hanya bekerja paruh waktu di sebuah rumah produksi asal Malaysia demi memenuhi persyaratan nilai akademisnya. Berbagai pekerjaan yang berkaitan dengan produksi animasi pernah dilakukan secara serabutan dengan tenggat waktu yang lumayan singkat.

"Waktu itu aku tugasnya buat desain interior, latar belakang adegan, dan properti lainnya. Pokoknya semua harus dikerjakan dengan detail," cerita putri pasangan musisi Ikang Fawzi dan Marissa Haque ini saat berbincang dengan Wolipop di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan, Jumat (9/1/2015).

Selama bekerja di rumah produksi tersebut, ia banyak belajar tentang seluk-beluk pembuatan animasi dengan mencoba berbagai macam jenis pekerjaan. Mulai dari memberikan cahaya pada gambar, mengatur komposisi gambar, menggerakkan gambar, hingga mempelajari karakteristik suatu tokoh.

Menurutnya, setiap tokoh mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Maka dari itu, wanita kelahiran 28 Januari 1989 ini selalu menyempatkan diri pergi ke taman bermain untuk mengobservasi tingkah laku anak kecil saat mereka berjalan, berlari, berbicara, tertawa dan berbagai macam ekspresi lainnya. Hal ini dilakukannya sebagai bahan referensi agar bisa menciptakan tokoh yang terkesan lebih hidup.

Tiga tahun lebih bekerja sebagai animator, berbagai pengalaman berkesan pernah dialaminya. "Dari kantor ke rumah jaraknya cukup jauh. Lagipula aku kerjanya sampai malam, jadi kadang nggak sempat pulang. Seringnya tidur di kolong meja kerja, mandinya di musholla. Begitu terus setiap hari, aku pikir I have no life," tambahnya.

Atas dasar inilah wanita yang pernah bercita-cita menjadi pelukis dan pemahat ini memutuskan untuk kembali ke Indonesia di tahun 2012. Dirinya tidak lantas kembali dengan tangan kosong, namun membawa berbagai macam ide segar untuk kemajuan animasi Indonesia dengan membentuk Monso House, perusahaan animasi independen yang dibuat bersama lima orang rekannya.

Perusahaan kecil yang sudah berdiri sejak dua tahun lalu ini cukup aktif dalam berkarya. Salah satu proyek besar yang akan digarap dalam waktu dekat ini adalah film animasi yang berjudul Goceks, mengisahkan anak-anak kecil yang bermain bola di jalanan. Meski baru sampai pada tahap pra produksi, namun segala persiapan sudah mulai dilakukan termasuk bekerjasama dengan penerbit buku ternama.

"Jujur aja menurut aku industri animasi Indonesia ini kurang banget eksistensinya. Jadi aku dan teman-teman yang lain berharap kita bisa membangkitkan kembali dunia animasi Indonesia melalui film yang kita buat dan menyampaikan pesan-pesan moral pada anak kecil," paparnya.

Selain itu, wanita lulusan Multimedia University Malaysia ini juga mempunyai pekerjaan sampingan yang memang sesuai dengan darah seni yang didapat dari sang ayah. Dirinya seringkali diminta untuk membuat mural, lukisan yang digambar di dinding. Pekerjaan ini biasa dilakukannya di akhir pekan agar tidak mengganggu waktu kerjanya.

"Mural ini biasanya aku kerjain sendirian, dari pagi sampai malam. Memang sih capek, tapi aku senang bikinnya. Bisa eksplorasi kreativitas dan ketemu orang-orang baru juga," ringkas wanita yang akan merilis album musik solonya Juli mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar