Rabu, 12 April 2017

10 Ciri Sekolah Unggul


Tulisan ini terisnpirasi saat saya berbincang-berbincang dengan Pak Andi Budiman Jaya, beliau adalah seorang Trainer sekaligus kepala sekolah di Sekolahnya Manusia ( SMA School Of Human) sekolah tersebut adalah milik Pak.Munif Chatib penulis buku Best Seller “Sekolahnya Manusia”.
Berikut ini ciri-ciri sekolah unggul dalam pandangan saya sebagai guru :

1. Masuk Sekolah Tanpa Seleksi :
Sekolah unggul adalah sekolah yang pada tahap Inputnya (saat masuk) tidak melakukan seleksi dalam hal berkaitan dengan nilai atau kemampuan tertentu. Misalkan harus bisa baca, berhitung, menulis, nilainya harus tinggi dan berbagai persyaratan akademik lainnya adapun kalau ada tidak dijadikan sayarat lulus atau tidaknya siswa tersebut.
Sekolah unggul dalam tahap inputnya hanya melakukan pementaan tentang kemampuan peserta didik tersebut. Contohnya yang kami lakukan di Sekolah Akhlak, kami melakukan Tes Kemampuan Peserta Didik untuk mengetahui kemampuan membaca Latin, Arab (Iqro atau Al-Qur’an), menulis, dikte, berhitung dan tes kemandirian. Tes tersebut nanti akan kami jadikan sebagai acuan untuk membagi kelas berimbang, yaitu kelas yang isinya terdiri dari berbagai kemampuan peserta didik.

2. Menerima Semua Siswa Dengan Berbagai Karakter:
Sekolah unggul adalah sekolah yang bisa memanusiakan manusia, menerima segala keterbatasan yang dimiliki oleh calon siswa baru. Di Sekolah Akhlak kami lakukan hal itu, kami menerima siswa Autis, siswa Slow Learner , Fast learner dan siswa-siswa dengan ke unikan lainnya.
Bagi kami anak-anak istiniewa tersebut harus mendapatkan tempat terbaik, tempat yang bisa mengembangkan segala potensi yang dimilikinya serta tempat yang bisa memahami segala kekurangan yang dimilikinya.
Sekolah seperti ini biasanya juga disebut dengan Sekolah Inklusi, yaitu sekolah yang memiliki keberagaman kemampuan siswa atau kita juga mengenal tentang Sekolah Multiple Intelligence.
Oleh sebab itu kita harus punya keyakinan bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang bisa mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Alhamdulillah saya bersyukur kini sudah mulai banyak sekolah-sekolah yang mau melakukan ini.

3. Sekolah Yang Mendahulukan Nilai-Nilai Akhlak:
Sekolah yang bisa disebut dengan sekolah unggul bukanlah sekolah yang elit, sekolah yang biayanya mahal, sekolah yang gedungnya mentereng dan lain sebagainya. Sekolah yang unggul adalah sekolah yang mengutamakan nilai-nilai akhlak dalam budaya sehari-harinya, sekolah yang dalam tujuannya akhirnya adalah menjadikan pribadi-pribadi yang berakhlak.
Sekolah yang memiliki nilai-nilai akhlak pada gurunya, siswa-siswa dan masyarakat sekolahnya merupakan sekolah dambaan bagi para orang tua yang menginginkan masa depan anaknya menjadi cerah. Sekolah ini dalam istilah lain juga bisa disebut dengan sekolah berkarakter. Nah, hal ini saya coba wujudkan dengan menggagas berdirinya Sekolah Akhlak, alhamdulillah apa yang kami lakukan mulai terlihat hasilnya.

4. Sekolah Yang Memiliki Agenda Rutin Untuk Pelatihan Gurunya :
Salah satu penentu sekolah unggul adalah adanya guru-guru yang berkualitas dan guru-guru tersebut tidak mungkin ada tanpa di dukung oleh sebuah sistem dan manajemen sekolah unggul. oleh sebab itu kepala sekolah dan pengelola lembaga pendidikan (Yayasan) harus saling bersinergi untuk membangunnya.
Sekolah Unggul adalah sekolah yang memiliki agenda rutin dalam kegiatan pengembangan diri guru-gurunya. Idealnya minimal ada 8 kali pelatihan yang dilasankan oleh sekolah atau lembaga dalam setahun.
Pelatihan tersebut contohnya adalah tentang Ice Breaking, Manajemen Kelas, Lesson Plan, Seminar Parenting,  Administrasi Mengajar,  Character Buliding, Komunikasi Efektif, Public Speaking, Strategi Mengajar, Pelatihan Menulis, Pelatihan Media Pembelajaran dan lain sebagainya.
Bagaimana jika tidak memiliki biaya?
saya sendiri pada point empat ini belum bisa melakukannya secara maksimal, namun saya mencari solusi terbaik agar para guru terus bisa di upgrade kemampuannya dengan cara melakukan kajian buku bulanan, resensi buku dan kegiatan breafing pagi. Saya jelaskan lebih rinci pada point delapan.

5. Sekolah Yang Mampu Mensejahterkan Gurunya :
Bagaimanapun kesejahteraan adalah hal penting bagi sekolah unggul, fenomenanya banyak kita lihat disebuah lembaga pendidikan guru keluar masuk. Hal ini salah satu sebabnya di akibatkan karena kurangnya sekolah atau lembaga memperhatikan kesejahteraan gurunya.
Sudah sepatutnya sekolah atau sebuah lembaga memberikan ketenangan pada guru, agar mereka bisa mengajar dengan maksimal. Kesejahteraan guru tentu akan berdampak pada peningkatan kualitas sekolah tersebut, akan banyak guru yang memiliki komitmen yang tinggi dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.

Oleh sebab itu sudah sepatutnya ini menjadi perhatian besar bagi para pengelola lembaga pendidikan. Jika sekolah tersebut secara kualitas belum bagus, gurunya belum sejahtera, alangkah baiknya fokus pada satu sekolah dulu dengan tidak membuka cabang-cabang lainnya.

6. Sekolah Yang Memiliki Hubungan Baik Antara Orang Tua Murid, Guru Dan Pihak Pengelola:
Sekolah dan orang tua harus bisa saling bersinergi, karena bagaimanpun tidak akan ada sebuah program yang bisa berhasil, jika apa yang dilakukan di sekolah dengan yang di rumah berbeda.
Contoh kami di sekolah akhlak melaksankan kegiatan seminar parenting, kajian 3 bulan sekali dan kami membuat kesepakatan seperti ini bersama orang tua. Pada saat di rumah orang tua wajib membuat jadwal tentang program yang mendukung visi dan misi sekolah yaitu pada pukul 05.00 (setelah subuh) menyetel murotal Juz 30, Pukul 17.18.00 (sebelum magrib) menyetel murotal Juz 30 dan pada pukul 18.00-20.00 tidak boleh menyalakan TV di rumah.
Apa yang kami lakukan demi mewujudkan impian bersama yaitu untuk menjadikan anak-anak hafal Juz 30 dan 29 selama sekolah di Sekolah Akhlak. Alhamdulillah program ini cukup berhasil Insya Allah anak-anak kelas 3 di Sekolah Akhlak sudah hafal Juz 30.
Inilah pentingnya bersinergi antara orang tua, guru, karywan dan pengelola lembaga pendidikan.

7. Sekolah Yang Memiliki Budaya Unggul (Kebiasan-Kebiasan Baik) :
Kebiasan-kebiasan baik (Habits) wajib dimiliki oleh sekolah unggul, karena ini akan menjadi brand sekolah tersebut. kebiasan-kebiasan baik ini tercermin dalam budaya sekolah. Contohnya di Sekolah Akhlak kami membiasakan anak-anak agar memanggil adek kelasnya dengan adik dan sebaliknya memanggil kakak kelas dengan panggilan kakak, membiasakan saat berjalan menemukan sampah langsung di pungut, membiasakan untuk mengingatkan teman-temannya yang melanggar budaya sekolah dan lain sebagainya.
Budaya sekolah akan menjadi bekal penting bagi masa depan anak-anak, karena kelak mereka akan membiasakan hal-hal yang baik, semoga kita bisa melakukannya.

8. Sekolah Yang Menjadikan Membaca Dan Menulis Adalah Agenda Wajib Bagi Guru-Gurunya :
Bagi saya sebagai guru, buku sudah sepatunnya dijadikan sahabat terbaik, karena bagaimanapun guru harus terus mengasah kemampuan dirinya. Jika kesempatan untuk mengikuti pelatihan sangat jarang maka solusinya adalah dengan cara membaca buku-buku inspiratif yang berbuhungan dengan profesi kita.
Oleh sebab itu hal ini harus di dukung oleh pihak sekolah atau lembaga pemiliki sekolah dengan cara menyediakan perpustakaan khusu bagi guru, yaitu dengan menghadirkan buku-buku populer. Selanjutnya kepala sekolah membuat kebijakan, bahwa setiap guru wajib meresensi buku minimal 1 buku dalam sebulan, kemudian hasil resensi tersebut di kaji dalam rapat bulanan.

9. Sekolah yang mementingkan kebersihan dan kesehatan sekolah (Sekolah Hijau)
Tempat yang paling nyaman untuk belajar adalah tempat yang bersih dan sehat. Sekolah unggul biasanya secara fisik bisa sangat terlihat, walaupun gedungnya tidak mentereng, bertingkat-tingkat dan tidak ber AC, tapi sekolah tersebut terlihat asri, nyaman, hijau dan bersih.
Jika sekolah tersebut sudah terlihat seperti ini, bisa dipastikan anak-anak yang sekolah tersebut adalah anak-anak yang berakhlak, karena dia mampu menjaga hubungan baik dengan alam.  Siapaun siswa atau guru yang berada di tempat tersebut akan merasakan kenyamanan yang luar biasa.

10. Sekolah Yang Mau Berbagi Kesuksesan Dengan Sekolah Lainnya :
Sekolah unggul bukanlah sekolah unggul dengan kesendiriannya, tapi sekolah unggul adalah sekolah yang bisa menjadikan sekolah lain bisa menjadi unggul juga. Oleh sebab itu ciri dari sekolah unggul yang kesepuluh ini sangat penting untuk dimiliki, yaitu sekolah yang siap berbagi ilmu dengan siapapun yang mau menimba ilmu.
Saya merasa bangga, kini banyak sekolah unggul yang “tidak pelit” ilmu, untuk membagikan kesuksesannya dengan sekolah-sekolah lain. Bahkan banyak sekolah unggul yang mengadakan pelatihan-pelatihan secara gratis untuk sekolah lain demi mewujudkan mimpi bersama yaitu mewujudkan generasi berakhlak dan berilmu.
Sahabat, sungguh saya bukan seorang ahli, begitupun dengan Sekolah Akhlak, belumlah menjadi sekolah yang ideal, tapi paling tidak artikel sederhana ini mengingatkan kita bersama bahwa sekolah uggul tidak melulu dilihat dari nilai angka-angka yang tinggi. Semoga bermanfaat, terimakasih sudah menyempatkan membacanya.

6 Cara Membuat Brand sekolah lebih kreatif menurut Namin AB Ibnu Solihin

Saya bersama siswa Sekolah Akhlak, pada sesi ujian Komperhensif Hafalan Juz 30
Motivator Pendidikan Kreatif-Sahabat sudah sekolah anda memiliki Brand yang dikenal banyak orang, lalu apa yang orang kenal dengan sekolah anda, hal apa yang paling mengingatkan orang jika bicara tentang sekolah anda atau jangan-jangan sekolah anda biasa-biasa saja tak perlu punya brand dan biarkan saja berjalan apa adanya secra konvensional.
Kalau begitu begini saja, bagi yang ingin biasa-biasa saja ya silakan, saya ingin mengajak sahabat yang memiliki keinginan untuk membangun Brand sekolah yang lebih kreatif agar sekolah menjadi lebih banyak dikenal oleh mayasyarakat. Tentu bukan hanya dikenal tapi saya berharap sekolah yang kita bangun adalah sekolah yang memiliki kemaslahata untuk umat, sehingga keberadaanya menjadi dibutuhkan oleh masyarakat.
Berikut ini menurut pandangan saya, membuat Brand sekolah lebih kreatif :

1. Masalah dan Kebutuhan dan jadilah sekolah solusi
Sebelum menentukan Brand Sekolah langkah pertama yang kita lakukan adalah melakukan Analisis SWOT, saya yakin sahabat sudah sangat paham dengan hal ini. lihatlah apa masalah yang sangat urgen didalam masyarakat saat ini, baik di sekolah, pemerintahan, keluarga atau di lingkungan tempat tinggal kita. Contohnya adalah dalam Pemerintahan banyaknya kasus korupsi, perbuatan amoral para pejabat dan lain sebagainya, di sekolah, keluarga dan masyarakat contohnya banyak aksi tawuran, seks bebas, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), lemahnya keteladan orang tua dan lain sebagainya, inilah yang kemudian melahirkan Sekolah Akhlak. Sekolah yang akan kita buat juga harus dibutuhkan oleh banyak masyarakat serta harus mampu menjadi solusi pada maslah-masalah yang ada sehingga sekolah bukan hanya sekedar ada tapi keberadaanya bisa menjadi solusi cerdas.

2. Tentukan kualitas lulusan yang ingin dihasilkan :
Hal ini sangat penting karena berkaitan dengan proses aktivitas di dalam kegiatan belajar, budaya sekolah dan Brand sekolah itu sendiri. Contoh kualitas lulusan yang ingin di capai Sekolah Akhlak hanya berfokus kepada 4 hal yaitu : Berakhlak Mulia, Rajin Sholat, Penghafal Qur’an dan Berwawasan Global. Contoh lain mungkin sekolah yang anda buat ingin menghasilkan lulusan yang menghasilkan pemimpin yang berwawasan global, lulusan yang menguasai bahasa dan lain sebagainya.

3. Buat Nama Brand yang menarik dan mudah di ingat usahakan dengan dua kata :
Setelah sahabat menentukan kuaitas lulusan yang di inginkan, langkah selanjutnya adalah membuat Brand Sekolah, gunakanlah kalimat yang populer tapi belum banyak digunakan oleh sekolah lain serta mencerminkan kualitas lulusan yang di nginkan serta sesuai denga budaya sekolah dalam kehidupan sehari-hari. contoh Brand Sekolah sebagai berikut : Sekolah Kreatif (sudah banyak yang pake), creative school (sudah banyak yang pake juga) Sekolah Akhlak (Ini Brand sekolah saya, coba anda ketik di google), Sekolah Alam (Memiliki jaringan luas) Sekolah Tangguh, Sekolah Cerdas, Sekolah Hebat, Sekolah Inspiratif, Sekolah Unggulan,Sekolah Hijau dan lain-lain kalimat yang populis atau mungkin kalimat yang unik, silakan saja dibuat.

4. Membuat Tim Perancang Implementasi Brand Sekolah kedalam Program :
Setelah menentukan point di atas langkah berikutnya adalah membuat Tim Perancang Implementasi dari Brand Sekolah yang bisa direalisasikan dalam bentuk program nyata. Contohnya adalah membuat budaya sekolah yang memiliki kesamaan atau kesesuai dengan Brand sekolah. Contohnya jika anda membuat Brand Sekolah Hijau, maka budaya yang bisa dilaukan setiap hari adalah dengan membiasakan siswa secara bergiliran untuk melakukan perawatan terhadap tanaman yang ada di sekolah. atau jika sekolah anda punya Brand Sekolah Penghafal Al-Qur’an, maka setiap harinya sekolah tersebut harus melakuan pembinaan hafalan qur’an seperti dengan menyetel murotal Qur’an setiap pagi, siswa setoran hafalan setiap pagi dan lain sebagainya.

5. Kepala Sekolah dan Tim Pendidik yang lain jadilah teladan utama dalam merealisasikan Brand Sekolah :
Saya sangat yakin sebuah Brand Sekolah hanya akan bisa berhasil dilaksankan jika ada keteladan dari pihak-pihak terkait dalam lingkungan sekolah terutama kepala sekolah dan guru. Contoh jika sekolah anda Brandnya adalah Sekolah Kreatif, maka yang pertama harus memilki kreativitas dalam segala hal adalah kepala sekoalhnya, misalnya melakukan pembelajaran kreatif, membuat kegiatan kreatif, membuat bahan ajar kreatif dan sebagainya.

6. Kampanyekan lewat Media Sosial (Blog, Twitter, FB dan lain sebagainya)
Cara kreatif yang bisa dilakukan untuk mengkampanyekan Brand Sekolah adalah lewat Media Sosial, karena medsos kini merupakan media yang bisa di akses oleh seluruh manusia, caranya adalah dengan membuat tulisan, poster, video, kegiatan dan lain sebagainya.
Gimana kira-kira menurut sahabat kira-kira bisa dilakukan tidak? saya yakin bisa, jika ingin berkomunikasi untuk membicarakan Brand Sekolah jagan ragu untuk menghubungi saya. Terimakasih semoga bermanfaat.

Selasa, 11 April 2017

Pengertian Konsep Belajar Tuntas

Pengertian Konsep Belajar Tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas. Konsep Belajar Tuntas sebagai cara belajar mengajar sangat menguntungkan bagi siswa karena setiap siswa dapat dikembangkan secara optimal.

Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengemukakan bahwabelajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok sehingga apa yang dipelajari siswa dapat tercapai semua”.



Menurut Suryosubroto, belajar tuntas adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Kunandar dalam bukunya  guru propesional implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)  dan persiapan menghadapi sertifikasi guru mengatakan bahwa  ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal  ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.  Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus-menerus untuk mencapai ketuntasan ideal.

Konsep Belajar Tuntas

Pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dalam KTSP adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kemampuan siswa dalam penelitian ini disesuaikan dengan pelaksanaan belajar tuntas, yaitu adanya program perbaikan/program remedial, yakni jika siswa belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan, maka siswa diberi program perbaikan sampai mencapai ketuntasan.

Ciri pertama penilaian pendidikan yaitu penilaian dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan mengukur kepandaian dengan ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal, yaitu dilakukannya evaluasi. Alat yang digunakan dalam evaluasi ada 2 macam, yaitu tes dan non tes. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang fungsinya untuk mengukur hasil belajar siswa dan mengukur keberhasilan program pengajaran. Sedangkan teknik bentuk non tes untuk menilai sikap, minat, dan kepandaian siswa, melalui teknik wawancara, angket dan observasi. Dari uraian tadi dapat diketahui bahwa kemampuan dapat diukur melalui tes, tes juga dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa.    
Referensi
  • Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993),
  • Suryosubroto B,  Proses belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
  • Kunandar, Guru propesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
  • (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru,  (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed. 1

Minggu, 09 April 2017

SURAT DIRJEN GTK NOMOR 09709/B-B4/GT/2017 TENTANG JADWAL UKG ULANG TAHUN 2017 DAN SERTIFIKASI GURU TAHUN 2017

Berikut isi lengkap Surat Edaran Dirjen GTK Nomor 09709/B-B4/GT/2017 Tentang  Sertifikasi Guru Tahun 2017....
SURAT DIRJEN GTK NOMOR 09709/B-B4/GT/2017 TENTANG JADWAL UKG ULANG TAHUN 2017 DAN SERTIFIKASI GURU TAHUN 2017
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) telah menerbitkan Surat Dirjen GTK Nomor 09709/B-B4/GT/2017 Tentang  Sertifikasi Guru Tahun 2017. Dalam surat edaran Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) perihal Sertifikasi Guru Tahun 2017 tersebut disampaikan bahwa Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memulai rangkaian kegiatan sertifikasi guru tahun 2017.  Ada dua kegiatan yang akan segera dilaksanakan yakni Uji Kompetensi Guru (UKG) Ulang 1 dan pelaksanaan penetapan peserta sertifikasi guru (sergur) tahun 2017. 
Berikut Lampiran Surat Dirjen GTK Nomor 09709/B-B4/GT/2017 tentang Jadwal UKG Ulang 1 Tahun 2017 dan Jadwal Tahapan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2017.
SURAT DIRJEN GTK NOMOR 09709/B-B4/GT/2017 TENTANG JADWAL UKG ULANG TAHUN 2017 DAN SERTIFIKASI GURU TAHUN 2017
Demikian informasi yang dapat beritapgri.com berikan, yang kami lansir dari ainamulyana semoga ada manfaatnya untuk kita semua.................

Selasa, 04 April 2017

PENGERTIAN,KONSEP DASAR, DAN MANFAAT PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER SERTA HAL PENTING TERKAIT PPK YANG WAJIB GURU PAHAMI

A. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah Program pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati , olah karsa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah , keluarga ,dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

B. Urgensi Penguatan Pendidikan Karakter
Urgensi PPK ada 3:
1. pembangunan SDM merupakan pondasi pembangunan bangsa.
2.  Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa guna mewujudkan keunggulan bersaing Generasi Emas 2045:
Kualitas Karakter
Literasi Dasar
Kompetensi 4C. Yang dimaksud kompetensi 4 C yaitu Critical Thinking an Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama)
3. Kecenderungan kondisi degradasi moralitas, etika, dan budi pekerti.

C. Latar Belakang PPK
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Nlaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
2. Agenda Nawacita No. 8 
Penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental.
3. Trisakti 
Mewujudkan Generasi yang Berkepribadian dalam Kebudayaan.
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 
"Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran"
5. Mempersiapkan Generasi Emas 2045 yang bertaqwa, nasionalis, tangguh, mandiri, dan memiliki keunggulan bersaing secara global. 

6. Arahan Khusus Presiden kepada Mendikbud untuk memperkuat pendidikan karakter. 
D. Tantangan dan Urgensi PPK
1. Harmonisasi pengembangan potensi siswa yang belum optimal antara olah hati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan olah raga (kinestetik)
2. Besarnya populasi siswa, guru, dan sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia
3. Belum optimalnya sinergi tanggungjawab terhadap pendidikan karakter anak antara sekolah, orang tua dan masyarakat
4. Tantangan globalisasi Pengaruh negatif teknologi informasi dan komunikasi terhadap gaya h dup remaja, serta pudamya nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal bangsa
5. Terbatasnya pendampingan orang tua mengakibatkan krisis identitas dan disorientasi tujuan hidup anak
6. Keterbatasan sarana belajar dan infrastruktur Prasana dan sarana sekolah, sarana transportasi, jarak antara rumah siswa ke sekolah (jalur sungai, hutan), sehingga PPK diimplementasikan bertahap.

E. Prinsip Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi PPK
1. Sepuluh (10) Prinsip Pengembangan PPK:
-Nilai-Nilai Moral Universal 
-Pendekatan Sinkronisasi 
-Pendekatan Integral Prinsip
-Terukur dan Objektif Prinsip
-Pelibatan Publik Prinsip 
-Kearifan lokal Prinsip 
-Keterampilan Abad 21 
-Revolusi Mental Prinsip 
-Adil dan inklusif Prinsip 
-Evaluasi Program 
F. Manfaat dan Implikasi Program PPK

1. Enam (6) Manfaat Program PPK:
Penguatan karakter siswa dalam mempersiapkan daya saing siswa dengan kompetensi abad 21, yaitu: berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
2. Aspek Penguatan:
Revitalisasi manajemen berbasis sekolah melalui Broad Based Education (BBE) 
Sinkronisasi intra kurikuler, ko kurikuler, ekstra kurikuler, dan non kurikuler, serta sekolah terintegrasi dengan kegiatan komunitas seni budaya, bahasa dan sastra, olahraga, sains, serta keagamaan 
Deregulasi penguatan kapasitas dan kewajiban Kepala  Sekolah/Guru 
Penyiapan prasarana/sarana belajar (misal: pengadaan buku, konsumsi, peralatan kesenian, alat peraga, dll) melalui pembentukan jejaring kolaborasi pelibatan publik.

Senin, 03 April 2017

Sekolah, Mencari Ilmu atau Nilai?

Banyak orang bilang, belajar di sekolah itu untuk mencari ilmu. Sekarang mari kita tilik kenyataan yang ada. Pada saat masih kecil (TK/PG) sekolah merupakan sesuatu yang menyenangkan, sekolah tempat main dan belajar. Belajar pun terkadang terasa seperti bermain.

Beranjak ke Sekolah Dasar (SD), orang tua mulai terlihat menuntut. Beliau-beliau bilang sekolah itu tempat menuntut dan mencari ilmu. Selain di sekolah tidak ada tempat lain yang menyediakan fasilitas pembelajaran sekondusif di sekolah. Ok, itu benar, mari kita lihat ada apa di dalam sebuah sekolah dasar.

Di sana anak-anak belajar mempelajari apa yang diajari oleh bapak/ibu gurunya. Setiap ada pertanyaan, selalu bisa menjawab. Setiap ada tugas dikerjakan. Kemudian anak-anak akan memperoleh sesuatu yang disebut dengan nilai. Sekolah dasar merupakan dasar dari segala pelajaran. Setelah mengamati dan merasakan menjadi anak SD ada satu pikiran yang mengganjal. Bagaimana sebaiknya memperkenalkan ilmu pada anak-anak agar mau belajar dan menguasai ilmu tersebut? apabila dengan patokan nilai, muncul lagi sebuah pertanyaan. Bagaimana seorang guru mampu memahami murid yang diampunya? apakah hanya dengan nilai-nilai-nya saja? Dapatkah seorang guru meng-handle sekian puluh murid dalam satu waktu?

Beranjak ke SMP. Di SMP, pergaulan dan teknologi sudah semakin maju dan dikenal. Ada siswa yang saat pelajaran tidak pernah memperhatikan, kalo ditanya ga bisa jawab, tiba-tiba saat ulangan dia dapat nilai bagus, bukan karena ia mampu, tapi karena dapat "bisikan setan" (baca: contekan dan semacamnya) saat pembagian rapor, anak itu naik kelas dengan hasil yang sangat bagus, tetapi tidak dengan kawannya yang sudah berusaha mati-matian untuk mengerti segala macam ilmu dan yang hasil yang ia dapatkan tidak sebanding dengan apa usahanya.

Naik tingkat lagi ke SMA/SMK Muncul sebuah pemikiran, sebenarnya untuk apa masuk SMA kalo ilmunya ga kepake? apakah masih tergantung gengsi? mending masuk SMK kalau melihat hasil dalam jangka pendek. SMK sebenarnya malah lebih menjanjikan sebuah profesi dari pada SMA. Di SMA, proses pembelajaran tidak jauh berbeda dari SMP hanya saja materinya jauh lebih mendalam dan lebih susah. 

Fakta yang terjadi saat SMA. Saat pembelajaran, siswa merasa masa bodoh dan berpikiran "Yang Penting Dapat Nilai Bagus". Akhir dari pertanyaan ini adalah, apakah sekolah masih bisa objektif dalam menilai siswa ? apabila iya, mengapa Nilai kognitif masih mendapat tempat superior dalam penilaian akhir? padahal yang digunakan dalam kehidupan nyata BUKANLAH TEORI tetapi PRAKTEK.

Geser Finlandia, Siswa Korea Selatan Jadi yang Terpintar di Dunia. Ini 5 Rahasia Dibaliknya

Disamping drama Korea atau K-Pop idol, ada satu hal lagi yang patut dibanggakan oleh Korea Selatan. Sejak tahun 2012, Korsel telah menempati posisi teratas di dunia dalam kategori kualitas pendidikan dan sekolah. Siswa usia sekolah di Korsel memiliki kemampuan menyelesaikan persoalan matematika, science, maupun tingkat literasi yang lebih tinggi dari siswa negara manapun di dunia. Bahkan kebanyakan siswa Korea mampu menyelesaikan soal matematika kelulusan SMA-SMA di Eropa yang idealnya dikerjakan dalam durasi 1 jam, hanya dalam waktu 15 menit saja.
Bagaimana siswa-siswa di Korsel itu bisa begitu pintarnya? Uniknya jika sekilas dibandingkan dengan juara sebelumnya di tahun 2012 yaitu Finlandia, sistem pendidikannya justru berbeda jauh. Finlandia menekankan kualitas dibandingkan kualitas jam belajar, dengan 5 jam sekolah disertai banyak jam istirahat. Sedangkan di Korsel, siswa sekolah terutama anak-anak SMA seringkali baru pulang sekolah jam 10-11 malam. Bukan karena nongkrong bareng teman di mall atau jalan-jalan sore untuk cuci mata, mereka benar-benar duduk manis belajar di sekolah sampai jam 10 malam. Penasaran ‘kan alasan dibalik dedikasi waktu tinggi untuk pendidikan yang menurut kita kelewat ekstrem itu? Yuk disimak bersama!

1. Sejak zaman Joseon, pendidikan sudah diyakini sebagai satu-satunya jalan untuk memperbaiki nasib dan naik status dalam kelas sosial

 Rakyat jelata bisa bermartabat jika masuk akademi pendidikan Sungkyunkwan via www.kdramalove.com

Sistem kelas sosial yang kaku di kerajaan Korea, dimana garis keturunan menentukan apakah kamu termasuk kelompok bangsawan atau jelata mulai berubah di dinasti Joseon. Tiap tahunnya rakyat jelata diberi kesempatan mengikuti ujian nasional untuk jadi pegawai kerajaan yang strata sosialnya setara dengan bangsawan. Bagi orang Korea sejak itulah pendidikan diyakini sebagai jalan keluar satu-satunya untuk keluar dari kemiskinan sekaligus menaikkan martabat keluarga untuk generasi selanjutnya. Wajar saja jika pendidikan dipandang sebagai pertarungan hidup dan mati dalam konteks budaya tersebut. Dan ternyata nilai tradisional itu masih mengakar kuat hingga saat ini.

2. Meski tak ada lagi pemisahan antara bangsawan atau rakyat jelata, ujian nasional masuk perguruan tinggi bergengsi itu masih dianggap pertarungan hidup dan mati untuk harga diri


Jika ditanya apa yang tidak berubah di Korea sejak zaman Joseon hingga sekarang, mungkin jawabannya adalah obsesi rakyatnya terhadap ujian nasional. Kecenderungan menilai ‘kualitas’ seseorang dari hal-hal materiil seperti kepemilikan harta maupun lulusan dari universitas mana, pastilah tidak hanya terjadi di Korsel. Tapi lebih dari negara lain, masyarakat Korsel tampaknya terobsesi dengan riwayat pendidikan untuk mengukur kesuksesan seseorang. Buktinya hampir semua pegawai yang direkrut Samsung, Hyundai, atau perusahaan raksasa lain hanyalah mereka yang berasal dari universitas SKY atau Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University di Seoul.
Alhasil, almamater tak pelak jadi identitas diri yang selalu melekat sepanjang hidup. Mereka yang bisa masuk SKY, otomatis dianggap memiliki masa depan cerah. Yang gagal diyakini hidupnya bakal biasa saja. Banyak juga yang terus mencoba sampai bertahun-tahun lamanya. Hari ujian masuk perguruan tinggi sudah dianggap layaknya perayaan nasional. Semua orang turun ke jalan memberi semangat mereka yang ujian. Seakan-akan akan maju ke medan perang.

3. Untuk ujian terpenting dalam hidup itu, pelajar SMA di Korsel rela hanya tidur 4-5 jam per hari. Sekolah buka sampai jam 11.30 untuk menyediakan ruang belajar malam bagi siswa


Yang dapat pertukaran pelajaran di Korea semasa SMA, pasti sudah paham realita mencengangkan ini. Meski jam sekolah secara resmi berakhir sore sekitar jam 3, pelajar SMA tidak akan meninggalkan sekolah sampai larut malam. Ada sesi belajar mandiri yang wajib dilakukan oleh siswa setelah jam sekolah berakhir. Siswa diharapkan belajar sendiri di ruang kelasnya dengan guru jaga yang sesekali berkeliling mengecek. Mereka yang termasuk golongan rajin, seringkali akan belajar di sekolah sampai tutup mendekati tengah malam. Karena guru dan orangtua sama-sama menanamkan keyakinan bahwa ujian masuk perguruan tinggi adalah hal terpenting dalam hidup sejak kecil, banyak siswa yang benar-benar rela belajar sampai tengah malam di sekolah.

4. Disamping belajar di sekolah, hagwon atau tempat-tempat les juga jadi saksi nyata dedikasi tinggi pelajar Korea. Saking populernya, guru-guru hagwon sampai terkenal bak selebriti

Disiarkan bak selebriti, video tutor terkenal pun laris via daumcdn.net 
 
Kalau tidak belajar di sekolah, maka dipastikan anak-anak SMA kelas 3 di Korsel akan dapat kamu temui di hagwon atau tempat les. Dari hagwon biasa sampai yang spesialisasi matematika atau Bahasa Inggris, ada semua. Bisnis hagwon adalah salah satu bisnis paling menguntungkan di Korsel. Salah satu faktornya adalah kesediaan orangtua membayar biaya berapapun demi pendidikan anak. Korsel adalah negara dimana pengeluarannya untuk pendidikan privat seperti hagwon, tertinggi di dunia. Banyak keluarga yang menghabiskan lebih dari sepertiga total pendapatannya, hanya untuk biaya hagwon anaknya. Tak jarang juga keluarga Korea rela terpisah atau berpindah rumah demi bisa mendekatkan diri dengan sekolah atau hagwon terbaik.

5. Jika dilihat dari ranking kualitas pendidikan paling baru, dedikasi tinggi dari semua pihak itu jelas terlihat hasilnya. Tapi apakah obsesi terhadap pendidikan ini akan baik untuk masa depan Korsel?

Banyak orang Korsel yang tidak menikmati masa mudanya via photobucket.com

Siswa Korsel memang terbukti jadi yang paling unggul ketika diberi tugas menyelesaikan soal-soal ujian. Tapi ternyata keunggulan tersebut tidak bertahan ketika usia responden digeser jadi usia kerja di umur 30-an, dimana hidup penuh tantangan nyata yang lebih sulit dibanding soal ujian. Keunggulan pendidikan Korsel itu tampaknya luntur di dunia kerja yang masih sangat kaku. Karena deskripsi sukses yang sangat sempit, banyak lulusan dengan nilai baik pun memilih menganggur dibandingkan bekerja di perusahaan tidak bergengsi. Sistem pendidikan yang terobsesi dengan nilai dan kuantitas jam ini, tampaknya justru bukan indikasi yang baik dalam jangka panjang.
Belum lagi masalah-masalah sosial yang timbul dari gaya hidup ekstrem warganya yang terobsesi dengan pendidikan. Sudah rahasia umum bahwa Korsel juga menempati peringkat pertama terkait kasus bunuh diri remaja usia sekolah. Tiap tahunnya banyak cerita pilu dari siswa-siswa yang melompat di atap sekolah karena tidak tahan dengan tekanan untuk terus belajar.
Pemerintah Korea sudah mulai menanggapi kritikan tersebut dengan menerapkan beberapa aturan baru, seperti adanya curfew atau jam malam bagi hagwon atau sekolah untuk tutup lebih awal. Sekolah-sekolah juga dihimbau untuk memperbanyak aktivitas di luar kelas seperti festival olah raga. Tapi selama sikap masyarakat secara keseluruhan tidak berubah, anak-anak ini sendiri akan terus merasa tertekan untuk terus mendapatkan nilai tertinggi dan masuk universitas terbaik. Efektif sih, tapi nyata tak baik bagi masa depan.