Ini
menurut saya adalah suatu terobosan dalam pelaksanaan Ujian Nasional
yang bagus, yang akan meminimalisir kecurangan dalam Ujian Nasional.
Pasalnya pada tahun ini semakin ditingkatkan dengan sistem barcode. Hal
ini dilakukan untuk menghindari potensi kecurangan sekaligus memperkuat
kelemahan pelaksanaan di sekolah.Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun
ini yang menggunakan sistem barcode membuat peserta perlu
mengikuti tahapan kerja sebelum mulai mengerjakan soal. Peserta yang
tidak memastikan bahwa ia menjawab pada LJUN yang benar, akan mendapat
nilai yang jelek, karena saat dipindai, komputer akan keliru membaca.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh siswa pada saat pelaksanaan Ujian Nasional sehingga tidak merugikan diri sendiri, antara lain :
- Peserta harus memastikan bahwa antara naskah soal dan LJUN masih bersatu. Kalau sudah dalam keadaan terpisah, peserta wajib melaporkannya kepada pengawas dan meminta ganti. Jangan sampai peserta ambil risiko, tetap mengambil naskah soal dan LJUN yang sudah terpisah itu. Harus diganti dengan yang masih dalam kondisi bersatu.
- Pastikan pula bahwa naskah soal dan LJUN tidak dalam kondisi rusak. Peserta perlu memperhatikan satu per satu lembar pada naskah soal dan memastikan bahwa tidak ada satupun soal yang rusak atau tidak terbaca. Mengapa tahapan ini penting? Karena jika peserta menemukan soal yang rusak di tengah-tengah proses pengerjaan soal, peserta harus meminta naskah soal dan LJUN yang baru. Itu artinya, peserta harus menjawab dari nomor satu lagi.
- Begitu peserta telah memastikan bahwa naskah soal dan LJUN dalam keadaan masih bersatu dan tidak rusak, ia wajib menuliskan identitas di naskah soal dan LJUN. Setelah diisi, peserta diperbolehkan melepaskan LJUN dari naskah soal. Langkah ini penting untuk mengantisipasi tertukarnya naskah soal dengan LJUN.
Berikut ini dapat dilihat contoh LJUN 2013 dan dapat dilihat paket
soal tidak terlihat di dalamnya namun menggunakan sistem barcode.
Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Kemdikbud Khairil Anwar Notodiputro menyampaikan, mulai tahun ini naskah
soal UN dengan lembar jawaban tidak terpisah. Jika pada tahun lalu
peserta didik dapat menggunakan lembar jawaban temannya karena terpisah,
mulai tahun ini naskah soal dengan lembar jawaban UN (LJUN) merupakan
satu kesatuan. “Naskah soal dan lembar jawaban UN menggunakan sistem
barcode,” katanya memberikan keterangan pers di sela-sela kegiatan
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayan (RNPK) 2013 di Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan, Depok, Selasa (12/2).
Khairil menjelaskan, dengan menggunakan barcode, maka peserta ujian
tidak dapat saling tukar kode soal seperti tahun lalu. Dia
mengungkapkan, kalau keduanya dipisah maka peserta didik akan menjawab
soal secara salah, yang tidak cocok dengan lembar jawaban UN-nya.
“Bayangkan kalau keliru, LJUN A dengan soalnya B, pasti jelek sekali
nilai si anak,” katanya.
Oleh karena itu, dalam sosialisasi pihaknya menekankan agar jangan
sampai lembar jawaban ujian tertukar. Jika lembar jawaban rusak agar
minta diganti berikut soalnya. “Jangan hanya meminta lembar jawabannya
saja,” katanya. Demikian sebaliknya, kalau naskah soal rusak jangan
hanya minta diganti naskah soal, harus meminta ganti naskah soal beserta
LJUN. “Karena merupakan satu paket dan ada kode yang saat dipindai (scan) akan ketahuan lembar LJUN mengacu soal yang mana,” katanya.
Hal senada disampaikan Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) Teuku Ramli Zakaria. Dengan barcode, kata dia, peserta didik
tidak perlu lagi menulis kode soal. “Kode soal tidak akan sama dengan
yang lain karena berdasarkan barcode,” katanya.
Khairil menambahkan, persiapan UN sampai saat ini sampai pada merakit
soal dan diharapkan cepat selesai. Adapun jumlah soal sebanyak 20 paket
untuk setiap ruang ujian berisi 20 peserta. Meski demikian, kata dia,
jumlah variasi paket soal tiap provinsi sebanyak 30 buah. “Soal untuk
kelas A dan kelas B bisa berbeda karena dibuat 30 paket soal, tetapi
dalam ruangan tetap 20 soal,” katanya.
Selain hal tersebut diatas Ujian Nasional tahun ini mengalami
sejumlah perubahan. Mulai dari bertambahnya variasi soal yang sebelumnya
hanya berjumlah lima, kini menjadi 20 variasi soal, hingga digunakannya
sistem barcode pada naskah soal dan lembar jawaban UN (LJUN).
Tidak hanya itu, komposisi bobot soal juga berubah. Bila tahun lalu
bobot soal mudah sebanyak 10 persen, sedang 80 persen, dan sulit 10
persen, tahun ini bobot soal sulit ditambah lagi 10 persen. Dengan
penambahan jumlah soal yang sulit itu, maka komposisi bobot soal pada UN
2013 ini menjadi 10 persen soal mudah, 70 persen sedang, dan 20 persen
sulit.
Sumber : kemendikbud.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar