Kamis, 16 April 2020

Mulai Senin belajar lewat TVRI


Jakarta -
Berbagai cara dilakukan agar anak-anak dapat belajar dari rumah selama pandemi corona. Salah satu caranya dengan belajar dari rumah melalui program acara di Televisi Republik Indonesia (TVRI).
TVRI bakal menyiarkan program belajar bagi siswa sekolah dari segala tingkatan yang sedang melaksanakan belajar di rumah selama pandemi corona. Kebijakan akan berlangsung selama 3 bulan dan akan dimulai pada Senin 13 April 2020.

Mendikbud Nadiem Makarim, dalam rilisnya mengatakan, program tersebut adalah respons cepat Kemdikbud atas masukan dari Komisi X DPR dalam rapat kerja pada 27 Maret 2020. Hal itu untuk membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan akses internet.Dia menjelaskan lebih lanjut bahwa tayangan pendidikan belajar dari rumah akan dilakukan pada Senin hingga Jumat, pukul 08.00 hingga 23.00 WIB. Uniknya di setiap sesi kelas, akan ada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sebagai PR.

Berikut jadwal lengkap belajar dari rumah melalui TVRI dilansir dari situs BNPB:

08.00-08.30 materi PAUD
08.30-09.00 materi SD kelas 1 sampai 3
10.00-10.30 materi SD kelas 4 sampai 6
10.30-11.00 materi SMP
14.00-14.30 materi SMA
14.30-15.00 materi pengasuhan dan pendidikan anak untuk orang tua dan guru
Pada pukul 19-21.00 dan 21.30-23.30 juga ada kegiatan berupa film Indonesia untuk anak. Mata pelajarannya antara lain matematika, kebudayaan, dan parenting.
Itulah jadwal belajar dari rumah yang tayang di TVRI. Selamat belajar!

KOMPAS.com - Mengatasi keterbatasan akses jaringan internet dan juga bahan pembelajaran daring selama wabah Covid-19, Mendikbud Nadiem Makarim menggandeng TVRI menginisiasi program " Belajar dari Rumah". "Program Belajar dari Rumah merupakan bentuk upaya Kemendikbud membantu terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan masyarakat di masa darurat Covid-19," ujar Nadiem Makarim pada telekonferensi Peluncuran Program Belajar dari Rumah di Jakarta, pada Kamis (9/4/2020). Mendikbud Nadiem menambahkan, "(Program ini) khususnya membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan pada akses internet, baik karena tantangan ekonomi maupun letak geografis.” Tidak semua bisa akses internet Baca juga: Belajar dari Rumah lewat TVRI, Berikut Tayangan yang Akan Diberikan Penyebaran pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) mengakibatkan banyak peserta didik harus melaksanakan kegiatan belajar di rumah, baik melalui sarana dalam jaringan (daring) maupun luar jaringan (luring). Namun, tidak semua peserta didik maupun pendidik memiliki kemampuan untuk mengakses platform pembelajaran daring secara optimal. Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan Program "Belajar dari Rumah" di TVRI. Program Belajar dari Rumah di TVRI, merupakan respons Kemendikbud terhadap masukan Komisi X DPR RI pada Rapat Kerja tanggal 27 Maret 2020 yang lalu. Hal ini, dikatakan Mendikbud sejalan dengan semangat Merdeka Belajar. "Program Belajar dari Rumah mulai tayang di TVRI pada Senin tanggal 13 April 2020 dimulai pada pukul 08 pagi," terang Nadiem. Berjalan 3 bulan ke depan Program ini direncanakan dapat terselenggara setidaknya selama 3 bulan ke depan. "Nantinya selain diisi dengan program pembelajaran untuk semua jenjang, Belajar dari Rumah juga akan menyajikan program Bimbingan Orangtua dan Guru serta tayangan kebudayaan pada akhir pekan,” jelas Mendikbud. Adapun konten atau materi pembelajaran yang disajikan akan fokus pada peningkatan literasi, numerasi, serta penumbuhan karakter peserta didik. Kemendikbud juga akan melakukan monitoring dan evaluasi mengenai program ini bersama dengan lembaga nonpemerintah. "Yang perlu dicatat bahwa sesungguhnya dalam keadaan seperti ini, yang menjadi penting saat adalah pemberian pendidikan yang bermakna,” terang Mendikbud. Selanjutnya, dalam situasi di mana kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah terhenti, solidaritas dan gotong royong menjadi kunci penanganan Covid-19 di Indonesia. Oleh karena itu Kemendikbud terbuka untuk kerja sama dan kolaborasi pendukungan penyelenggaraan pendidikan di masa darurat ini. Baca juga: 3 Bulan Belajar dari Rumah lewat TVRI, Ada Program Khusus Orangtua Pesan Nadiem untuk orangtua, guru dan siswa "Kami berterima kasih atas semua bantuan, kerja sama dan kolaborasi dari berbagai pihak, dari Komisi X, mitra swasta, organisasi masyarakat, juga relawan yang bersama-sama mengambil peran dan kontribusi dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 ini," tutur Mendikbud. "Semangat gotong royong yang kita miliki menunjukkan kesatuan dan kekuatan bangsa kita yang berideologi Pancasila,” tambahnya. Mendikbud berharap agar para orang tua, pendidik, dan peserta didik menjaga kesehatan dan menjalankan protokol kesehatan yang telah disampaikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). “Pesan saya agar baik orang tua, siswa, dan guru menjaga kesehatan masing-masing beserta keluarga sesuai protap dari Kemenkes terkait Covid-19, dan untuk mengikuti imbauan Presiden Jokowi agar belajar di rumah, bekerja di rumah, dan beribadah di rumah,” tutup Mendikbud.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mendikbud Nadiem: Mulai Senin Siswa Bisa Belajar dari Rumah lewat TVRI", https://www.kompas.com/edu/read/2020/04/09/182324371/mendikbud-nadiem-mulai-senin-siswa-bisa-belajar-dari-rumah-lewat-tvri?page=all.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
KOMPAS.com - Mengatasi keterbatasan akses jaringan internet dan juga bahan pembelajaran daring selama wabah Covid-19, Mendikbud Nadiem Makarim menggandeng TVRI menginisiasi program " Belajar dari Rumah". "Program Belajar dari Rumah merupakan bentuk upaya Kemendikbud membantu terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan masyarakat di masa darurat Covid-19," ujar Nadiem Makarim pada telekonferensi Peluncuran Program Belajar dari Rumah di Jakarta, pada Kamis (9/4/2020). Mendikbud Nadiem menambahkan, "(Program ini) khususnya membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan pada akses internet, baik karena tantangan ekonomi maupun letak geografis.” Tidak semua bisa akses internet Baca juga: Belajar dari Rumah lewat TVRI, Berikut Tayangan yang Akan Diberikan Penyebaran pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) mengakibatkan banyak peserta didik harus melaksanakan kegiatan belajar di rumah, baik melalui sarana dalam jaringan (daring) maupun luar jaringan (luring). Namun, tidak semua peserta didik maupun pendidik memiliki kemampuan untuk mengakses platform pembelajaran daring secara optimal. Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan Program "Belajar dari Rumah" di TVRI. Program Belajar dari Rumah di TVRI, merupakan respons Kemendikbud terhadap masukan Komisi X DPR RI pada Rapat Kerja tanggal 27 Maret 2020 yang lalu. Hal ini, dikatakan Mendikbud sejalan dengan semangat Merdeka Belajar. "Program Belajar dari Rumah mulai tayang di TVRI pada Senin tanggal 13 April 2020 dimulai pada pukul 08 pagi," terang Nadiem. Berjalan 3 bulan ke depan Program ini direncanakan dapat terselenggara setidaknya selama 3 bulan ke depan. "Nantinya selain diisi dengan program pembelajaran untuk semua jenjang, Belajar dari Rumah juga akan menyajikan program Bimbingan Orangtua dan Guru serta tayangan kebudayaan pada akhir pekan,” jelas Mendikbud. Adapun konten atau materi pembelajaran yang disajikan akan fokus pada peningkatan literasi, numerasi, serta penumbuhan karakter peserta didik. Kemendikbud juga akan melakukan monitoring dan evaluasi mengenai program ini bersama dengan lembaga nonpemerintah. "Yang perlu dicatat bahwa sesungguhnya dalam keadaan seperti ini, yang menjadi penting saat adalah pemberian pendidikan yang bermakna,” terang Mendikbud. Selanjutnya, dalam situasi di mana kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah terhenti, solidaritas dan gotong royong menjadi kunci penanganan Covid-19 di Indonesia. Oleh karena itu Kemendikbud terbuka untuk kerja sama dan kolaborasi pendukungan penyelenggaraan pendidikan di masa darurat ini. Baca juga: 3 Bulan Belajar dari Rumah lewat TVRI, Ada Program Khusus Orangtua Pesan Nadiem untuk orangtua, guru dan siswa "Kami berterima kasih atas semua bantuan, kerja sama dan kolaborasi dari berbagai pihak, dari Komisi X, mitra swasta, organisasi masyarakat, juga relawan yang bersama-sama mengambil peran dan kontribusi dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 ini," tutur Mendikbud. "Semangat gotong royong yang kita miliki menunjukkan kesatuan dan kekuatan bangsa kita yang berideologi Pancasila,” tambahnya. Mendikbud berharap agar para orang tua, pendidik, dan peserta didik menjaga kesehatan dan menjalankan protokol kesehatan yang telah disampaikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). “Pesan saya agar baik orang tua, siswa, dan guru menjaga kesehatan masing-masing beserta keluarga sesuai protap dari Kemenkes terkait Covid-19, dan untuk mengikuti imbauan Presiden Jokowi agar belajar di rumah, bekerja di rumah, dan beribadah di rumah,” tutup Mendikbud.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mendikbud Nadiem: Mulai Senin Siswa Bisa Belajar dari Rumah lewat TVRI", https://www.kompas.com/edu/read/2020/04/09/182324371/mendikbud-nadiem-mulai-senin-siswa-bisa-belajar-dari-rumah-lewat-tvri?page=all.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo

RAISA, Robot Pelayan Pasien COVID-19 Karya ITS dan RS Unair



TEMPO.CO, Jakarta - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) meluncurkan Robot medical Assistant ITS-Airlangga (RAISA), yang bisa digunakan untuk meminimalkan kontak tenaga medis dengan pasien COVID-19 serta mengurangi pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang persediaannya semakin menipis.

Rektor ITS Mochamad Ashari mengatakan proyek itu telah dilakukan bersama dengan Unair dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan pandemi virus corona atau COVID-19 ini. "Hari ini kami berharap kontribusi yang diberikan dapat memberikan manfaat untuk para tenaga medis maupun masyarakat," ujarnya, dalam laman its.ac.id, Selasa, 14 April 2020.

RAISA dikendalikan menggunakan remote control dari jarak jauh dengan joystick. Robot ini merupakan gabungan teknologi yang ada pada empat robot milik ITS sebelumnya, yakni robot sepakbola beroda (Iris), robot kapal tanpa awak (Barunastra), robot humanoid (Ichiro) dan robot untuk Kontes Robot Indonesia (KRI).
Menurut Ashari, RAISA telah dirancang oleh orang-orang yang handal dan tim robot ITS yang sudah memenangkan berbagai lomba di mancanegara. "Dengan menggandeng orang-orang medis dari RSUA, semakin melengkapi fitur pada robot yang akan dibutuhkan pasien nantinya," kata guru besar Teknik Elektro ITS itu.

Robot RAISA memiliki tinggi 1,5 meter, dilengkapi dengan empat rak secara bersusun yang bisa membawa banyak barang maksimal 50 kilogram. Selain itu juga dilengkapi monitor untuk komunikasi dua arah antara tenaga medis dengan pasien menggunakan multimedia.
Sementara, Direktur Utama RSUA Nasronudin memberikan apresiasi atas hasil kerja sama yang dilakukan. Ia mengatakan, banyak tenaga medis di Unair membutuhkan pengaplikasian teknologi dari ITS. "Robot ini mampu memberikan pelayanan kepada pasien yang sedang diisolasi seperti mengantar makanan, pakaian, maupun obat-obatan," tutur dia.
Namun, dokter yang akrab disapa Nasron itu menambahkan, walaupun ada robot, pasien tetap memerlukan perawat, setidaknya intensitas interaksinya menjadi berkurang. "Perlunya sentuhan hati dan interaksi langsung dibutuhkan juga sesekali untuk mendukung psikologi dari pasien COVID-19 sendiri,” ujar pria 63 tahun itu.

Sedangkan, Muhtadin, salah satu tim peneliti robot dari ITS menjelaskan, jika robot ini bisa beroperasi bergantung pada koneksi Wireless Fidelity (Wifi), dan dengan spesifikasi baterai 0,85 kWh RAISA digadang-gadang mampu bertahan sekitar 8-10 jam. "Uji coba juga sudah dilakukan, sedang untuk menjaga kesterilannya juga bisa dilakukan dengan menggunakan disinfektan," kata dosen Teknik Komputer ITS itu.

Robot pelayan pasien COVID-19 ini sudah diserahterimakan kepada RSUA di Gedung Pusat Robotika ITS dan didemokan penggunaannya. Dalam demo robot yang diperkirakan menghabiskan biaya Rp 100 juta per unit ini, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak hadir merasakan kecanggihan dan melakukan uji coba langsung pada robot ini.
"RAISA ini menarik, selain penampilan interface yang cute, juga bisa menghubungkan pasien dengan perawat yang ada di luar melalui layar," kata Emil.

Dia berharap agar robot RAISA dipercepat produksinya, jika sudah dioperasikan dengan baik di RSUA, maka harus bisa segera dioperasikan secara massal. “Karena kami sudah menyiapkan dana dari APBD yang khusus untuk mengembangkan riset dan teknologi," ujar Emil.
ITS.AC.ID

Di tengah pandemi corona, Dana BOS diperbolehkan beli paket data


JAKARTA, TRIBUNBATAM.id - Selama belajar di rumah, banyak keluhan baik para guru maupun para murid, yaitu borosnya paket data. Dengan belajar melalui internet, mereka lebih banyak menghabiskan kuota internet.

Keluhan tersebut langsung direspon Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dengan melakukan penyesuaian terhadap kebijakan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler di tengah pandemi corona.
Nadiem memperbolehkan pihak sekolah menggunakan BOS untuk pembelian paket data Internet guru dan murid demi pelaksanaan sekolah dari rumah.
"Jadi sekarang secara eksplisit bahwa BOS pada saat darurat ini bisa digunakan untuk pembelian pulsa paket data atau pun layanan berbayar platform online bagi pendidik dan atau peserta didik," ujar Nadiem saat konferensi pers via Webinar, Rabu (15/4/2020).
Selain itu, pihak sekolah juga diperbolehkan menggunakan BOS untuk pembelian sabun, masker, disinfektan, dan barang penunjang kebutuhan kesehatan lain.

Nadiem mengakui banyak kepala sekolah yang belum percaya diri untuk mempergunakan dana BOS untuk hal tersebut.
"Kalau di daerah masih merasa tidak nyaman, sekarang kita berikan kepastian bahwa ini boleh dipergunakan," ucap Nadiem.
Penyesuaian petunjuk teknis (juknis) penggunaan BOS Reguler diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020 tentang Juknis BOS Reguler.
Sedangkan perubahan juknis BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan diatur melalui Permendikbud Nomor 20 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud Nomor 13 Tahun 2020 tentang Juknis Dana Alokasi Khusus Nonfisik BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2020.
Ketentuan penggunaan dana BOS Reguler serta BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan ini berlaku mulai bulan April 2020 sampai dengan dicabutnya penetapan status kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19 oleh pemerintah pusat.

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam menghadapi pandemicorona pemerintah memberlakukan pembatasan sosial (social distancing), di antanya dengan menghentikan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan universitas. Para guru dan murid di semua tingkatan diwajibkan belajar di rumah.
Dana BOS bisa untuk Guru Honorer non NUPTK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler bisa digunakan untuk membayar gaji guru honorer yang tak memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK) selama masa pandemi corona.
"Sebelumnya pembayaran guru honorer ada retriksi harus memiliki NUPTK dan harus tercatat di Dapodik. Sekarang kita ubah, semasa darurat ini kita lepas NUPTK tapi tetap harus tercatat di Dapodik per 31 Desember 2019. Jadi tak bisa digunakan guru honorer baru yang belum tercatat di Dapodik," kata Nadiem.
Menurut Nadiem, kebijakan tersebut bisa digunakan dengan kriteria guru-guru honorer yang belum mendapatkan tunjangan profesi dan memenuhi beban mengajar.

Ia mengingatkan, belajar dari rumah dihitung sebagai beban mengajar. "Dana BOS masih bisa diberikan kepada tenaga pendidikan bila masih ada dananya," lanjutnya.
Selain itu, menghilangkan batas prosentase pembayaran gaji guru lewat dana BOS sebesar 50 persen.
Sebelumnya, Kemendikbud membatasi pembiayaan gaji guru lewat dana BOS sebesar 50 persen.

Ketentuan penggunaan dana BOS Reguler serta BOP PAUD dan Pendidikan Kesetaraan ini berlaku mulai bulan April 2020 sampai dengan dicabutnya penetapan status kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19 oleh pemerintah pusat.(*)




Editor: Zabur Anjasfianto









Sumber: 
https://batam.tribunnews.com/2020/04/16/di-tengah-pandemi-corona-nadiem-perbolehkan-dana-bos-digunakan-untuk-beli-paket-data?page=2.

Senin, 03 Februari 2020

IMS 2020: 7 Fakta Mendikbud Millennial Indonesia, Nadiem Makarim


Jakarta, IDN Times - Joko "Jokowi" Widodo kembali terpilih menjadi Presiden Indonesia untuk kedua kalinya di periode 2019-2024. Di era kepemimpinannya, Jokowi memberikan ruang cukup banyak untuk kalangan millennial.
Salah satu sosok millennial yang dipilih Jokowi untuk membantu kabinetnya adalah Nadiem Anwar Makarim. Dirinya ditunjuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan di Tanah Air serta mengabdi kepada negeri. 
Sosok Nadiem sebenarnya sudah dikenal dan digandrungi banyak anak muda sejak menjabat sebagai CEO Gojek. Namun, berikut ini ada 7 fakta tentang sosok Nadiem Anwar Makarim.

1. Ada darah pahlawan di dalam diri Nadiem

Siapa sangka sosok Mendikbud millennial ini punya darah pahlawan yang mengalir dalam dirinya.
Nadiem merupakan putra dari Nono Anwar Makarim, salah satu aktivis dan pengacara terkemuka di Indonesia. Ibunya seorang penulis lepas, Atika Algadri.
Kakek Nadiem ternyata juga seorang pejuang dalam masa perintis kemerdekaan Indonesia. Hamid Algadri, begitu nama kakek Nadiem yang merupakan keturunan Pasuruan-Arab.
Kakek Nadiem kerap menjadi penasihat delegasi bagi petinggi bangsa dalam sejumlah pertemuan atau perundingan. Mulai dari perundingan Renville hingga Konvensi Meja Bundar di Den Haag.

2. Lulusan luar negeri dari universitas ternama

IMS 2020: 7 Fakta Mendikbud Millennial Indonesia, Nadiem MakarimMenteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim meninjau langsung SDN Cirimekar 02, Bogor. (IDN Times/Margith Juita Damanik)
Nadiem menempuh sembilan tahun pertama pendidikannya di Indonesia. Dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama. Setelahnya ia melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Singapura.
Nadiem melanjutkan pendidikan tingginya di Brown University jurusan Hubungan Internasional. Nadiem kemudian melanjutkan S2 ke Harvard University dan meraih gelar Master of Business Administration.
Usai mendapat gelar magisternya, Nadiem kembali ke tanah air dan bekerja di perusahaan konsultan bertaraf internasional, McKinsey & Company di Jakarta.

3. Dirikan bisnis berstatus Decacorn pertama di Indonesia


IMS 2020: 7 Fakta Mendikbud Millennial Indonesia, Nadiem Makariminstagram.com/nadiemmakarimofficial
Gojek menjadi salah satu perusahaan Decacorn pertama di Indonesia. Nadiem mendirikannya sejak masih berstatus start up pemula.
10 tahun beroperasi, bisnis yang menyediakan layanan transportasi, pengiriman makanan, hingga pembayaran yang melibatkan banyak transaksi keuangan ini telah menjadi super app yang paling banyak digemari di Indonesia.
Hubungan Nadiem dan Gojek terbilang awet. Hingga akhirnya Nadiem harus keluar dari zona nyamannya itu saat diminta menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2019-2024.

4. Masuk dalam jajaran TIME 100 Next 2019 Leaders

IMS 2020: 7 Fakta Mendikbud Millennial Indonesia, Nadiem MakarimMenteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim (Dok.Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
Nama Nadiem masuk dalam Time 100 Next 2019 Leaders bersama sejumlah tokoh internasional lainnya. Beberapa di antaranya, Presiden Kosta Rika Carlos Alvarado Quesadda dan Menteri Lingkunga Hidup Jepang Shinjiro Koizumi.
Dalam keterangan di laman resmi Time 100 Next 2019, time.com/collection/time-100-next-2019, Nadiem dikenal sebagai mendikbud dan juga sebagai mantan pimpinan Gojek yang aplikasinya populer dengan pelayanan jasa, mulai dari antar jemput, pembayaran, hingga pemesanan makanan secara online.
Wakil Direktur Pusat Studi Strategis dan Internasional, Brian Harding menyebut, Nadiem sebagai sosok muda dan cerdas yang masuk dalam susunan Kabinet Indonesia Maju.
Posisi Nadiem sebagai Mendikbud, disebut dapat memberinya peluang untuk membentuk pemimpin masa depan. Terutama sebagai pemimpin ekonomi terbesar ke-16 di dunia

5. Diangkat sebagai Mendikbud, Jokowi sapa Nadiem dengan panggilan "Mas Menteri"

IMS 2020: 7 Fakta Mendikbud Millennial Indonesia, Nadiem MakarimMenteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim (Dok.Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
Nama Nadiem dibacakan Jokowi secara resmi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudyaaan ketika jajaran menteri kabinet Indonesia Maju diperkenalkan di hadapan publik berlokasi di Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Rabu (23/10) lalu.
Kala itu, Jokowi menyapa Nadiem dengan sebutan "Mas Menteri" lantaran Nadiem menjadi menteri paling muda dalam jajaran kabinet Indonesia Maju. Panggilan itu lantas melekat pada Nadiem hingga saat ini.

6. Satu-satunya menteri millennials Jokowi

IMS 2020: 7 Fakta Mendikbud Millennial Indonesia, Nadiem MakarimIDN Times/Teatrika Handiko Putri
Nadiem diangkat menjadi menteri ketika berusia 33 tahun. Usia ini membuat Nadiem masuk dalam kategori kelompok Millennials.
Menariknya, dalam jajaran kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin ini, tak sedikit sosok-sosok muda yang dipilih untuk mengabdi bersama untuk bangsa dan negara.
Tapi hanya Nadiem yang merupakan sosok dalam ketegori usia millennial di sana. Nadiem menggantikan posisi Muhadjir Effendy sebagai Mendikbud. Muhadjir sendiri diangkat Jokowi sebagai Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK).

7. Perkenalkan gerakan Merdeka Belajar sebelum genap 100 hari menjabat

IMS 2020: 7 Fakta Mendikbud Millennial Indonesia, Nadiem MakarimMendikbud Nadiem Anwar Makarim di sela Rapat Koordinasi dengan Dinas Pendidikan se-Indonesia (IDN Times/Margith Juita Damanik)
Mendikbud menetapkan empat program baru sebagai pembelajaran nasional yang disebut sebagai kebijakan Merdeka Belajar. Empat program ini disampaikan Nadiem dalam rapat koordinasi bersama Dinas Pendidikan se-Indonesia di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan pada Rabu (11/12) lalu.
"Program tersebut meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi," kata Nadiem menyebutkan empat program yang akan diterapkan.
Nadiem juga mengatakan program-program ini digunakan sebagai langkah awal terwujudnya kemerdekaan belajar di Indonesia.
Jika dalam momen-momen awal terpilihnya Nadiem kerap meminta waktu kepada masyarajat untuk dia belajar sebagai Mendikbud dalam 100 hari, kebijakan awal Nadiem ini dikeluarkan sebelum dia genap 100 hari menjabat sebagai Mendikbud.
Keren ya mendikbud kita?!
IDN Times menggelar Indonesia Millennial Summit 2020. Acara dengan tema "Shaping Indonesia's Future" ini berlangsung pada 17-18 Januari 2020 di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta.
IMS 2020 menghadirkan lebih dari 60 pembicara kompeten di berbagai bidang, dari politik, ekonomi, bisnis, olahraga, budaya, lintas agama, sosial, lingkungan sampai kepemimpinan millennial.
Ajang millennial terbesar di Tanah Air ini dihadiri oleh lebih dari 4.000 pemimpin millennial. Dalam IMS 2020, IDN Times juga meluncurkan Indonesia Millennial Report 2020 yang melibatkan 5.500 responden di 11 kota di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh IDN Research Institute bersama Nielsen bertujuan untuk memahami perilaku sekaligus menepis mitos stereotip di kalangan millennial.

Kamis, 21 November 2019

4 Prioritas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim


TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyampaikan empat prioritas kementeriannya. Empat hal ini disampaikan dalam rapat koordinasi bersama di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Prioritas pertama, kata Nadiem, adalah pembelajaran anak. Ia akan mengecek apakah yang diberikan oleh kementerian terserap oleh para siswa. Ia menekankan hal tersebut diminta oleh Presiden Jokowi, agar hasil dan dampak dapat terpantau.

“Satu konsep yang sangat penting itu adalah studi badan-badan. Semua peraturan dan penggunaan dana kita harus dicek,” kata dia di kantor Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis 31 Oktober 2019.

Kedua, struktur kelembagaan. Nadiem mengatakan struktur kelembagaan baik internal maupun eksternal badan-badan akan mendukung tujuan pembelajaran. Struktur kelembagaan ini kata dia, bisa berdampak positif juga terhadap kualitas pembelajaran.

Ketiga, menggerakkan revolusi mental di masyarakat. Nadiem menyebut untuk menyukseskan program revolusi mental Presiden Jokowi, tidak dapat hanya dilakukan di sistem institusi pendidikan saja.

“Jadi pengembangan karakter itu bukan hanya dari kurikulum, bukan hanya pembelajaran dari guru tapi masyarakat secara luas. Itu yang akan kami kembangkan,” kata dia.

Keempat, pengembangan teknologi. Nadiem menyebut dalam hal ini banyak yang harus difokuskan. Fokus dari teknologi ini ia sebut bisa membantu guru, dalam menjalankan kegiatan pendidikan.
Ia menyebut ada paradigma yang keliru di masyarakat soal pengembangan teknologi ini. Menurutnya selama ini teknologi di ranah pendidikan banyak disalahpahami, diartikan akan mengganti peran guru dan menembus batas ruang kelas. Persepsi ini ia sebut sangat keliru.

“Teknologi itu untuk memperbaiki atau meng-enhance, meningkatkan kapasitas. Bukan untuk mengantikan,” ujar mantan CEO Go-Jek ini.

4 Usulan Pakar UPI kepada Nadiem dalam Membongkar Kurikulum

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Ace Suryadi, memberi saran kepada Mendikbud Nadiem Makarim yang mendapat perintah Presiden Jokowi untuk merombak kurikulum secara besar-besaran.

Menurut Ace, kurikulum yang sekarang berlaku memang sudah waktunya diganti. Alasannya karena kurikulum ini lebih berbasis pada konten pelajaran teori ketimbang aplikasi atau terapan.

“Saya kira sudah waktunya sekarang,” kata guru besar dari Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung itu, Rabu, 6 November 2019.

Menurut Ace kurikulum sekolah sekarang ini lebih banyak memuat teori ilmu. Anak-anak diajari ilmu pengetahuan sejak kecil. “Padahal mereka tidak bakal jadi ilmuwan semua, paling yang jadi ilmuwan nggak sampai satu persen,” ujarnya.

Sebagian besar siswa akan terjun untuk bergaul dan bekerja di masyarakat. Karena itu perubahan kurikulum SD, SMP, SMA sebagai pendidikan dasar harus jadi prioritasAda beberapa prinsip yang harus diperhatikan Mendikbud,” kata Ace.

Kurikulum sekolah menurutnya tidak perlu diorganisir dalam mata pelajaran seperti sekarang. Ace mengatakan perlu kemasan baru kurikulum dalam bentuk program-program pendidikan. 

Program itu dibagi empat. Pertama program pendidikan literasi agar siswa berkemampuan belajar sepanjang hayat (lifelong learning skills). “Karena itu adalah tema sentral industri 4.0, setiap orang dituntut memilikinya.”

Program berkomposisi sekitar 25 persen dari kurilukum sekolah itu harus memuat kemampuan membaca agar siswa memahami isi bacaan dengan cepat dan tepat.’ Kemudian kemampuan menulis untuk mengungkapkan gagasan dan pendapat secara jelas, tegas, dan santun.
Lalu kemampuan menyimakserta mampu menuturkan secara lisan gagasan dan pendapat yang mudah difahami secara santun. “Satu lagi adalah matematika dasar, yaitu memahami logika angka, ruang dan bidang atau yang disebut numerasi.”

Program kedua yaitu pengetahuan dasar (basic learning content) yang kini dipelajari di SD hingga SMA. “Nantinya  pendidikan pengetahuan dasar perlu disampaikan secara tematik,” kata Ace. Tujuannya untuk mengenalkan dan menganalisis tema atau isu sosial di lingkungan sekitarnya. Porsi bagian program  kurikulum ini cukup 25 persen.

Program kurikulum ketiga yang berporsi 40 persen yaitu kecakapan terpakai (applied skills) atau sebelumnya disebut kecakapan hidup (life skills). Materinya berbasis kebutuhan daerah sehingga perlu dirancang kurikulumnya oleh pemerintah daerah. Sekolah juga perlu memfasilitasi minat siswa seperti berbisnis, olahraga, seni, teknologi informatika, dan menunya harus disiapkan.

Kemudian program kurikulum berporsi 10 persen untuk pendidikan perekat NKRI, misalnya pendidikan karakter bangsa, agama, PPKN, sejarah nasional, Bahasa Indonesia. 
Ace yakin Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bisa mengganti kurikulum seperti itu. “Karena beliau punya wewenang, kekuasaan dan pengalaman di bidang digital,” kata dia. Adapun aspek teknologi digital menurutnya adalah alat bukan isi dari kurikulum. Teknologi itu dapat diaplikasikan untuk pembelajaran semua isi program kurikulum. 





Mendikbud Nadiem Makarim Mulai Bahas Perubahan Kurikulum Pendidikan

JawaPos.com – Kurikulum pendidikan bisa jadi bakal berubah. Mendikbud Nadiem Makarim telah mengundang sejumlah organisasi guru ke kantornya. Dia ingin mendengar cerita dan solusi masalah pendidikan tanah air dari para guru. Dalam pertemuan pada 4 November itulah muncul wacana mengubah kurikulum.

Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia Muhammad Ramli Rahim ikut hadir dan berdiskusi dalam acara tersebut. Menurut dia, rencananya, bahasa Indonesia, matematika, bahasa Inggris, serta pendidikan karakter berbasis agama dan Pancasila menjadi mata pelajaran (mapel) utama di SD. ”Karena itu, mapel bahasa Inggris dihapus untuk SMP dan SMA. Karena sudah dituntaskan di SD,” katanya.

Pembelajaran bahasa Inggris yang dimaksud Mendikbud Nadiem, lanjut Ramli, lebih difokuskan untuk mengajarkan percakapan. Bukan tata bahasa. Kemudian, untuk SMP, tidak boleh lebih dari lima mapel yang diajarkan kepada siswa. Sedangkan di SMA maksimal ada enam mapel tanpa penjurusan. ”Siswa yang ingin fokus pada keahlian tertentu dipersilakan memilih SMK,” terang Ramli menirukan ucapan Nadiem.

Karena SMK fokus mengajarkan keahlian tertentu, muncul wacana untuk menggunakan sistem SKS (satuan kredit semester). Dengan begitu, siswa yang dianggap pintar dan lebih cepat menguasai keahlian tertentu bisa lulus setelah dua tahun saja menempuh pembelajaran (kegiatan belajar-mengajar) di sekolah. Sedangkan siswa yang lambat menyerap ilmu bisa sampai empat tahun untuk lulus.

Menurut Ramli, Nadiem bahkan mengusulkan agar ujian kelulusan SMK tidak hanya normatif. Lebih ke praktis untuk mengukur keterampilan dan keahlian siswa. ”SMK tidak boleh kalah dengan balai latihan kerja yang hanya 3, 6, atau 12 bulan,” ujarnya.
Sementara itu, Nadiem menyatakan hanya mengikuti arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan dan mengelola sumber daya manusia Indonesia agar lebih maju. Menurut dia, mengubah kurikulum itu tidak hanya mengubah konten. Esensinya adalah menyederhanakan dan mengubah cara penyampaian materi kepada siswa untuk tidak sekadar menghafal.

”Dan itu adalah PR (pekerjaan rumah, Red) saya untuk bisa mengubahnya. Tapi, itu bukan sesuatu yang bisa diubah dalam waktu cepat. Dibutuhkan pemikiran yang sangat matang dan masukan dari para guru dan pihak lain. Jadi, penyempurnaan, penyederhanaan, dan perubahan kurikulum itu saya mengacu pada guru,” beber mantan CEO Gojek tersebut. Sebab, kata Nadiem, gurulah yang paling mengetahui apa yang dibutuhkan siswa-siswanya.
Menurut Nadiem, guru-guru era sekarang sudah canggih. Mampu menggunakan teknologi sebagai instrumen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan teknologi, guru bisa bebas memilih konten seperti apa yang cocok dengan materi pelajaran. Dengan begitu, banyak inovasi yang akan muncul.

”Namun, yang perlu diingat, teknologi tidak bisa menggantikan peran seorang guru. Sebab, pembelajaran yang sesungguhnya adalah adanya koneksi batin antara guru dan siswa. Teknologi adalah alat, bukan segalanya,” tutur dia.