Pakar Pendidikan Abad 21, Indra Charismiadji menyatakan sistem
pendidikan di Indonesia saat ini belum mampu menjawab tantangan masa
depan yang penuh persaingan dan semakin kompleks. Dari berbagai survei
yang dilakukan lembaga-lembaga krediibel dunia, Indonesia masih
menempati urutan bawah.
"Perkembangan dunia pendidikan sangat cepat, karena itu Indonesia harus
menyesuaikan kurikulum agar bisa bersaing di era global. Sekolah harus
mampu menyiapkan anak didik menghadapi dunia nyata yang penuh masalah
agar siap dalam persaingan global," kata Indra dalam seminar
Computational Thinking, A Global Trend in Education, di Jakarta, Kamis
(13/10).
Salah satu cara mengejar ketertinggalan pendidikan Indonesia adalah
dengan menerapkan STEM (Science, Technology, Engineering and Math).
Metode pembelajaran populer di dunia ini menerapkan pembelajaran
tematik integratif karena menggabungkan empat bidang pokok dalam
pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, matematikan, dan
enjinering.
"Metode STEM, mengajak siswa untuk mengintegrasikan mata pelajaran dan
mengkorelasikannya dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
melibatkan tujuh keahlian utama bagi siswa abad 21, yaitu kolaborasi,
kreatif, berpikir kritis, komputerisasi, penghematan budaya, dan mandiri
dalam belajar serta berkarir," papar pria yang aktif di organisasi
Dewan Pakar di Asosiasi Guru TIK/KKPI Indonesia (AGTIFINDO).
Indra menambahkan, saat ini materi kurikulum STEM telah dipersiapkan
untuk sekolah-sekolah dalam negeri. Kurikulum tersebut mengajarkan anak
didik tentang computational thinking. Artinya belajar bukan sekadar
menekan tombol, melainkan belajar memecahkan masalah dengan teknologi
atau berpikir layaknya komputer.
Sementara Head of Student Life Sampoerna University Eddy Henry
mengatakan, Cumputatational thinking merupakan suatu pendekatan yang
bisa menjadi salah satu soulusi dalam menjawab tantangan masa depan,
dengan lebih cermat dan terukur. Sampoerna Academy dan Sampoerna
University telah mengimplementasikan pendidikan abad 21 melalui
pendekatan science, technology, engineering, arts dan math (STEAM) yang
mengedepankan computational thinking.
"Pendekatan ini sudah diperkenalkan sejak TK dan SD melalui pengajaran
maupun permainan yang mendorong mereka untuk mampu memecahkan masalah
sederhana," tandas Eddy.
Sumber : http://www.jpnn.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar