JAKARTA - Implementasi kurikulum 2013 akan mengalami hambatan baru.
Pasalnya, acuan terbaru pendidikan Indonesia itu tidak sesuai dengan
visi misi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam bidang pendidikan, Jokowi memiliki setidaknya empat visi misi
penting. Pertama, pelaksanaan wajib belajar 12 tahun; kedua, pengadaan
program Kartu Indonesia Pintar (KIP); ketiga, penyesuaian kurikulum; dan
keempat, menghapus model keseragaman, termasuk Ujian Nasional (UN).
Salah satu visi misi yang dikritisi oleh Pengamat Pendidikan
Dharmaningtyas ialah penyesuaian kurikulum. Pendapat tersebut
disampaikan oleh Tyas dalam diskusi bertajuk Akses Pendidikan
Berkualitas untuk Semua besutan Network for Education Watch (NEW) atau
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI).
"Jokowi mau kurikulum memberikan keseimbangan antara aspek lokal dan
nasional. Maka kurikulum 2013 tidak cocok karena terlalu sentralistik,
yang pas adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga
daerah punya wewenang dan kreasi lebih besar untuk mengembangkan aspek
lokal," ujar Tyas di Hotel Mega Matraman, Matraman, Jakarta Pusat, Sabtu
(8/11/2014).
Menurut Tyas, kurikulum 2013 tidak dapat diterapkan di daerah
terpencil. Hanya sekolah di pusat kota serta siap secara sarana dan
prasarana maupun sumber daya manusia, dalam hal ini kualitas dan
kuantitas guru, yang bisa menerapkan kurikulum baru tersebut.
"Kurikulum 2013 cocok untuk di Jakarta tapi yang di Papua akan
semakin ketinggalan. Sekolah yang sudah siap silakan pakai Kurikulum
2013, kalau belum siap pakai saja KTSP. Dan kalau Kurikulum 2013 mau
diterapkan secara nasional, harus ada penambahan konsep," tuturnya.
Tyas berpendapat, melihat keragaman di Indonesia, maka tidak salah
jika memiliki kurikulum lebih dari satu. Dia menyarankan, setiap sekolah
hendaknya memiliki kebebasan untuk menentukan jenis kurikulum yang
sesuai dengan kondisi masing-masing.
"Sekolah dapat memilih kurikulum yang paling pas dengan kondisi
sekolah. Sebagai negara yang beragam dan luas, seperti Indonesia tidak
dosa bila mempunyai kurikulum lebih dari satu dan model evaluasi yang
beragam pula," urai Tyas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar