1. Pengenalan perasaan. Terdapat beberapa macam perasaan yaitu : marah, senang, sedih, takut, jengkel, kecewa, lega, puas, bangga, terharu.
2. Perasaan-perasaan di atas (no.1) akan kita rasakan saat kita mendapatkan nilai bagus atau nilai jelek. Sebagai contoh :
– Saat saya mendapatkan nilai 0 pada ulangan matematika maka saya akan merasa sedih.
– Saat saya mendapatkan nilai 10 pada ulangan matematika maka saya akan merasa senang.
– Saat saya belajar 10 rumus dan 10 rumus tersebut diujikan dalam ulangan maka saya merasa lega.
– Saat saya belajar 10 rumus dan 10 rumus tersebut tidak diujikan dalam ulangan maka saya akan merasa kecewa.
3. Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan perasaan yang akan muncul saat saya mengerjakan ulangan maka saya perlu mempersiapkan diri saya. Sebagai contoh : Tidur yang cukup- saya membutuhkan waktu tidur 60 menit, makan yang cukup- saya membutuhkan waktu makan 15 menit, belajar yang cukup – saya membutuhkan waktu belajar selama 1 jam.
4. Setelah saya mengenali perasaan-perasaan saya maka saya memiliki kewajiban untuk menyusun pandangan diri tentang saya. Atau yang biasa disebut dengan konsep diri yakni : bagaimana saya memandang diri saya.
Sebagai contoh :
a. Saat saya belajar 10 rumus dan 10 rumus tersebut diujikan dalam ulangan maka saya merasa lega, kemudian saya merasa percaya diri dalam mengerjakan ulangan. Pandangan saya terhadap mata pelajaran tersebut menjadi positif atau saya merasa bahwa saya mampu mengerjakan ulangan.
b. Saat saya belajar 10 rumus dan 10 rumus tersebut tidak diujikan dalam ulangan maka saya akan merasa kecewa, kemudian saya merasa tidak percaya diri dalam mengerjakan ulangan. Pandangan saya terhadap mata pelajaran tersebut menjadi negatif atau saya merasa bahwa saya tidak mampu mengerjakan ulangan.
c. Berdasarkan dari contoh a dan b disarankan anak-anak dapat menilai diri sendiri lebih TELITI dan HATI-HATI. Artinya: anak-anak mampu menyebut diri sendiri “Saya mampu pada pelajaran matematika karena saya ….. sehingga saya perlu ……” begitu juga sebaliknya “Saya tidak mampu pada pelajaran matematika karena saya …… sehingga saya perlu ……”
5. Saat anak-anak dapat menilai kemampuan diri dengan tepat maka akan menumbuhkan semangat belajar (motivasi belajar) untuk mencapai nilai atau hasil yang lebih baik. Sebagai contoh : Dulu saya tidak bisa perkalian saat ini saya mampu melakukan perkalian dengan baik, cepat dan teliti. Kemudian, saya menilai bahwa kemampuan perkalian saya membutuhkan waktu atau proses belajar. Sehingga, sekarang saya mampu mengerjakan perkalian dengan membutuhkan waktu 45 menit.
Sumber : http://guraru.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar