Perjalanan pesawat yang mengangkut penumpang dari satu negara ke negara
lain pada saat ini tidak hanya ditumpangi oleh orang-orang terdidik
dengan baik dan bepengalaman berulang-ulang sehingga menguasi teknik
melakukan perjalanan secara mudah.
Banyak orang Indonesia kini menempuh perjalanan jauh melintasi
berbagai negara tanpa bekal yang cukup dari sekolah. Kesadaran hidup
dalam konteks global senyatanya diperlukan tidak hanya oleh orang-orang
terdidik pada pendidikan tinggi, namun orang-orang yang pendidikannya
rendah bahkan sangat rendah, sangat memerlukan keterampilan praktis abad
21.
Beberapa hal penting yang sering terlihat saat mengantri hendak masuk
ruang tunggu, terlihat beberapa penumpang kurang mengerti fungsi
pasport. Kasus yang menggelitik, terdapat satu penumpang yang paspornya
sudah masuk pesawat karena dibawa oleh anggota keluarganya, sementara
orang yang berkepetingan masih mengantri di pintu imigrasi. Karuan saja
pesawat harus menunggu beberapa waktu untuk menyelesaikan urusan
penumpang.
Beberapa fakta lain yang penting menjadi catatan, di luar pelaksanaan
ibadah, yaitu jelas sekali penumpang belum terbekali sekolah dengan
keterampilan yang dipersiapkan untuk melintasi perjalan antar negara,
seperti:
- Mengantri saat memasuki pintu imigrasi.
- Mengenali tiket dan nomor tempat duduk di pesawat.
- Mengunakan sabuk pengaman saat duduk di pesawat.
- Mengantri untuk menggunakan toilet di pesawat.
- Membersihkan kotoran di toilet pesawat.
Keterampilan lain yang menjadi perhatian setelah berada di negeri Saudi, di antaranya:
- Bersabar dalam antrian saat menggunakan lift.
- Menggunakan lift sehingga dapat mencapai lantai tempatnya menginap.
- Mengenali, memetakan, dan mengenali jalan dari hotel ke masjid sehingga dapat mudah kembali setelah selesai beribadah,
Banyaknya orang yang tersesat seusai beribadah menunjukkan tahap
pengenalan letak hotel dengan masjid kurang terperhatikan dengan baik.
Hal ini tidak hanya dialami oleh orang-orang yang berpendidikan rendah,
namun bisa dialami oleh orang-orang berpendidikan tinggi juga.
Pengalaman ini menyangkut latihan pengenalan lingkungan baru yang harus
didukung dengan kecerdasan spasial.
Kecerdasan spasial adalah jenis kecerdasan yang ketiga menurut
Goleman yaitu mencakup berpikir dalam gambar atau peta serta kemampuan
untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek
dunia visual-spasial. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang
tinggi memiliki kepekaan kuat terhadap posisi dirinya dalam peta
lingkungan hidup, Peta seperti ini lebih kuat lagi jika diintegrasikan
dalam peta google.
Keterampilan hidup dalam lingkungan baru dan dapat beradaptasi dalam
budaya setempat merupakan keterampilan penting yang harus siswa kuasai
Keterampilan ini perlu didukungan dengan kesadaran global dan penerapan
nilai-nilai kemanusiaan secara universal.
Bagaimana mengasah keterampilan abad_21 di sekolah
Seperti halnya pelatihan pilot, pada saat ini tidak dimulai dengan
menggunakan pesawat yang sesungguhnya. latihan dapat dibantu dengan
perangkat lunak komputer. Oleh karena itu latihan siswa juga dapat
dilakukan dengan cara yang sama. Demikian juga dengan penggunaan toilet
di pesawat dapat ditayangkan dengan cara memutar video (https://www.youtube.com/watch?v=1ygJDBJu32I).
Jika tidak memungkinkan keterampilan dapat dilakukan dalam bentuk yang
lebih sederhana yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di setiap
sekolah. Sekolah dapat menggantikannya dengan gambar peraga.
Gambar Toilet Pesawat
Gambar seperti ini hendaknya siswa kenal sejak pendidikan dasar dan
dapat diperagakan pula cara menggunakannya. Jika guru berkesulitan
mengajarkannya, maka video penggunaan toilet pesawat dapat membantu
siapa pun mengetahui dan menguasi cara menggunakannya.
Contoh praktis ini merupakan bentuk nyata keterampilan abad 21 yang
harus siswa kuasai. Karena itu pula seharusnya pendidikan di Indonesia
semakin memperhatikan dan mengasah keterampilan seperti itu sebagai
bagian dari keterampilan dasar yang diperlukan dalam konteks kehidupan
global di samping keterampilan vokasional yang menjadi modal utama dalam
bidang pekerjaan pilihannya.
Terdapat alasan lain, hal sederhana ini hendaknya menjadi bagian
pengetahuan dan keterampilan tambahan yang perlu siswa kuasai, di
antaranya dapat diperhatikan data jumlah tenaga kerja Indonesia yang
ditempatkan di negara pengguna pada tahun 2015 sebanyak 253.084 orang.
Di samping itu, data sebaran asal tenaga kerja dari seluruh provinsi
dapat menjadi dasar berpikir yang bolak balik. Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Nusatenggara Barat merupakan provinsi pengirim tenaga kerja
terbanyak di Indonesia. Hal itu menjadi alasan, mengapa membangun
keterampilan abad-21 amat diperlukan di ketiga provinsi itu. Sebaliknya
dengan semakin kuat kompetensi abad-21 dikuasai oleh seluruh siswa dari
berbagai provinsi lain, akan semakin memperbesar peluang setiap warga
negara berebut kesempatan kerja di seluruh penjuru dunia.
Disadari bahwa peningkatan kompetensi dalam bentuk keterampilan abad
21 memerlukan dukungan kebijakan pendidikan tingkat pusat untuk
menggerakan seluruh sekolah meningkatkan kesadaran akan pentingnya
keterampilan warga negara dalam mengarungi kehidupan yang mendunia.
Selanjutnya secara teknis keterampilan itu mesti bagian yang perlu
dibangun dalam struktur kurikulum yang dapat dituangkan dalam kebijakan
tiap sekolah.
Demikian pemikiran ini ditulis sebagai dasar pertimbangan dalam
mengembangkan kebijakan pendidikan secara nasioal maupun kebijakan
khusus pada tingkat sekolah yang dapat mendukung meningkatnya
keterampilan warga negera dalam berinteraksi secara global.
Penulis : Rahmat