Selasa, 10 Oktober 2017

Linus Nara Pradhana Penemu Helm Berpendingin


Linus Nara Pradhana
Linus Nara Pradhana adalah anak muda Indonesia yang telah menemukan helm berpendingin saat duduk di sekolah dasar.

Saat menciptakan helm itu Nara masih duduk di kelas VI SD. Dia membuat inovasi helm berpendingin atau helm dengan lapisan popok. Karya ini lalu diikutkan lomba penemu muda LIPI dan dipamerkan di ajang serupa yang bertaraf internasional, Nara mendapat medali emas.

Helm itu seperti alat pelindung kebanyakan. Namun diberi lapisan berbahan popok yang tidak menyerap panas. Suhu di helm bisa turun seperlima dari sebelumnya dengan lapisan tersebut.


Cara kerja helm berpendingin

Gel Coated Helmet atau helm berpendingin buatan Linus Nara Pradhana membawa efek dingin bagi pemakainya. Lapisan penyimpan air di bawah permukaan luar helm  memungkinan helm tetap dingin.

Bahan di dalam lapisan itu mengandung sodium polyacrylate atau sejenis bahan dalam popok sekali pakai yang biasa dipakai bayi.

Permukaan helm dibuat lubang kecil untuk menyuntikkan air ke dalamnya. Bahan mirip dalam popok bayi itu akan berubah menjadi gel ketika terkena air. Perubahan ini yang membuat kelembaban lapisan ini bisa bertahan lama.

Kelembaban inilah yang menimbulkan efek dingin. Pengendara motor akan merasa nyaman ketika memakainya.

Helm berpendingin Nara ini meraih medali emas Internastional Exhibition for Youn Inventors 2012 di Thailand.  Temuannya menyisihkan 206 pelajar SMP dari seluruh negara peserta lomba. Nara merupakan satu dari enam pelajar asal Indonesia peserta ekshibisi itu.


Paten

Helm BerpendinginHasil temuan Nara dibuatlah paten Gel Coated Helmet dengan nomor patent, S00E01100236.

Rupanya, pemberitaan tentang temuan Nara menjadi perhatian pengusaha helm di Indonesia. Salah satunya adalah AVS. Mereka pun membeli paten yang dibuat Nara.

Meskipun masih remaja tetapi Nara termasuk anak yang kreatif. Helm berpendingin ini bukan satu-satunya karyanya. Nara juga pernah menciptakan sumber energi dari biji buah Ketapang yang ramah lingkungan, dan jaring laba-laba kertas.

Hasil temuannya membuahkan hasil yang manis, Nara sudah bisa membeli rumah, mobil dan biaya pendidikan tingginya terjamin. Dia juga masih terus berkarya untuk membuat temuan-temuan yang bermanfaat bagi masyarakat lainnya.


Sumber:

Anindito Respati Giyardani - Penemu Tongkat Narsis (Tongsis)


Anindito Respati Giyardani  dan keluarga
Babab bersama keluarga
www.bababdito.com
Anindito Respati Giyardani, atau adalah orang Indonesia asal bandung yang telah menemukan Tongkat narsis atau tongkat eksis atau disingkat tongsis (bahasa Inggris: Selfie stick).

Di keluarga ia dipanggil Aa (sebutan kakak di sunda), teman-temannya menyebut si galing (rambut kribo), kadang juga disebut si botak, tapi yang lebih familiar Dito. Semenjak punya anak ia ingin sekali punya panggilan yang sangat gampang diucapkan oleh anaknya jadi akhirnya diputuskan dengan panggilan “BABAB”. Babab bukan berarti singkatan dari buang air besar agak banyak. Akhirnya pemakaian nama Babab juga dipakai oleh beberapa temen-temennya dan dirinya sendiri membiasakan memakai nama Babab Dito, supaya nanti kalo anaknya sudah besar, temen-temennya gak manggilnya Om tapi tetap manggil Babab.


Asal-usul penemuan tongsis

Tongkat narsis atau tongkat eksis atau disingkat tongsis (bahasa Inggris: Selfie stick) adalah alat yang digunakan untuk selfie dari jarak jauh yang berupa tongkat yang dapat dipanjangkan dengan di ujungnya terdapat tempat untuk menaruh telepon selular atau perangkat portabel lainnya. Alat ini merupakan modifikasi dari kaki-satu (monopod). Tongsis ramai digunakan seiring perkembangan telepon selular yang semakin beragam.

Alat ini pertama kali diciptakan di Jepang pada tahun 1995 dan dipatenkan oleh Anindito Respati Giyardani asal Indonesia. Tongsis masuk dalam jajaran temuan terbaik di 2014 versi majalah TIME, bersanding dengan Hoverboard, Apple Watch dan printer 3D.

Awal mula dibuatnya alat ini saat sang empunya ide melakukan kunjungan ke Thailand. Jika berwisata ke salah satu kota di Thailand para turis merasa kesulitan saat hendak merekam moment-moment saat berada di salah satu tempat wisata.

Konon masalah bahasa juga menjadi kendala saat para turis melakukan kunjungan ke negeri gajah putih tersebut. Sebagian masyarakat Thailand kurang fasih memakai bahasa asing membuat para turis memutar otak cara untuk mendapatkan rekaman foto usai melakukan kunjungan wisata.

Kemudian muncullah ide untuk membuat alat berbentuk tongkat yang bisa dipanjangkan hingga satu meter dengan di ujung tongkat terdapat tempat untuk menaruh ponsel atau perangkat portabel lainnya. Tentunya para penggila foto kamera saku sedikit lega dengan kedatangan alat yang bisa menopang aksi narsisnya tersebut. Sebab alat ini biasanya digunakan untuk pengguna yang ingin mengambil foto dalam posisi wide yang lebih luas karena keterbatasan perangkat mobile.
Pemakaian tongsis
Pengunjung alun-alun Bandung sedang menggunakan tongsis untuk selfie
Adalah Anindito Respati Giyardani, ide bermula saat era tenarnya pelbagai aplikasi jejaring sosial.

Setelah memiliki beragam akun jejaring sosial, mulai tercetus di benak Babab untuk menciptakan peranti yang memudahkan setiap orang mengambil potret dirinya sendiri tanpa harus meminta tolong orang lain, atau yang marak disebut selfie. Ide itu kemudian tersambung lewat monopod yang dimilikinya. Kemudian, iseng-iseng ia sambungkan dengan pengikat ponsel yang biasa dipakai sekadar untuk memajang ponsel di etalase.

Setelah menemukan bentuk idealnya, Babab membawa peranti rancangannya itu pada temu komunitas iphonesia, pengguna ponsel iphone, di Labuhan Bajo. Di situ, sambil ketawa-ketawa ia sibuk selfie di tepi kapal. Temen-temennya menanyakan apa nama alat itu, ia menjawab ini tongkat ajaib yang bisa selfie dengan high-angel.

Akhirnya, satu demi satu teman sesama iphonesia mulai mengorder peranti yang kemudian beralih nama menjadi tongsis itu. Puncak kepopuleran tongsis  terjadi ketika ibu negara Ani Yudhoyono, yang hobi fotografi, dihadiahi tongsis oleh anak-anak iphonesia. Setelah Bu Ani menyebarkan hasil jepretannya menggunakan tongsis di social media, pesananpun mengalir pada Babab.
 Tongkat Narsis (Tongsis)
Tongsis
Babab tak pernah menyangka ide yang bermula dari hobi selfie-nya ini justru mendatangkan pundi-pundi rupiah. Ia mengaku modalnya cuma satu juta, itu pun pakai kredit. Dari uang sejuta itu, tongsis mulai mendunia.


Paten

Seiring ketenaran tongsis, marak pula kreator tandingan. Melihat kondisi ini, Babab merasa kecolongan. Namun, setelah bersua Yoris Sebastian, pengusaha yang bergerak di bidang industri kreatif, Babab baru tahu, kreasinya ini bisa dipatenkan.

Enggan kecolongan lebih lama, dibantu Yoris Sebastian, Babab kemudian mendaftarkan tongsis agar memiliki hak paten. Tidak tanggung-tanggung. Pada 20 September 2012 silam, temuan tongsis ini dipatenkan hingga ke Amerika Serikat. Babab menyayangkan, meski sudah dua tahun didaftarkan, sertifikat hak paten tongsis belum juga keluar.


Sumber:

Selasa, 03 Oktober 2017

Khoirul Anwar - Penemu Teknologi 4G LTE

Dr. Eng. Khoirul Anwar adalah seorang ilmuwan Indonesia. Ia dikenal sebagai pemilik paten teknologi broadband yang menjadi standard internasional ITU, baik untuk sistem teresterial (di bumi) maupun satelit (di luar angkasa).  Dr. Eng. Khoirul Anwar, penemu sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing).


Masa muda

Dr. Khoirul Anwar lahir di Kediri tahun1978. Ia adalah anak dari pasangan (almarhum) Sudjiarto dengan Siti Patmi. Sejak kecil, Khoirul punya minat tinggi terhadap sains. Hampir semua buku-buku sains dilahapnya. Di sela-sela waktu belajarnya, Khoirul kecil sangat suka membaca buku teori ilmuwan ternama seperti Albert Einstein dan Michael Faraday, bahan bacaan yang terbilang 'berat' bagi anak sesusianya. Anwar bermimpi tinggi ingin menjadi the next Einstein dan Faraday yang bisa menciptakan teori baru.

Cita-cita luhurnya nyaris gagal karena terbentur sulitnya keadaan. Pada 1990, ayah Khoirul meninggal dunia ketika dirinya baru lulus sekolah dasar. Namun tekadnya justru semakin kuat untuk sekolah setinggi-tingginya. Saat bersekolah di SMAN 2 Kediri, Khoirul berusaha keras menghemat pengeluaran agar ibunya tak terbebani.

Dia sempat jatuh sakit karena terlalu irit makan. Prestasinya di sekolah pun menurun. Namun semua jerih payah itu terbayar ketika pada akhirnya dia lulus Teknik Elektro (Telekomunikasi) dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia lulus pada 2000 sebagai salah satu wisudawan terbaik. Iapun wisudawan terbaik fakultas teknologi industri (FTI) dan tiga wisudawan terbaik se-ITB tahun 2000.

Sebagai bentuk penghargaan Khoirul didaulat menjadi pembicara pada wisudawan ITB, Oktober 2000.

Iapun sempat bekerja di perusahaan IT di Jakarta selama sekitar dua tahun. Kemuadian Khoirul berjuang memperoleh beasiswa magister yang ditawarkan Panasonic Jepang. Dia memang memperoleh beasiswa tersebut, sayangnya tak lolos seleksi universitas yang diinginkannya di Tokyo. Dia juga gagal dalam ujian bahasa Jepang.

Setelah gagal dalam tes, Ia memutuskan untuk pindah ke universitas lain di Jepang, yakni NAIST. Hasil kerja kerasnya memperlihatkan hasil. Dia merampungkan S2-nya di NAIST (Nara Institute of Science and Technology NAIST) pada 2005 dan S3-nya di kampus yang sama di 2008.


Pendidikan
  • SD Negeri Juwet 2 (1990).
  • SMP Negeri 1 Kunjang (1993).
  • SMA Negeri 2 Kediri (1996).
  • S1 Teknik Elektro ITB (2000).
  • S2 Nara Institute of Science and Technology NAIST (2005).
  • S3 Nara Institute of Science and Technology NAIST (2008).

Latar Belakang

Ia telah menemukan teknik transmisi wireless dengan dua buah fast Fourirer transform (FFT), yaitu FFT kecil dan (I)FFT besar (dua pada transmitter dan dua pada receiver). Teknik ini mendapatkan penghargaan pada Januari 2006 dari IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) tahun 2006, di California dan menjadi standard international telecommunication union (ITU), ITU-R S.1878 and ITU-R S.2173.

Teknologi ini (beserta modifikasinya untuk multiple access) menjadi basis dari single carrier frequency division multiple access (SC-FDMA) yang dipakai pada uplink 4G LTE. Keuntungan dari penggunaan dua FFT tersebut adalah: (1) mampu meminimalkan dinamic range power sehingga efisien dan tahan terhadap nonlinearity pada amplifier, dan (2) untuk mendapatkan efek frequency diversity (karena FFT kecil/pertama melakukan "spreading" atau redundansi yang disebar ke seluruh subcarrier di (I)FFT besar/kedua) sehingga memiminalkan error pada penerima. Teknik ini sangat bermanfaat untuk sistem komunikasi broadband yang disertai dengan channel coding (karena efek broadband menyebabkan terjadinya frequency selectivity yang baru bisa diambil manfaatnya dengan menggunakan channel coding). Teknik ini telah dipatenkan tahun 2005 dengan mendapatkan full support (dana) dari pemerintah Jepang.


Penemuan OFDM tanpa Cyclic Prefix

OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) merupakan teknik modulasi untuk komunikasi wireless broadband yang tahan melawan frekuensi selective fading dan interferensi narrowband dan efisien menghadapi multi-path delay spread. Untuk mencapai hal tersebut, OFDM membagi aliran data high-rate mejadi aliran rate yang lebih rendah, yang kemudian dikirimkan secara bersama pada beberapa sub-carrier. OFDM biasanya memerlukan cyclic prefix (CP) sehingga efek channel circulant bisa diperoleh. Circulant pada channel ini sangat memudahkan perhitungan karena keberadaan FFT/IFFT pada OFDM. OFDM hanya menggunakan satu (I)FFT para transmitter dan satu FFT para receiver. Hanya saja penggunaan CP ini justru membuat transmisi data tidak efisien, karena CP sebenarnya symbol yang di-copy kemudian dikirimkan (tidak mengandung informasi).

Namun dengan konsep yang diusulkan oleh Khoirul bersama kolega, yaitu dengan equalization berantai, disebut chained turbo equalization (CHATUE), CP (juga guard interval) mampu dihilangkan sama sekali namun tidak mengurangi performance dari system. CP ini bisa dihilangkan dengan memanfaatkan dan mengumpulkan energi yang tersebar di awal dan di belakang blok data yang sedang diproses. Ini mirip dengan proses pengumpulan energi genki dama pada serial animasi Dragon Ball. Temuan Khoirul Anwar ini kemudian mendapatkan penghargaan Young Scientist Encouragement award pada Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC) 2010-Spring yang digelar 16-19 Mei 2010, di Taiwan. Kini hasil temuan yang telah dipatenkan itu digunakan oleh sebuah perusahaan elektronik besar asal Jepang. Asisten Profesor berusia 31 tahun itu dapat mematahkan anggapan yang awalnya ‘tak mungkin’ di dunia telekomunikasi. Kini sebuah sinyal yang dikirimkan secara nirkabel, tak perlu lagi diperisai oleh guard interval (GI) untuk menjaganya kebal terhadap delay, pantulan, dan interferensi. Turbo equalizer akan membatalkan interferensi sehingga sinyal bisa diterima.

Dengan mengenyahkan CP atau GI, dan memanfaatkan dekoder turbo, secara teoritis malah bisa menghilangkan rugi daya transmisi karena tak perlu mengirimkan daya untuk GI. Hilangnya GI juga bisa diisi oleh parity bits yang bisa digunakan untuk memperbaiki kesalahan akibat distorsi (error correction coding). Gagasan ini sendiri, dikerjakan Khoirul bersama Tadashi Matsumoto, profesor utama di laboratorium tempat Khoirul bekerja. Saat itu ia dan Tadashi hendak mengajukan proyek ke Kinki Mobile Wireless Center. Setelah menurunkan formula matematikanya secara konkrit, Khoirul meminta rekannya Hui Zhou, untuk membuat programnya. Metode ini mampu memecahkan problem transmisi nirkabel. Apalagi bisa diterapkan pada hampir semua sistem telekomunikasi, termasuk GSM (2G), CDMA (3G), dan cocok untuk diterapkan pada sistem 4G yang membutuhkan kinerja tinggi dengan tingkat kompleksitas rendah.

OFDM juga bisa diterapkan Indonesia, terlebih di kota besar yang punya banyak gedung pencakar langit dan daerah pegunungan. Sebab di daerah tersebut biasanya gelombang yang ditransmisikan mengalami pantulan dan delay lebih panjang. Temuan ini mendapat penghargaan Best Paper untuk kategori Young Scientist pada Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC) 2010-Spring yang digelar 16-19 Mei 2010, di Taiwan. Temuan ini telah dipatenkan tahun 2010 dan kemungkinan besar dipakai untuk teknologi masa depan yang harus tetap optimal karena tantangan sinkronisasi (karena banyaknya device yang saling terhubung).

Berkat temuannya, kini internet berkecepatan tinggi bisa dirasakan banyak orang. Meski mungkin sebuah ironi, di saat Indonesia baru kedatangan 4G LTE, negara lain banyak yang sudah mencicipinya beberapa tahun lalu. Sementara penemu teknologinya justru putra Indonesia.

Yang membuat iri, di Jepang misalnya, negeri tempat Khoirul menimba ilmu dan mempresentasikan 4G LTE pertama kali, sudah punya jaringan seluler super cepat yang bisa dinikmati bahkan di daerah pegunungan.


Sumber: