Ahok.Org
– Senin 7 Oktober lalu, Wakil Gubernur DKI Basuki T Purnama (Ahok)
mendapat undangan makan malam informal dari pihak Kedutaan Besar
Finlandia di Jakarta. Bertempat di kediaman Dubes Finlandia di bilangan
Kebayoran baru, acara tersebut membicarakan mengenai kerjasama Finlandia
dengan Indonesia, khususnya Jakarta dalam bidang pendidikan. Acara ini
merupakan tindak lanjut atas acara audiensi Duta Besar Finlandia, Mr H.E
Kai Sauer pada 17 April 2013 yang lalu.
Dalam pertemuan tersebut, Ahok diberikan buku “
Finnish Lessons”
karya Paasi sahlberg, seorang ahli pendidikan dari Finlandia. Buku
tersebut banyak mengisahkan mengenai system pendidikan di Finlandia yang
banyak dipuji oleh berbagai praktisi pendidikan dari seluruh dunia.
Resensi Buku
Finlandia, sebagai salah satu Negara welfare state, dikenal sebagai
negara dengan kualitas pendidikan yang sangat baik. Kesuksesan
pendidikan Finlandia dinilai cukup unik karena berbeda dengan
negara-negara yang pendidikannya juga dinilai maju seperti Korea
Selatan, Cina atau Singapura. Di Finlandia sama sekali tidak mengenal
tes standarisasi, sehingga menghindari para siswanya dari stres dalam
menghadapi pembelajaran. Guru-guru disana mengajar dengan metode-metode
mutakhir dan progresif, jumlah hari bersekolah yang relatif lebih
sedikit, usia masuk sekolah yang konvensional (mulai 7 tahun), dan
layanan pendidikan berkualitas terjamin secara gratis untuk semua anak
tanpa pandang bulu. Tak salah jika Finlandia menjadi langganan contoh
sukses dalam berbagai wacana reformasi pendidikan dimana saja saat ini.
Finlandia anti GERM
Menurut Pasi Sahlberg keberhasilan Finlandia memang bertolak belakang
dengan arah Global Education Reform Movement (GERM), yang menekankan
pada kompetisi, standarisasi, akuntabilitas berdasar nilai tes, dan
kebebasan memilih sekolah pemerintah atau swasta. Ide-ide ini umumnya
diambil dari perspektif ekonomi dan bisnis yang berorientasi pada
mekanisme pasar. Pasi berargumen bahwa walaupun ide-ide GERM secara
teori baik, namun pada kenyataannya mereka menimbulkan infeksi pada
sistem pendidikan seperti yang terjadi di banyak negara seperti Amerika
Serikat, Inggris, Australia, Selandia Baru, Swedia, dll. Prestasi
negara-negara ini semakin terpuruk akibat menggunakan ide-ide GERM
tersebut.
Sebagai alternatif Pasi menawarkan The Finnish Way, yang berpijak
pada ide-ide kolaborasi, kreatifitas, akuntabilitas berdasarkan
kepercayaan, dan keadilan. Sekolah, guru, siswa, orang tua dan
masyarakat harus saling berkolaborasi dalam menjamin sistem pendidikan
bermutu untuk semua anak. Kompetisi selalu mensyaratkan ada yang menang
dan yang kalah, ada yang untung ada yang buntung. Hal ini justru
melemahkan semangat kolaborasi yang seharusnya lebih diutamakan. Dengan
jiwa kolegialitas yang tinggi, para guru dan sekolah di Finlandia saling
bahu membahu membantu satu sama lain untuk kemajuan pendidikan mereka.
Prinsipnya pihak yang mengalami kesulitan bukannya dihukum, tapi dibantu
agar bisa sukses bersama-sama.
Penekanan pada standarisasi tidak terjadi di sistem pendidikan
Finlandia karena standarisasi berlawanan dengan kreatifitas. Mereka
percaya bahwa semakin standarisasi ditekankan, semakin sempit ruang
untuk kreatifitas. Tak heran mata pelajaran favorit di Finlandia adalah
kerajinan tangan, terutama kerajinan kayu (woodwork). Selain itu
guru-guru di Finlandia sangat menekankan pentingnya waktu bermain bagi
anak.
Prinsipnya dalam 1 jam, 45 menit dialokasikan untuk belajar, dan 15
menit untuk bermain bebas sesuai kehendak anak. Guru-guru Finlandia
berpendapat bahwa bermain membantu perkembangan kognitif, afektif dan
sosial, dan membantu performa akademik. Karena itu waktu istirahat
sangat banyak di sekolah-sekolah Finlandia bahkan hingga sekolah
menengah atas.
Sistem akuntabilitas pendidikan Finlandia berbeda dengan strategi
yang sering kita dengar yang berdasarkan nilai tes siswa. Strategi
berdasar nilai tes ini sering digunakan untuk menentukan sekolah dan
guru yang bagus dan tidak bagus. Bahkan bisa tentukan kenaikan gaji,
promosi, atau pemecatan guru. Sayangnya strategi akuntabilitas seperti
ini mengakibatkan turunnya kualitas proses belajar mengajar. Ketika tes
jadi panglima, para guru dan sekolah pun berlomba-lomba mempersiapkan
siswa untuk lulus tes, bukannya berlomba-lomba menggali rasa ingin tahu
siswa, mengasah imajinasi, kreatifitas dan inovasi.
Di Finlandia akuntabilitas pendidikan didasarkan pada kepercayaan
terhadap guru dan sekolah sebagai profesional yang memiliki wewenang
penuh dan integritas yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena profesi
guru di Finlandia sangat populer bukan karena gajinya sangat tinggi
melainkan karena status sosial yang sangat terhormat di masyarakat.
Seleksi untuk jadi guru sangat kompetitif. Siswa-siswa terbaiklah yang
selalu melamar ke program pendidikan guru, dan yang diterima hanya 10%.
Program pendidikan guru sendiri berkualitas tinggi hingga jenjang S2.
Sesudah mulai mengajar mereka terus mendapat pendidikan lanjutan baik
secara formal dan informal. Tak jarang yang melanjutkan ke jenjang S3.
Pendidikan di Finlandia murni sebagai public good, yang berarti bahwa
investasi berasal dari publik melalui pajak, dan manfaat hasil
pendidikan dinikmati oleh publik juga. Pendidikan di Finlandia gratis
dari sekolah dasar hingga program doktoral. Hanya 4% dari keseluruhan
institusi pendidikan di Finlandia yang tidak didanai oleh pemerintah
melalui dana pajak. Walaupun gratis, pemerintah Finlandia berkomitmen
untuk menjamin kualitas tinggi pada semua sekolah tanpa kecuali. Ini
berlaku bagi siswa dari keluarga miskin atau kaya, di desa maupun di
kota, di daerah yang jarang penduduknya maupun yang rapat penduduknya.
Semua dijamin akses layanan pendidikan berkualitas. Komitmen ini dijaga
dengan baik walaupun sudah lebih dari 20 menteri pendidikan berganti
sejak reformasi pendidikan Finlandia diluncurkan di tahun 1970.
Rahasia keberhasilan Finlandia
Ada setidaknya empat poin utama. Pertama, di awal reformasi pendidikan
digulirkan, Finlandia mencanangkan sebuah visi yang jelas untuk bangsa
mereka: menjadi knowledge-based society. Visi ini mensyaratkan semua
warganegara terdidik dengan baik sehingga bisa menjadi aset bagi
pembangunan negara. Visi yang jelas memberi arah yang jelas bagi segenap
bangsa Finlandia termasuk bagi bidang pendidikan.
Kedua, adanya kesepakatan politik tentang visi, prinsip, dan
rancangan sistem pendidikan. Butuh proses yang cukup panjang dan
melelahkan (dua dekade) hingga semua komponen politik di Finlandia
setuju bahwa semua anak harus mendapat layanan pendidikan dasar secara
gratis dan berkuliatas tanpa kecuali. Proses politik ini tidak hanya
berhenti saat perencanaan, tapi juga saat implementasi. Walau
pemerintahan dan menteri pendidikan silih berganti, visi, prinsip dan
rancangan sistem pendidikan Finlandia tak berubah. Semua terlaksana baik
sesuai rencana awal. Hal ini menunjukkan kekuatan dan kematangan
karakter dalam memegang teguh kesepakatan bersama.
Ketiga, bangsa Finlandia meninggikan ilmu, penelitian, dan
profesionalitas. Ide-ide untuk kemajuan pendidikan diperoleh dari
berbagai riset dan praktik-praktik yang sukses dari dalam negeri, serta
dari manca negara yang disesuaikan dengan konteks lokal. Riset-riset ini
tidak hanya dilakukan oleh para profesor di universitas, tapi juga oleh
para guru. Semua guru di Finlandia minimal lulus program S2 melalui
pengerjaan tesis. Artinya kualitas mereka sebagai peneliti pun sangat
baik. Ini membantu pengembangan pengetahuan dan praktik pendidikan di
Finlandia.
Terakhir, masyarakat Finlandia bersikap realistis dan percaya pada
proses. Mereka paham bahwa hasil baik tak terjadi secara seketika, tapi
secara bertahap. Di awal reformasi pendidikan, Finlandia memfokuskan
diri pada pembenahan struktur dan pematangan sejumlah konsep dasar
tentang pengatahuan, pembelajaran dan pengajaran. Hal ini dilakukan oleh
seluruh komponen pendidikan, profesor pendidikan, guru, sekolah,
pemerintah dan masyarakat. Setelah itu mereka mulai memfokuskan diri
pada kurikulum, desentralisasi dan kolaborasi antar sekolah dan dengan
masyarakat. Saat ini Finlandia terus memperkuat mutunya dengan fokus
peningkatan efisiensi sistem pendidikan mereka.[Iqbal