Dalam upaya penyempurnaan sistem pendidikan di Indonesia, dari Pak Menteri Pendidikan dasar dan Menengah ( (Mendikdasmen), Prof. Abdul Mu’ti, mengungkapkan sebuah pendekatan terhadap Kurikulum yang berfokus pada pembelajaran yang Mindful, lebih mendalam (Deep Learning), Bermakna (Meaningful Learning), dan Menyenangkan bagi siswa (Joyful Learning)
Dalam pembahasan ini, Prof. Abdul Mu'ti berbagi pandangan mengenai bagaimana pembelajaran seharusnya dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Berikut adalah beberapa poin penting yang disampaikan terkait dengan konsep-konsep utama yang akan membentuk kurikulum baru ini.
- Konteks Pembelajaran yang "Mindful"
Mindful learning atau pembelajaran yang sadar merupakan konsep pertama yang ditekankan dalam pengembangan kurikulum ini.
Prof. Mukti menegaskan bahwa pembelajaran harus memperhatikan bahwa setiap siswa memiliki perbedaan dalam cara belajar dan cara berpikir.
Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk lebih peka dan sensitif terhadap perbedaan-perbedaan tersebut.
Konsep mindful ini bertujuan untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam berpikir dan terlibat secara penuh dalam proses belajar.
Mindful learning juga berarti tidak hanya mengajar permukaan atau fakta-fakta tanpa makna, tetapi mengajak siswa untuk menggali lebih dalam tentang materi pelajaran, memahami hubungan antara konsep-konsep yang diajarkan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam praktiknya, hal ini bisa dimulai dengan mengajukan pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa, seperti contoh yang disampaikan oleh Pak Menteri ketika menjelaskan materi pelajaran agama mengenai jenis-jenis air.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang mindful mendorong eksplorasi, pemahaman, dan refleksi yang lebih mendalam dari siswa.
- Pembelajaran yang Bermakna (Meaningful Learning)
Konsep kedua yang diajukan adalah meaningful learning, atau pembelajaran yang bermakna. Menurut Prof. Mukti, penting bagi siswa untuk mengetahui "untuk apa" mereka mempelajari sesuatu.
Pembelajaran yang bermakna tidak hanya sekadar menghafal atau mengetahui fakta, tetapi juga membantu siswa untuk memahami tujuan dan manfaat dari materi yang mereka pelajari.
Misalnya, ketika mengajarkan matematika, penting bagi guru untuk menjelaskan manfaat dari konsep-konsep seperti penambahan, pengurangan, atau pembagian dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan cara ini, siswa akan merasa bahwa apa yang mereka pelajari bukan hanya sekadar teori, tetapi juga memiliki relevansi langsung dengan kebutuhan dan kehidupan mereka.
Pembelajaran yang bermakna ini akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, karena mereka tahu bahwa ilmu yang mereka pelajari akan berguna dan dapat diterapkan dalam situasi nyata.
- Pembelajaran yang Menyenangkan (Joyful Learning)
Konsep ketiga adalah joyful learning atau pembelajaran yang menyenangkan. Prof. Mukti menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang menggembirakan bagi siswa.
Pembelajaran yang menyenangkan tidak berarti harus selalu lucu atau menghibur, tetapi lebih kepada pengalaman belajar yang memuaskan dan memotivasi siswa untuk terus belajar dengan semangat.
Joyful learning adalah pembelajaran di mana siswa merasa tidak tertekan, merasa dihargai, dan merasa bahwa mereka dapat mengembangkan potensi mereka dengan cara yang menyenangkan.
Pembelajaran yang menyenangkan ini dapat tercipta ketika siswa merasa terlibat dalam proses belajar, merasa dihargai oleh guru, dan merasa bahwa mereka dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar tanpa rasa takut atau cemas.
- Deep Learning: Pembelajaran yang Mendalam
Menurut Prof. Mukti, perubahan ini tidak hanya mengenai pengurangan materi pelajaran, tetapi juga tentang perubahan dalam cara mengajarkan materi tersebut.
Deep learning, atau pembelajaran yang mendalam, adalah pendekatan yang mendorong siswa untuk memahami inti dari setiap konsep yang dipelajari.
Pembelajaran yang mendalam ini berbeda dengan pembelajaran yang hanya berfokus pada pencapaian hasil-hasil yang bersifat dangkal atau permukaan (surface learning).
Di dalam deep learning, siswa diharapkan dapat membuat koneksi antar konsep-konsep yang mereka pelajari, serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan refleksi.
Dalam kurikulum ini, guru akan lebih banyak memberi ruang bagi siswa untuk menggali lebih dalam tentang topik-topik yang sedang dibahas, dan memberikan mereka kesempatan untuk mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara yang lebih kreatif.
- Implementasi oleh Guru sebagai Kunci Keberhasilan
Meskipun teori-teori ini tampak menjanjikan, implementasi yang sukses tetap bergantung pada kemampuan dan kreativitas guru dalam menerapkan kurikulum baru ini.
Prof. Mukti mengingatkan bahwa perubahan dalam kurikulum ini hanya akan efektif jika guru mampu menjalankan metode-metode pembelajaran yang lebih fleksibel dan inovatif.